MK = Modal Kerja
Bank = Bank
JTK = Jumlah Tenaga Kerja
INFD = Infrastruktur desa
T = Teknologi
α = konstanta
β = koefisien regresi
g. Test goodness of fit Uji Kelayakan Model Penelitian
Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya Kuncoro, 2003. Secara statistik goodness
of fit dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F dan nilai koefisien diterminasi.
Dengan demikian untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel perlu dilakukan uji hipotesis berupa uji t dan uji F.
1. Uji Hipotesis Statistik t
Uji t adalah pengujian koefisien regresi parsial individual yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen Xi secara individual
mempengaruhi variabel dependen Y. Langkah-langkah pengujiannya : Menentukan formulasi Ho dan Ha
Ho : tidak ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y Ha : ada pengaruh antara variabel X dengan variabel Y
Level of signifikan α = 0.05 Sampel n = jumlah sampel t tabel = t α 2, n- k. Kesimpulan Apabila t hitung t tabel, maka Ho diterima yang berarti tidak
ada pengaruh antara antara masing-masing variabel X dengan variabel Y. Apabila t hitung t tabel, maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh antara masing-
masing variabel X dengan variabel Y.
2. Uji F atau Uji Signifikansi Persamaan
Universitas Sumatera Utara
Uji F adalah pengujian signifikansi persamaan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel tidak bebas Y yaitu produktivitas masyarakat desa. Langkah-langkah pengujian :
1. Menentukan formulasi Ho dan Ha Ho = β = 0 : tidak ada pengaruh antara variabel bebas secara bersamasama
terhadap variabel tidak bebas Y yaitu produktivitas masyarakat desa Ha = β ≠ 0 : ada pengaruh antara variabel bebas secara bersama -sama
terhadap variabel tidak bebas Y yaitu produktivitas masyarakat desa Taraf nyata α = 95 persen
Derajat kebebasan F tabel α, k, n-k-1 Dimana :
α = 0.05 k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel 2. Kesimpulan
Bila F hitung F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak terdapat pengaruh secara simultan. Bila F hitung F tabel, maka Ho ditolak dan
Ha diterima berarti terdapat pengaruh secara simultan.
3. Koefisien Determinasi R²
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 dan satu. Nilai koefisien determinasi kecil, berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai koefisien determinasi mendekati satu, berarti kemampuan variabel-
Universitas Sumatera Utara
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Ghozali,2006
Dalam penelitian ini menggunakan adjusted R square, karena menurut Ghozali 2006 kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R
2
pasti meningkat. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan menggunakan adjusted R square pada saat
mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
3.5. Definisi Operasional
1. Bank adalah fasilitas penunjang bagi pemodalan dan produktivitas
masyarakat pedesaan. Peran bank diukur dari masyarakat yang menggunakan kredit bank. Jika menggunakan fasilitas kredit bank maka
nilainya 1 dan jika tidak menngunakan nilainya 0 dummy. 2.
Infastruktur adalah kelengkapan sarana dan prasarana di pedesaan, terbagi atas 5 bagian yaitu jalan dan transportasi, listrik, air bersih, pendidikan dan
kesehatan. Dapat diukur dari pernyataan skala likert yang dibuat, nilai 5 jika Sangat Baik, nilai 4 jika Baik, nilai 3 jika Cukup Baik, nilai 2 jika
Tidak Baik dan nilai 1 jika Sangat Tidak Baik. 3.
Modal kerja adalah seluruh modal yang digunakan masyarakat pedesaan atau responden desa yang dijumlahkan dari modal awal dan modal perhari.
Modal diukur dalam satuan rupiah Rp.
Universitas Sumatera Utara
4. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga yang digunakan dalam aktivitas
masyarakat pedesaan untuk mendapatkan hasil orang. 5.
Teknologi adalah penggunaan teknologi kepada masyarakat pedesaan dalam aktivitas mendapatkan produksi. Nilai 1 jika menggunakan
teknologi dan nilai 0 jika tidak menggunakan teknologi dummy. 6.
Produktivitas masyarakat desa diukurdiproxy secara kuantitatif dengan pendapatan. Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh dari
pendapatan utama dan pendapatan sampingan responden selama 1 bulan, diukur dalam satuan rupiah Rp.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan Pemanfaatan Sarana Infrastruktur Desa Terhadap Produktivitas Masyarakat Desa di Kecamatan Batang Serangan
Kabupaten Langkat
Sampai saat ini karakteristik kawasan perdesaan masih dicirikan antara lain oleh rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja, tingginya tingkat kemiskinan,
dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman. Kegiatan ekonomi di perdesaan sebagian besar masih didominasi oleh sektor pertanian primer. Hal ini terlihat
dari pangsa tenaga kerja sektor pertanian di perdesaan yang masih besar, yang mencapai 64,6 persen pada tahun 2005 Sakernas 2005, meskipun menurun
dibandingkan dengan tahun 2003 yang mencapai 67,7 persen Sakernas, 2003. Sementara itu, luas lahan pertanian khususnya sawah tidak bertambah secara
signifikan, bahkan di Pulau Jawa cenderung mengalami penyusutan akibat adanya konversi lahan pertanian ke peruntukan yang lain. Di samping itu, terjadi
fragmentasi lahan pertanian yang menyebabkan penguasaan petani terhadap lahan pertanian terus mengecil hingga berada jauh di bawah skala ekonomi yang layak.
Angka rata-rata penguasaan tanah di Jawa saat ini diperkirakan hanya mencapai 0,2 hektar per rumah tangga petani. Kecenderungan ini dapat berakibat semakin
menurunnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di perdesaan. Keterbatasan akses petani terhadap lahan dan sumber daya ekonomi lainnya
terutama permodalan berakibat pada menurunnya produktivitas pertanian sehingga bermuara pada menurunnya tingkat kesejahteraan petani dan masyarakat
perdesaan pada umumnya. Permasalahan tersebut dapat menyebabkan semakin
Universitas Sumatera Utara
melebarnya jurang ketimpangan desa-kota. Untuk mengatasi permasalahan tersebut RPJM Nasional 2004
– 2009 mengamanatkan, antara lain, perlunya
dikembangkan kegiatan ekonomi non pertanian di perdesaan untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih produktif bagi masyarakat perdesaan serta diversifikasi
usaha pertanian ke arah komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi. Dalam tahun 2006, upaya untuk mendorong berkembangnya kegiatan
ekonomi di perdesaan ditempuh melalui kebijakan antara lain penguatan keterkaitan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan
dalam sebuah kesatuan wilayah pengembangan ekonomi lokal, promosi dan pemasaran produk-produk pertanian dan perdesaan lainnya, perluasan akses
masyarakat terutama kaum perempuan ke sumber daya produktif, peningkatan prasarana dan sarana perdesaan, meningkatkan pelayanan pendidikan dan
kesehatan, serta pengembangan praktek-praktek budidaya pertanian dan usaha non pertanian yang ramah lingkungan. Pada akhir tahun 2006 diharapkan antara lain
sebanyak 94 kawasan agropolitan di 94 kabupaten telah berkembang dan memperoleh dukungan prasarana dan sarana penunjang seperti jalan poros desa,
jalan usaha tani, air bersih, pasarkios pertanian, gudang dan lantai jemur; sekitar 30 ribu sambungan telepon baru telah terpasang di sebanyak 20 ribu desa melalui
program USO; cakupan layanan air minum perpipaan untuk masyarakat perdesaan meningkat menjadi 12 persen; dan rasio elektrifikasi perdesaan mencapai 80,4
persen. Pembangunan perdesaan dalam tahun 2007 diperkirakan masih akan
menghadapi beberapa kendala dan permasalahan mendasar seperti antara lain: a terbatasnya prasarana dan sarana dasar, informasi peluang usahapasar, serta
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan, ketrampilan teknis dan kewirausahaan masyarakat yang menghambat berkembangnya kegiatan ekonomi rakyat di perdesaan; b masih
terbatasnya kemampuan masyarakat danatau lembaga kemasyarakatan di perdesaan dalam pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan prasarana dan
sarana dasar perdesaan; c belum mantapnya kelembagaan sosial ekonomi masyarakat; serta d masih rendahnya kapasitas kelembagaan dan keuangan
pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan pembangunan perdesaan yang telah menjadi urusan atau kewenangannya. Sehubungan dengan itu maka
tantangannya terkait dengan upaya untuk mengatasi kendala dan permasalahan tersebut di atas dalam rangka mengamankan pencapaian sasaran-sasaran RPJM
Nasional 2004–2009 dan RKP 2007 pada khususnya. Dalam hal prasarana dan sarana perdesaan, yang menjadi tantangan tidak
hanya meningkatkan kuantitas dan kualitas ketersediaannya, tetapi juga tingkat persebarannya kemerataannya antar daerah. Sebagai contoh, rasio elektrifikasi
desa di luar Jawa masih rendah dibandingkan di Jawa. Sampai saat ini jumlah desa yang telah mendapat aliran listrik di Jawa mencapai 23.412 desa 93,2
persen dari jumlah desa di Jawa 25.116 desa, sedangkan untuk luar Jawa jumlahnya baru mencapai 28.594 desa 69,6 persen dari jumlah desa di luar Jawa
41.098 desa. Secara nasional masih terdapat 22 persen atau sebanyak 14.208 desa yang belum mendapat aliran listrik sehingga perlu segera dipenuhi kebutuhannya.
Tantangan lainnya adalah meningkatkan koordinasi dan keterpaduan kegiatan antar pelaku pembangunan pemerintah, masyarakat, dan swasta dan antar sektor
dalam rangka mendorong diversifikasi kegiatan ekonomi perdesaan yang memperkuat keterkaitan sektoral antara pertanian, industri dan jasa penunjangnya
Universitas Sumatera Utara
serta keterkaitan spasial antara kawasan perdesaan dan perkotaan. Sementara itu, dalam upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan, tantangannya
antara lain adalah meningkatkan kapasitas lembaga kemasyarakatan desa sebagai mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa; memperkuat
lembaga ekonomi perdesaan dan peran fasilitator pembangunan dalam menggerakkan perekonomian di perdesaan; menyediakan dukungan informasi
peluang usahapasar yang tepat; layanan permodalan usaha yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat; dan teknologi tepat guna; serta meningkatkan
kapasitas dan kemandirian pemerintah daerah dalam menyelenggarakan upaya- upaya pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat perdesaan.
Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sejahtera, adil dan makmur seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945. Karena itu pembangunan sektor pertanian sebagaimana pembangunan
perekonomian nasional harus dilakukan dengan memberdayakan potensi sumberdaya ekonomi dalam negeri yang dimiliki, serta memperhatikan
perkembangan ekonomi dunia yang terus berkembang secara dinamis. Pembangunan sektor pertanian dalam kerangka pembangunan nasional
dirancang melalui revitalisasi pertanian dan perdesaan yang dijabarkan dengan 7 upaya yaitu : 1 pembangunan infrastruktur pertanian dan perdesaan, 2
pelaksanaan reforma agraria, 3 peningkatan akses petani terhadap sumberdaya produktif dan permodalan, 4 peningkatan produktifitas dan kualitas petani dan
pertanian, 5 pengembangan diversifikasi aktifitas ekonomi perdesaan, 6 pengembangan industrialisasi perdesaan, dan 7 peningkatan kesejahteraan dan
Universitas Sumatera Utara
kualitas hidup petani dan rumah tangga petani. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup besar baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembangunan perekonomian nasional. Secara langsung, sektor pertanian memiliki peranan dalam pembentukan
produk domestik bruto PDB, penciptaan ketahanan pangan, perolehan devisa melalui ekspor hasil pertanian, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan
kerja, dan penampung reservoar tenaga kerja yang kembali ke perdesaan sebagai akibat dampak krisis, menanggulangi kemiskinan masyarakat yang
semakin meningkat, pengendalian inflasi, dan dengan tingkat pertumbuhan yang positif sektor pertanian berperan dalam menjaga laju pertumbuhan nasional.
Secara tidak langsung, pembangunan sektor pertanian berperan dalam penciptaan iklim ekonomi makro melalui pengaruhnya terhadap tingkat inflasi yang sebagian
besar dipengaruhi oleh dinamika harga bahan pangan, mendukung pembangunan industri hulu melalui permintaan sarana produksi pertanian, penyediaan bahan
baku agroindustri, dan pembangunan industri hilir melalui proses pengolahan bahan pangan dan non pangan produk pertanian yang berkualitas, serta penciptaan
sistim pemasarannya. Dalam konteks pembangunan spasial, terjadi urban bias yang cenderung
mendahulukan pertumbuhan ekonomi melalui kutub-kutub pertumbuhan yang diharapkan dapat menimbulkan efek penetesan trickle down effect ke wilayah
hinterland- nya. Ternyata net-effect-nya menimbulkan pengurasan besar massive
backwash effect . Dengan perkataan lain, dalam konteks ekonomi telah terjadi
transfer sumberdaya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara besar-
Universitas Sumatera Utara
besaran. Walaupun kawasan perkotaan juga berperan penting dalam mensuplai barang-barang dan pelayanan untuk pertumbuhan dan produktifitas pertanian.
Kegagalan pembangunan di wilayah perdesaan selain mengakibatkan terjadinya backwash effect, juga mengakibatkan penguasaan terhadap pasar,
kapital dan kesejahteraan yang lebih banyak dimiliki oleh masyarakat perkotaan. Sebagai akibatnya kondisi masyarakat perdesaan semakin terpuruk dalam
kemiskinan dan kebodohan. Keadaan ini juga dinyatakan oleh Yudhoyono 2004 bahwa pembangunan yang telah berkembang selama ini melahirkan kemiskinan
dan pengangguran struktural di pertanian dan perdesaan. Untuk itu tantangan pembangunan ke depan adalah mengintegrasikan pembangunan pertanian dan
perdesaan secara berimbang. Melihat kondisi yang demikian, masyarakat perdesaan secara rasional mulai melakukan migrasi ke wilayah perkotaan, yang
semakin lama semakin deras speed up proccesses, meskipun tidak ada jaminan bahwa mereka akan mendapatkan pekerjaan, tetapi bagi mereka kehidupan di kota
lebih memberikan harapan untuk menambah penghasilan. Keadaan ini selanjutnya menimbulkan persoalan-persoalan terhadap masyarakat kawasan perkotaan, antara
lain timbulnya pemukiman kumuh dan rumah liar, masalah kemacetan, keadaan sanitasi dan air bersih yang buruk, menurunnya kesehatan masyarakat dan pada
gilirannya akan menurunkan produktifitas masyarakat di kawasan perkotaan. Kecamatan Batang Serangan memiliki 7 desa dan 1 kelurahan yaitu desa Sei
Bamban, desa Karya Jati, desa Kuala Musam, desa Sei Musam, desa Namo Sialang, desa Sei Serdang dan desa Palu Pakih Babusalam. Kelurahan Batang
Serangan merupakan pusat ekonomi disini, memiliki pasar yang ramai dan terdapat bank di dalamnya. Desa Sei Bamban adalah desa yang paling maju dan
Universitas Sumatera Utara
padat akan penduduk. Desa Kuala Musam merupakan desa terluas di Kecamatan Batang Serangan dan desa Namo Sialang adalah desa yang letaknya paling jauh.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara langsung dengan salah satu masyarakat disana, Kecamatan Batang Serangan memiliki pelayanan kesehatan yang sudah
baik, kondisi jalan yang cukup baik mendukung kegiatan masyarakat, tidak kekurangan sumber daya listrik dan air bersih yang tersedia di seluruh desa.
Secara garis besar, infrastruktur desa ini sudah baik dan mencukupi bagi masyarakat desa.
Kecamatan ini memiliki 21 bangunan SD, 1 bangunan SMP, 2 bangunan SMA negeri dan 3 bangunan SMA swasta. Rata-rata, 50 masyarakat desa
merupakan tamatan SMP, 20 tamatan SMA, 20 tamatan SD dan 10 tamatan perguruan tinggi di kota. Kegiatan transportasi umum di desa ini berakhir pada
jam 6 sore. Memiliki 2 bank yang berperan besar di dalamnya yaitu BRI dan BPR selama 15 tahun, di Kecamatan ini koperasi kurang berperan bagi masyarakat.
Banyak masyarakat desa yang bekerja sebagai Buruh Harian Lepas BHL karena kurangnya sumber daya manusia di desa. Kebanyakan masyarakat desa di
Kecamatan Batang Serangan merupaka petani karet dan sawit, mereka beternak sapi sebagai usaha sampingan. Kecamatan ini di bantu oleh Tenaga Kerja Sosial
Kecamatan TKSK untuk penyuluhan ketrampilan bekerja. Dari gambaran di atas, terlihat bahwa masyarakat desa di Kecamatan Batang
Serangan memiliki kehidupan yang masih kurang berkembang karena kurangnya pendidikan dan teknologi. Mereka bekerja hanya untuk memenuhi kehidupannya
saja. Kurangnya ketrampilan, pendidikan dan teknologi membuat mereka kurang produktif walaupun mereka memiliki lahan yang luas, bahkan ada beberapa
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang memiliki kebuh sawit atau kebun karet sendiri. Infrastruktur desa yang sudah baikpun tidak bisa mendorong masyarakat desa untuk lebih
produktif dalam bekerja maupun dalam mengembangkan usaha mereka karena kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Para tamatan perguruan tinggi di
Kecamatan ini tidak pernah kembali ke desa dan bekerja di kota besar, sehingga Kecamatan ini kekurangan tenaga ahli atau tenaga berpendidikan.
4.2. Hasil Analisa Sarana Infrastruktur Desa Terhadap Produktivitas Masyarakat Desa
4.2.1. Uji Asumsi Klasik 1. Validitas dan Realibitas
Validitas yang digunakan adalah validitas isi atau content validity yaitu sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat pernyataan, dilihat dari isinya
benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur Hadi, 2000. Didalam pelaksanaannya, content validity dilakukan dengan menggunakan
profesional judgment yaitu pertimbangan dosen pembimbing yaitu Prof. Dr.
Ramli, M.Si. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada
dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang
semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki. Menurut Nunnally dalam Ghozali 2001, suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,60. Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan SPSS 19, diperoleh nilai Cronbach alpha sebesar 0,636. Hal
ini berarti alat ukur untuk infrastruktur sudah reliabel walaupun tidak terlalu
Universitas Sumatera Utara
tinggi namun sudah melewati batas yang telah ditentukan yaitu 0,60 Nunally dalam Ghozali, 2001.
Tabel 4.1. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
Cronbachs Alpha Based on Standardized Items
N of Items
,636 ,644
10
Sumber : Lampiran I
2. Uji Normalitas
Hasil analisa dengan menggunakan SPSS 19 untuk menunjukan suatu data berdistribusi normal atau tidak dapat ditunjukan dari gambar di bawah ini.
Sumber : Lampiran I
Gambar 4.1. Uji Normalitas
Universitas Sumatera Utara
Data berdistribusi normal jika data tersebut membentuk kurva bel. Jika dilihat dari gambar di atas, meski tidak sempurna data yang digunakan ada
kecenderungan membentuk kurva bel, dengan demikian data dianggap berdistribusi normal.
3. Uji Multikolinieritas