PENUTUP Strategi pengelolaan tanah di desa babakan Ciseeng Bogor

Banten 318.3 439.9 758.2 4.99 10.44 7.16 Bali 83.6 91.3 174.9 4.04 6.02 4.88 Nusa Tenggara Barat 552.6 456.7 1009.4 28.16 16.78 21.55 Nusa Tenggara Timur 107.4 906.7 1014.1 13.57 25.10 23.03 Kalimantan Barat 83.4 345.3 428.8 6.31 10.06 9.02 Kalimantan Tengah 33.2 131.0 164.2 4.03 8.19 6.77 Kalimantan selatan 65.8 116.2 182.0 4.54 5.69 5.21 Kalimantan Timur 79.2 163.8 243.0 4.02 13.66 7.66 Sulawesi Utara 76.4 130.3 206.7 7.75 10.14 9.10 Sulawesi Tengah 54.2 420.8 475.0 9.82 20.26 18.07 Sulawesi Selatan 119.2 794.2 913.4 4.70 14.88 11.60 Sulawesi Tenggara 22.2 378.5 400.7 4.10 20.92 17.05 Gorontalo 17.8 192.0 209.9 6.29 30.89 23.19 Sulawesi Barat 33.7 107.6 141.3 9.70 15.52 13.58 Maluku 36.3 342.3 378.6 10.20 33.94 27.74 Maluku Utara 7.6 83.4 91.1 2.66 12.28 9.42 Papua Barat 9.6 246.7 256.3 5.73 43.48 34.88 Papua 26.2 735.4 761.6 5.55 46.02 36.80 Indonesia 11097.8 19925.6 31023.4 9.87

16.56 13.33

Sumber: bps.go.id Jika melihat data di atas tentunya kebanyakan masyarakat miskin berdomisili di pedesaan, oleh karena itu perlu ada upaya yang lebih mendalam untuk mengatasi kemiskinan tersebut dari tingkat administrasi yang paling kecil yaitu desa. Hal ini berarti pemerintah harus berupaya lebih kreatif untuk membongkar masalah kemiskinan tersebut dari tingkat pedesaan. Masalah distribusi yang tidak merata ditambah dengan krisis ekonomi global tentunya makin menambah penderitaan kaum miskin tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai program nasional seperti BLT, KUR, CSR dan masih banyak lagi yang lainnya namun ternyata belum optimal dalam mengatasi masalah tersebut. Di tengah permasalahan yang ada berkembanglah suatu perekonomian yang lebih adil yaitu sistem ekonomi syariah. Instrumen pengentasan kemiskinan yang dimiliki ekonomi syariah kini menjadi salah satu alternatif pengentasan kemiskinan yang sedang dilirik. Salah satu instrumen pengentasan kemiskinan tersebut adalah wakaf. Data yang diperoleh dari Departemen Agama RI menyebutkan bahwa jumlah luas tanah wakaf mencapai 2.686.536.656,68 meter persegi atau 268.653,67 Hektar yang tersebar di 366.595 lokasi di seluruh Indonesia. 3 Hal ini tentunya menjadi sebuah ironi, seharusnya dengan harta wakaf yang begitu besar, bahkan terbesar di dunia, kemiskinan bukanlah menjadi masalah di Indonesia, asalkan harta wakaf yang ada dapat diberdayakan. Belum lagi potensi wakaf uang yang sangat besar yang tentunya akan sangat menjadi solusi yang riil bagi pengentasan kemiskinan di Indonesia. Namun memang patut disayangkan ternyata pengelolaan wakaf masih banyak yang bersifat tradisional dan lebih menekankan pada aspek konsumtif seperti untuk membangun mesjid, mushola, sekolah, ponpes dan kuburan, dan masih jarang sekali harta wakaf yang dikelola untuk tujuan produktif dalam bentuk usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kaum-kaum yang membutuhkan, terutama fakir miskin. 4 3 “Sukuk Wakaf dan Pengentasan Kemiskinan”, Artikel diakses pada tanggal 4 Februari 2011 dari http:majalahekonomisyariah.comindex.phpwebnewsindex42142311694 4 Depag RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen BIMAS Islam Depag RI, 2006, hal. 3