Identifikasi Gaya Hidup Tipikal Konsumen Gaya Hidup

B. Identifikasi Gaya Hidup

Klasifikasi gaya hidup tidak dapat dianggap berlaku secara universal antara negara yang satu dengan negara yang lain dapat berbeda, antara wilayah yang satu dapat berbeda dengan wilayah yang lain. Harry Susianto dalam penelitiannya dalam mengidentifikasi gaya hidup anak muda Jakarta mendapatkan hasil sebagai berikut: 1. Hura-hura Orang-orang yang selalu terlibat dengan orang lain, berjumlah 9. 2. Hedonis Orang-orang yang mengarahkan gaya hidupnya atau aktivitasnya untuk mencapai kenikmatan hidup, berjumlah 2. 3. Rumahan Orang-orang yang banyak menghabiskan waktunya di rumah, berjumlah 23. 4. Sportif Orang-orang yang cenderung berhati-hati dalam bertingkah-laku, berjumlah 21. 5. Orang untuk orang lain Orang-orang yang peka terhadap kebutuhan orang lain, berjumlah 15. Tabel berikut ini memperlihatkan dimensi-dimensi utama yang digunakan dalam mengukur elemen AIO. Tabel II.1 Dimensi AIO Kegiatan Minat Pendapat Demografis Pekerjaan Keluarga Mereka sendiri Umur Hobi Rumah Isu-isu sosial Pendidikan Kejadian sosial Pekerjaan Plolitik Penghasilan Liburan Masyarakat Bisnis Pekerjaan Hiburan Rekreasi Ekonomi Ukuran keluarga Klub Mode Pendidikan Tempat tinggal Masyarakat Makanan Produk Geografi Belanja Media Masa depan Besar kota Olah raga prestasi Kebudayaan Tahap siklus hidup

C. Tipikal Konsumen Gaya Hidup

Terdapat dua macam tipikal konsumen terhadap produk gaya hidup. Yang pertama ialah konsumen yang mementingkan kualitas ketimbang harga dan yang kedua ialah konsumen yang lebih mengutamakan citra ketimbang yang lainya. Pada masa sekarang ini di mana masyarakat menjadi lebih konsumtif menyebabkan pemasar berusaha untuk mempertajam segmen pasar yang dimasukinya sehingga muncul segmen pasar berdasarkan psikografis. Pada segmen pasar ini banyak orang membedakan antara riset psikografis dan gaya hidup lifesyle. Tetapi gaya hidup lifesyle merupakan bagian yang dominan dari dimensi psikografis manusia. Sejalan dengan perkembangan gaya hidup tersebut pemasar juga mengembangkan konsep lifesyle branding, di mana produk dilihat lebih dari sekedar memberi manfaat emosional tetapi juga pernyataan diri self-expressive-benefit. Pemasar dalam mengembangkan lifestyle branding bertujuan untuk: 1. Memperoleh keuntungan melalui pembentukan dan mempertahankan ikatan yang kuat, emosional dan jangka panjang dengan konsumennya. 2. Membangun lifesyle brand dapat bermanfaat saat meluncurkan produk baru karena biaya lebih murah. 3. Dapat mencapai ROI Return On Investment lebih cepat. 4. Pengguna yang loyal akan menceritakan kepada orang lain mengenai keuntungan penggunaan suatu produk.

D. Pendapatan