Frekuensi dan Slip Rotor .1 Tegangan Induksi pada Rangkaian Ekuivalen
Mesin Listrik 413
c
Gambar 5.101 Terjadinya Putaran pada Motor Induksi
x Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar
untuk menanggung kopel beban, maka rotor akan berputar searah
dengan medan putar stator.
x Supaya timbul tegangan induksi pada rotor, maka harus ada perbe-
daan relatif antara kecepatan medan putar statorNs dengan kecepatan
putar rotor Nr.Perbedaan kecepat- an antara Nr dengan Ns disebut Slip
S, dan dinyatakan dengan persa-
maan 100
x Ns
Nr Ns
S
x Bila Nr = Ns tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir
pada kumparan jangkar rotor, se- hingga tidak dihasilkan kopel. Kopel
pada motor akan terjadi bila Nr lebih kecil dari Ns.
Kumparan stator motor induksi tiga fasa bila dihubungkan dengan suplai tega-
ngan tiga fasa akan mengasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepat-
an sinkron sesuai dengan persamaan
P f
Ns
120 . Medan putar yang terjadi
pada stator ini akan memotong peng- hantar- penghantar yang ada pada bagi-
an rotor, sehingga terinduksi arus, dan sesuai dengan dengan Hukum Lentz,
sehingga rotor akan berputar mengikuti putaran medan stator.
Perbedaan kecepatan medan putar stator dengan putaran rotor biasa dise-
but slip. Apabila terjadi penambahan beban, maka akan mengakibatkan naik-
nya kopel motor dan selanjutnya akan memperbesar arus induksi pada bagian
rotor. Frekuensi rotor saat motor belum ber-
putar nilainya akan sama dengan fre- kuensi yang terjadi pada belitan stator,
dan apabila sudah berputar frekuensi rotornya akan sebanding dengan peru-
bahan slip yang terjadi pada motor ter- sebut.
Saat rotor belum berputar maka Slip = 1, frekuensi dari ggl rotor nilainya sama
dengan frekuensi yang di suplai ke bagian stator. Nilai tegangan induksi
pada rotor saat diam adalah maksimum, sehingga motor ekuivalen dengan se-
buah transformator tiga fasa yang di hubung singkat pada sisi sekundernya.
Saat rotor mulai berputar, kecepatan relatif antara rotor dengan fluks medan
putar stator akan menurun, sehingga tegangan induksi rotor berbanding lang-
sung dengan kecepatan relatif, dengan demikian tegangan induksi di rotor akan
mengalami penurunan.
5.6.2 Frekuensi dan Slip Rotor 5.6.2.1 Tegangan Induksi pada
Rotor
Di unduh dari : Bukupaket.com
414 Mesin Listrik
Jadi untuk Slip S, tegangan induksi rotor akan S kali tegangan induksi saat diam,
oleh karena itu pada kondisi ber-putar :
2 2
SE E
r
Seperti telah dijelaskan diatas, putaran rotor tidak akan sama dengan putaran
medan stator, karena bila rotor berpu- tar sama cepatnya dengan medan sta-
tor, tidak akan timbul perbedaan kece- patan sehingga tidak ada Ggl induksi
yang timbul pada rotor, tidak ada arus dan tidak ada kopel yang mendorong
rotor. Itulah sebabnya rotor selalu berputar
pada kecepatan dibawah kecepatan medan putar stator. Perbedaan kece-
patan tergantung pada besarnya beban motor. Slip mutlak menunjukkan kece-
patan relatif rotor terhadap medan putar. Slip Mutlak = Ns – Nr
Slip S merupakan perbandingan slip mutlak terhadap Ns, ditunjukkan per unit
atau prosen oleh hubungan :
100
x Ns
Nr Ns
S
Dalam keadaan diam, frekuensi rotor
f
2
sama besarnya dengan frekuensi sumber tegangan, bila rotor berputar
frekuensi rotor tergantung pada besar- nya kecepatan relatif atau slip mutlak.
Hubungan antara frekuensi dengan slip dapat dilihat sebagai berikut :
P f
Ns
1
. 120
dan 120
.
1
Ns P
f
dan pada rotor berlaku hubungan :
1 2
1 2
Sxf f
S f
f
Dalam beberapa hal mesin Induksi me-
nyerupai mesin sinkron, tetapi pada da- sarnya mesin induksi ini hampir sama
dengan transformator, terutama saat belum berputar.
Energi yang “dipindahkan” dari stator ke rotor dilakukan berdasarkan azas imbas
elektromagnetinduksi dengan bantuan fluksi bersama, karena itu rangkaian
ekuivalen motor induksi digambarkan seperti rangkaian ekuivalen transforma-
tor. Bagian stator membentuk sisi primer dan rotor sebagai sisi sekunder.
Gambar 5.102 Rangkaian Ekuivalen
Rotor