2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikolinieritas yang tidak menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan bahwa
tidak terjadi masalah multikolinieritas.
4.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatam lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan metode grafik plot, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Metode grafik
plot dilakukan dengan cara mendiagnosa diagram residual plot. Residual plot Studenzized dibandingkan dengan hasil prodiksi.
Jika titik-titik sebar membentuk pola tertentu dan teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
4.7.3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara menyeluruh terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan
α 5. Dengan ketentuan, jika F
hitung
dari F
tabel
maka hipotesis yang diajukan dapat diterima atau dapat dinilai berdasarkan hasil uji hipotesis yang ditunjukkan oleh tabel
koefisien pada kolom signifikansi, yang menunjukkan nilai α 5. Selanjutnya
dilakukan pula penilaian setiap variabel bebas yang dilakukan untuk melihat variabel
Syafrial : Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun, 2009
USU Repository © 2008
apa yang memberikan pengaruh paling dominan diantara variabel yang ada. Pengujian dilakukan dengan uji t atau sering disebut uji parsial. Tingkat pengaruh
yang signifikan juga didasarkan pada α 5. Atau melihat nilai t hitung harus lebih
besar dari t tabel. Sebaliknya jika
t
hitung
dari
t
tabel
maka pengaruh yang terjadi tidak signifikan.
Syafrial : Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun, 2009
USU Repository © 2008
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskriptif Data
Data yang diperoleh di Kabupaten Sarolangun dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : berdasarkan Peratuan Daerah Kabupaten Sarolangun
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Sarolangun terdapat 10 Bagian pada Sekretariat
Daerah, dari 10 Bagian tersebut disebar kuesioner sebanyak 11 kuesioner dan 1 Sekretariat DPRD pada Kesekretariatan DPRD Kabupaten Sarolangun, untuk
Sekretariat DPRD disebar sebanyak 3 kuesioner. Berdasarkan PERDA Nomor 3 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Sarolangun terdapat 14 Dinas, dari 14 dinas tersebut disebar sebanyak 39 kuesioner dan berdasarkan berdasarkan PERDA Nomor 4 Tahun 2008 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Sarolangun terdapat 10 Lembaga Teknis dan disebar sebanyak 21 kuesioner.
Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 74 kuesioner dan dilakukan satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 74 kuesioner yang dikirimdibagikan yang kembali sebanyak 65 dan yang cacat sebanyak 1 Jadi kuesioner yang bisa
digunakan untuk melakukan analisis data hanya sebanyak 64 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5.1
Syafrial : Pengaruh Ketepatan Skedul Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Pada Pemerintah Kabupaten Sarolangun, 2009
USU Repository © 2008