c. Monitoring harga bahan pangan strategi dan lokal.
d. Monitoring pengadan penyiapan penyaluran cadangan pangan.
e. Monitoring daerah rawan pangan.
f. Monitoring kewaspadaan pangan bencana alam dan gangguan OPT.
g. Monitoring penganekaragaman konsumsi bahan pangan.
h. Monitoring mutu dan keamanan pangan.
i. Supervisi yang terkoordinasi ke lapangan.
6. Melaksanakan pengkajian, analisis dan pembinaan terhadap aspek-aspek
ketahanan pangan ketersediaan, distribusi, penganekaragaman konsumsi dan kewaspadaan atau keamanan pangan.
7. Memantau dan mengendalikan ketersediaan dan distribusi bahan pangan,
terutama Sembilan bahan pokok pangan. 8.
Mengkoordinasikan pelaporan dan evaluasi program peningkatan ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan, mutu dan keamanan pangan.
3.3 Kebijakan-Kebijakan Kantor Badan Ketahanan Pangan untuk Peningkatan
Pangan
Kebijakan Kantor Badan Ketahanan Pangan untuk peningkatan pangan meliputi berbagai aspek diantaranya adalah:
1. Kebijakan dalam aspek ketahanan pangan:
1. Menjaga ketersediaan pangan melalui upaya-upaya peningkatan produksi dan
produktivitas bahan nabati dan hewani sesuai potensi wilayah masing-masing yang diwujudkan melalui 4 empat usaha pokok yaitu intensivikasi,
Universitas Sumatera Utara
ekstensivikasi, diversivikasi dan rehabilitasi dengan 8 delapan langkah kegiatan utama yaitu:
a. Pemberdayaan kelompok tani dan kelembagaan kelompok ekonomi petani
KUD, Kotan dan lain-lain. b.
Pemantapan penyediaan dan penyaluran sarana produksi benih, pupuk, obat-obatan dan alsintan.
c. Penyediaan dan penyaluran kredit modal.
d. Peningkatan mutu teknologi.
e. Peningkatan kinerja penyuluh.
f. Mengembangkan kemitraan dalam pemasaran hasil.
g. Peningkatan mutu koordinasi.
h. Peningkatan dan pengembangan jaringan irigasi.
2. Perlu menata ulang kembali mekanisme tata cara pengadaan dan penyaluran
pupuk yang sudah ada secara terkoordinasi dengan pemerintah daerah sehingga pupuk betul-betul tersedia di tengah-tengah petani yang memenuhi prinsip 6
enam tepat. 3.
Tingkat ketersediaan bahan pangan yang bersumber dari produksi local harus diupayakan secara bertahap mencapai titik ideal yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan jika terjadi kelebihan surplus diprioritaskan untuk perdagangan antar provinsi maupun eksport.
4. Mendukung kebijakan pemerintah untuk tetap melaksanakan larangan import
beras pada tahun 2005 dan tahun 2006, mengingat cadangan dan produksi cukup tinggi.
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk memantapkan ketersediaan gula pemerintah dihimbau untuk memberikan
kepercayaan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan import gula melalui importer daerah sehingga lebih memudahkan dalam pengawasan.
2. Kebijakan dalm aspek distribusi:
1. Mengembangkan kerja sama jaringan distribusi dan informasi pangan dalam
daerah dan antar daerah untuk mewujudkan ketersediaan dan stabilitas harga. 2.
Peningkatan efisiensi kelancaran distribusi bahan pangan melalui reformasi berbagai peraturan yang menghambat lalulintas perdagangan, pengembangan
saranan dan prasarana distribusi serta pelayanan teknologi pasca panen. 3.
Peningkatan kemampuan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menstabilkan harga bahan pangan antar waktu maupun antar wilayah.
4. Penguatan yang bukan saja antar provnsi tetapi juga eksport serta
mengembangkan kemitraan pemasaran hasil. 3.
Kebijakan dalam aspek penganekaragaman konsumsi: 1.
Melakukan upaya-upaya diversifikasi konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan berimbang serta aman, sesuai dengan kondisi dan situasi daerah, dengan
mengutamakan sumber pangan local untuk mencegah ketergantungan terhadap satu jenis pangan tertentu sesuai dengan Pola Pangan Harapan PPH.
2. Penurunan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat.
3. Peningkatan penganekaragaman konsumsi bahan pangan yang seimbang baik
jenis nabati, atau hewani maupun mutu dan gizi. 4.
Peningkatan konsumi bahan pangan local sebagai basis pada non beras. 4.
Kebijakan Dalam Aspek Kewaspadaan dan Keamanan Pangan
Universitas Sumatera Utara
1. Melaksanakan pengamatan dini kerawanan pangan serta mengembangkan
cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi kondisi darurat bencana alam, kerawanan pangan kronis dan lain-lain yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam 3 tiga bulan. 2.
Peningkatan kemampuan fungsi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPG. 3.
Peningkatan keberdayaan masyarakat miskin yang berada dalam kondisi kerawanan pengan kronis serta pengembangan jaringan pengamatan pangan bagi
kelompok rawan pangan transien mendadak karena bencana alam dan sosial. 4.
Peningkatan pengembangan keamanan mutu dan gizi pangan. 5.
Kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan: 1.
Mengurangi jumlah penduduk yang kelaparan sekurang-kurangnya 1 per tahun dimulai tahun 2005 sebagai komitmen Indonesia dalam deklarasi Roma
Tahun 1996 pada KTT Pangan Dunia melalui Pembangunan Ketahanan Pangan di pedesaan dan perkotaan.
2. Mengembangkan desa mandiri pangan dan menggalang sumber-sumber dana
masyarakat yang memadai yang dimulai pada tahun 2005. 6.
Kebijakan dalam pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan: Meningkatakan pemberian bantuan langsung masyarakat baik berupa dana
penguatan modal bagi lembaga ekonomi pedesaan maupun bantuan dan berupa penguatan modal usaha kelompok petani di pedesaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 PENGOLAHAN DATA