Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I pada penelitian ini membahas tentang enam sub bab yaitu, A latar belakang masalah, B pembatasan masalah, C rumusan masalah, D tujuan penelitian, E manfaat penelitian, dan F definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pembelajaran sebaiknya diawali dengan merancang rencana kegiatan pembelajaran. Salah satu aspek yang sangat penting dalam rencana kegiatan pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menjadi pedoman bagi ketercapaian target yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus berusaha untuk memberikan mutu pengajaran yang baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru dapat mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran melalui hasil penilaian belajar peserta didik. Endrayanto dan Harumurti 2014: 258 mengemukakan bahwa guru dapat menilai keberhasilan peserta didik dan sekaligus mengevaluasi metode pengajaran yang diberikannya berdasarkan kriteria tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Kunandar 2014: 3 yang menyatakan bahwa guru memiliki kewajiban untuk menyusun perencanaan pembelajaran sebelum melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Pada proses pembelajaran yang dipandang sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan, kegiatan evaluasi pada proses pembelajaran menjadi salah satu hal yang penting untuk dilaksanakan. Guru diwajibkan melakukan evaluasi pada proses pembelajaran untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Tyler dalam Majid, 2014: 32 mengatakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan 2 bagian mana tujuan pendidikan telah tercapai. Ada tiga istilah yang harus ada dalam kegiatan evaluasi yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. Salah satu alat evaluasi yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah dengan memberikan tes kepada peserta didik. Tes merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arifin 2009: 246 mengemukakan bahwa tes hendaknya disusun berdasarkan dengan prinsip dan prosedur penyusunan tes. Tes yang disusun berdasarkan prinsip dan prosedur penyusunan tes akan menghasilkan tes dengan kualitas baik. Tes juga berfungsi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan mengenai materi pelajaran. Setiap guru berusaha untuk meningkatkan mutu tes yang disusunnya dengan baik. Tes yang diberikan kepada peserta didik sebaiknya memiliki kualitas yang baik, karena tes yang diberikan dengan kualitas tes yang kurang baik, maka hasilnya akan kurang baik. Tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dan dikatakan reliable apabila dapat dipercaya dan konsisten. Tes yang diberikan kepada peserta didik akan dianalisis selanjutnya untuk mengetahui kualitas tes tersebut. Tes yang dianalisis meliputi tes secara keseluruhan maupun analisis terhadap setiap butir soalnya. Tujuan analisis butir soal berdasarkan pendapat Arifin 2009: 246 adalah untuk mengetahui kekurangan butir soal, sehingga dapat diperbaiki sebelum digunakan pada tes berikutnya. Analisis butir soal terdiri dari dua cara, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Pendapat ini diperkuat oleh Basuki dan Hariyanto 2014: 131 yang menyatakan bahwa terdapat dua cara analisis butir 3 soal yaitu cara kualitatif yang akan menganalisis validitas isi, sedangkan cara yang kedua adalah analisis kuantitatif meliputi analisis reliabilitas, tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Hal ini sesuai dengan pendapat Djiwandono 2008: 218 yang mengatakan bahwa analisis butir soal berhubungan dengan tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Analisis butir soal juga dapat membantu guru untuk meningkatkan kualitas butir soal yang telah disusun. Analisis butir soal perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana butir soal tersebut dapat digunakan dalam pengujian tes hasil prestasi belajar peserta didik. Tingkat kesulitan digunakan untuk menganalisis butir soal. Soal dikatakan berkualitas baik bila soal tersebut memiliki sifat tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Sukardi 2008: 136 mengatakan bahwa tingkat kesulitan atau indeks kesulitan adalah angka yang menunjukkan seberapa banyak peserta didik yang menjawab benar dalam mengerjakan soal yang dilakukan dengan menggunakan tes objektif. Pada penyusunan tes atau butir soal, guru sebaiknya memperhatikan tingkat kesulitan tes atau butir soal tersebut, sehingga akan didapatkan hasil yang baik. Daya pembeda juga digunakan untuk menganalisis butir soal. Arikunto 2012: 226 menjelaskan bahwa analisis daya pembeda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan siswa yang telah memahami materi yang diujikan atau siswa pada kelompok tinggi dengan siswa yang belum memahami materi dan siswa kelompok rendah. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa butir soal yang memiliki daya pembeda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 yang baik adalah butir soal yang mempu membedakan antara siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang belum memahami materi. Terakhir yang digunakan untuk menganalisis butir soal adalah efektivitas pengecoh. Uno dan Koni 2012: 157 berpendapat bahwa tujuan melaksanakan analisis pengecoh butir soal adalah untuk mengetahui keefektivan atau keberfungsian setiap pengecoh pada masing-masing butir soal. Pendapat lain dikemukakan oleh Basuki dan Hariyanto 2014: 139 mengatakan bahwa distraktor atau pengecoh adalah pilihan jawaban yang mengecoh atau pilihan jawaban selain kunci jawaban. Setelah guru menyusun tes kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap hasil belajar peserta didik. Kunandar 2014: 61 mengemukakan bahwa melalui penilaian hasil belajar dapat diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik setelah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Penilaian hasil belajar memberikan gambaran ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti telah melakukan wawancara dengan pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta terkait penelitian yang akan dilaksanakan. Informasi yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil wawancara tersebut adalah informasi berupa data jumlah Sekolah Dasar SD Negeri dan Swasta yang berada di Kecamatan Depok. Terdapat 54 SD yang terdiri dari 37 SD Negeri dan 17 SD Swasta. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti mendapatkan data mengenai jumlah SD yang mengimplementasikan Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Pendidikan KTSP, sedangkan terdapat 5 SD yang mengimplementasikan Kurikulum 2013. Selain itu, peneliti dapat mengetahui bahwa belum pernah dilakukan penelitian analisis butir soal UAS genap mata pelajaran IPA kelas IV SD di wilayah Kecamatan Depok. Peneliti memilih Kecamatan Depok, Sleman sebagai tempat untuk melakukan penelitian karena Kecamatan Depok memiliki kelebihan dibandingkan kecamatan lain yang ada pada kecamatan lain yang ada di wilayah Sleman, kelebihannya adalah Kecamatan Depok pertama, letak Kecamatan Depok strategis, dekat dengan pusat pendidikan atau perguruan tinggi, dan jumlah sekolah yang banyak dibandingkan kecamatan lainnya. Berdasarkan uraian sebelimnya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD yang mengimplementasikan Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP di kecamatan Depok. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis validitas isi, reliabilitas, tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh pada butir soal tersebut. Peneliti juga telah memilih untuk melakukan penelitian pada kelas IV SD, karena kelas empat tingkatan dari kelas bawah menuju kekelas atas yang mengikuti Ulangan Akhir Semester UAS genap. Materi yang ada pada soal Ulangan Akhir Semester UAS genap untuk kelas IV SD tentunya mulai sulit jika dibandingkan dengan tingkatan kelas yang berada di bawahnya. Dengan hal ini, peneliti ingin mengetahui apakah soal yang diujikan dalam Ulangan Akhir Semester UAS genap untuk kelas IV SD ini telah memiliki tingkat kesulitan yang baik dan dapat diterima. Hal ini berhubungan dengan aspek yang lainnya, yaitu tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan 6 efektivitas pengecoh. Selain itu, peneliti memilih mata pelajaran IPA karena mata pelajaran IPA memiliki tingkat kesulitan jika dibanding dengan mata pelajaran yang lainnya.

B. Pembatasan Masalah