Teknik Analisis Data Penerapan balanced scorecard pada Yayasan Tarakanita kantor wilayah Yogyakarta analisis kesesuaian proses penyusunan, konsep, dan implementasi

BAB IV TINJAUAN UMUM TERHADAP OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Yayasan Tarakanita Kantor Wilayah Yogyakarta

Sejarah Yayasan Tarakanita, secara khusus Kantor Wilayah Yogyakarta berawal pada tahun 1935 atas permintaan Yayasan Kanisius, ada beberapa suster yang mulai mengajar di sekolah-sekolah katolik, yaitu di sekolah semacam HCS di daerah Loji Kecil, yang dikenal dengan nama “School voor de Chineesche Leerlingen”, di sekolah rakyat Volkschool di Gowongan dan sekolah di Ganjuran. Mula-mula sekolah Kanisius Gowongan bernama “ standaard school” atau sekolah standar, yang terdiri dari kelas I sampai kelas V. Pada tahun 1935 dibuka sekolah lain yaitu sekolah dasar untuk putri-putri saja, dari kelas I sampai dengan kelas VI, dan dibagi menjadi dua bagian: 1. Kelas I sampai dengan kelas III disebut Volkschool atau disingkat sebagai VS. 2. Kelas IV sampai dengan kelas VI disebut Meisjes Vervolgshool MVS. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, atas dasar inspirasi atau “impian” dari Sr. Laurentia De Sain, CB. dan Sr. Catharinia Liedmeier, CB sewaktu mereka berdua masih berada dalam camp tahanan Jepang di Muntok Pulau Bangka, di Yogya mulai didirikan berbagai sekolah, yaitu SD Santo Jusuf, SMAK Stella Duce di jalan Sumbing 57 dan SGA Stella Duce yang awalnya menempati sebuah garasi milik dr. Yap yang letaknya di jalan Code, Kota Baru, yang sekarang ini menjadi gedung RRI. Semula segala urusan administrasi dan subsidi dilaksanakan oleh Yayasan Kanisius, yang menjadi milik para Romo SJ. Yayasan Kanisius itu didirikan pada tahun 1918, dan mengelola banyak sekolah, baik di kota maupun di desa-desa di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Melihat perkembangan urusan yang semakin banyak, dan itu berarti menambah beban tugas Yayasan Kanisius, maka missie overste para suster CB di Indonesia yaitu Sr. Laurentia, CB. bersama dewannya dan juga bersama Sr. Catharinia, CB. yang waktu itu diberi tugas sebagai “supervisor” untuk sekolah-sekolah milik CB, mengadakan pembicaraan, yang akhirnya mengambil keputusan untuk mendirikan suatu Yayasan Pendidikan. Keputusan itu diambil pada tanggal 29 April 1952, yang merupakan hari jadi Kongregasi CB yang ke 115. Memang keputusan tersebut baru terwujud secara resmi di hadapan notaris RM. Wiranto di Yogyakarta pada tanggal 07 Juli 1952. Adapun yang mengusulkan nama “Tarakanita” adalah almarhum Bapak E. Djaja Endro, guru bahasa Jawa Kuno di SMAK Stella Duce. Tarakanita yang artinya “ Bintang Penuntun” yang dalam bahasa Latin “ Stella Duce “. Nama Tarakanita itu diambil dari Bahasa Sansekerta. Adapun para pendiri Yayasan Tarakanita adalah sebagai berikut: 1. Sr. Ursulia, CB., 2. Sr. Catharinia, CB., 3. Sr. Bernardia, CB., 4. Sr. Marie Johanna, CB., 5. Ibu Hardjosoebroto, 6. Bapak Markus Manguntiyoso, 7. Bapak E. Sudarmo, 8. Romo van Thiel, SJ. Dalam mengarungi jaman sejak tahun 1952 bahtera Yayasan Tarakanita telah mengalami beberapa kali perubahan Anggaran dasar. Perubahan Anggaran Dasar I terjadi pada tahun 1957. Pada tahun 1984 perubahan Anggaran Dasar II, yang disyahkan pada tanggal 24 Oktober 1984 oleh notaris Raden Ma’roef Suprapto di Yogyakarta. Pada tanggal 10 September 1986 terjadi perubahan Anggaran Dasar III, disyahkan di hadapan notaris Henricus Subekti, SH. di Klaten. Pada tanggal 24 Juni 1987 perubahan Anggaran Dasar IV disyahkan di hadapan notaris Raden Ma’roef Suprapto di Yogyakarta. Perubahan ini dilakukan dalam rangka memenuhi Undang- Undang no. 8 tahun 1985 tentang kemasyarakatan ke”ormas”an. Sejak berdirinya pada tanggal 07 Juli 1952, Pusat kedudukan Yayasan Tarakanita berada di Jln. Terban Taman 30, yang sekarang bernama Jln. Cik Di Tiro 30 Yogyakarta, dan hanya merupakan satu-satunya Yayasan Pendidikan milik Kongregasi CB di Indonesia. Baru dalam rapat Badan Pengurus lengkap yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 22 Agustus 1988 telah diputuskan antara lain untuk memindahkan kedudukan dan Kantor Pusat Yayasan Tarakanita dari Yogyakarta ke Jakarta, di jalan Balai Pustaka Barat, nomor 712 A Rawamangun, Jakarta Timur. Perubahan pindah tempat dan kedudukan ini disyahkan oleh notaris Raden Ma’roef Suprapto di Yogyakarta pada tanggal 21 November 1988. Peristiwa itu dicatat sebagai perubahan Anggaran Dasar V. Akte tersebut telah terdaftar di Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada tanggal 26 Januari 1989, dengan nomor 27Leg1989. Pada tanggal 08 Oktober 1996 diadakan perubahan Anggaran Dasar yang ke VII. Anggaran Dasar ke VII ini direvisi pada tahun 2002 karena ada penggabungan merger dua Yayasan Pendidikan milik Kongregasi CB, yaitu Yayasan Pendidikan Karolus Borromeus yang disatukan dengan Yayasan Tarakanita. Anggaran Dasar terbaru atau yang ke VIII disahkan oleh notaris pada tanggal 20 Juli 2002, sedangkan secara intern sudah ditetapkan pada tanggal 15 Juli 2002. Perubahan ini sekaligus juga untuk menyesuaikan dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan. Mulai tahun 2002 Yayasan Tarakanita memiliki 7 Kantor Wilayah, yaitu: 1. Kantor Wilayah Jakarta, 2. Kantor Wilayah Tangerang

3. Kantor Wilayah Yogyakarta,

4. Kantor Wilayah Jawa Tengah 5. Kantor Wilayah Surabaya 6. Kantor Wilayah Lahat, 7. Kantor Wilayah Bengkulu.

B. Bagan Fungsi Organisasi Yayasan Tarakanita Kantor Wilayah

Yogyakarta Gambar 4.1. Bagan Fungsi Organisasi Yayasan Tarakanita Kantor Wilayah Yogyakarta

C. Keyakinan Dasar, Nilai- Nilai Inti, serta Visi dan Misi

Penyusunan Rencana Strategis 20132014-20172018 mendasarkan pada keyakinan dasar dan nilai-nilai inti serta Visi Misi Yayasan Tarakanita. 1. Keyakinan Dasar Keyakinan dasar dirumuskan dengan menggali informasi yang memperkuat kebenaran visi yang telah dirumuskan dan kebenaran tentang perjalanan untuk mewujudkan visi. Adapun keyakinan dasar yang memperkuat perwujudan visi sebagai berikut: a. Setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan, kebebasan batin dan berkembang mencapai keutuhannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Pendidik pertama dan utama adalah orang tua. c. Peningkatan kecerdasan adalah hakiki dalam proses pendidikan. d. Lembaga pendidikan yang dipupuk oleh keluarga, masyarakat, tempat yang paling baik untuk membuat keputusan. e. Kepemimpin yang demokratis dan partisipatif memberi lingkungan yang kondusif bagi keberhasilan dan pencapaian tujuan pendidikan. f. Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan menentukan keberhasilan dan pencapaian keutuhan peserta didik. g. Standar tinggi menghasilkan pencapaian yang tinggi. h. Administrasi sebagai penunjang dan pelayanan dalam proses pendidikan harus memberi kontribusi yang berarti bagi keberhasilan tujuan pendidikan. 2. Nilai-nilai Inti Nilai inti bersifat kekal sebagai hasil refleksi hidup pribadi- pribadi yang kuat. Sebagai kristalisasi dari penghayatan hidup pribadi- pribadi yang kuat, nilai inti bersifat murni dan orisinil khas. Selain itu, nilai inti tidak boleh secara terbalik dijabarkan atau diringkas dari pernyataan visi-misi. Dalam organisasi kita, nilai inti adalah keutamaan- keutamaan dalam penghayatan hidup Santo Carolus Borromeus dan Bunda Elisabeth, yaitu: a. Iman yang dalam. b. Cinta kasih tanpa syarat dan berbelarasa kepada meraka yang miskin, tersisih, berkesasakan hidup, dan menderita.