Pasar Kredit, Modal Usaha dan Teknologi

banyak dalam jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat.

2.5. Pasar Kredit, Modal Usaha dan Teknologi

Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut melalui pertumbuhan produktivitas. Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi Bhinadi, 2003. Bila membahas mengenai persoalan kredit, maka pandangan kita tidak lepas dari pembahasan mengenai pasar kredit. Secara singkat pasar kredit dapat diartikan sebagai pertemuan antara penjual dan pembeli yang ada di pasar kredit, atau dengan kata lain terjadinya transaksi kredit antara pemberi kredit kreditor dengan penerima kredit debitor. Dalam hal ini pihak kreditor menawarkan sejumlah uang tertentu, dan pihak distributor akan menerima sejumlah uang tertentu. Selanjutnya besarnya jumlah dana yang dapat di pinjamkan oleh Si pemberi kredit ini disebut dengan loanable funds Harunnurrasyid, 2002. Dalam teori pasar kredit, keseimbangan pasarnya terjadi bila pertemuan antara pemerintah dan penawaran kredit. Menurut George N. Halm Dalam Farid Wijaya, 1999, faktor-faktor utama yang mempengaruhi penawaran loanable funds yaitu saving, hoarding, dishoarding, amortization quotas, turnover of Universitas Sumatera Utara working capital dan berbagi kebijaksanaan ekonomi antara lain kebijaksanaan perpajakan atau tax policies. Selanjutnya dari segi permintaan loanable funds dipengaruhi oleh interest rate tingkat bunga dan dependent on the anticipated profitability of the planed invesment kemampuan antisipasi perilaku keuntungan dari investasi yang di rencanakan. Sedangkan menurut Charles L. Prather Dalam Wayne, 1997 dijelaskan pula kredit memperkaya konsumsi masyarakat melalui kelonggaran yang dimilikinya untuk memiliki tempat tinggal, mobil, peralatan dan perlengkapan serta barang-barang elektronik, dan barang-barang tahan lama lainnya pada masa sekarang, dengan janji untuk membayarnya di masa datang intern for promises to pay in future . Di samping itu, menurutnya kredit memungkinkan individu- individu untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa untuk mengatasi kebutuhan finansial darurat pada saat kelahiran anak, sakit, dan musibah kematian. Kredit juga membantu memperluas kegiatan produksi dalam bentuk peningkatan besarnya unit proses produksi dalam bentuk peningkatan besarnya unit proses produksi dan efisiensi pengolahan produksi. Namun demikian, kenyamanan memiliki barang-barang konsumsi yang relatif jauh berada di bawah kemampuan pendapatan sebenarnya dapat menimbulkan beban dan kerugian konsumsi bagi masyarakat di masa datang dan menimbulkan tabungan yang dipaksakan. Suatu motif yang diharapkan dapat timbul dari kenaikan produksi tidaklah mungkin dapat menjadi kenyatan, sehingga dapat menenggelamkan Si penerima kredit dalam kewajiban-kewajiban besar yang harus di penuhi. Di samping itu, Si penerima kredit dapat secara terpaksa mengurangi kegiatan-kegiatannya di masa datang karena sebagian besar Universitas Sumatera Utara pendapatannya terpaksa harus digunakan untuk melunasi hutang dan bunga pinjaman. Apalagi dalam keadaan pinjaman yang di terima oleh si penerima kredit tenggang waktu transaksinya relatif cukup pendek, hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi penerima kredit itu sendiri karena dengan secara suka rela maka ia harus melunasi hutang yang diperolehnya yang harus dibayarnya dalam jumlah yang cukup besar sehingga cenderung menyebabkan perubahan yang tajam dalam belanja pendapatannya terhadap rasional harga-harga dan volume sumber-sumber daya atau input yang dipakai. Tak dapat disangkal lagi, bahwa keberadaan lembaga perkreditan, bank yang bersifat formal maupun informal telah ikut membawa pengaruh positif namun negatif bagi pembangunan masyarakat pedesaan. Dalam kondisi terjepit di mana lembaga keuangan formal mengalami krisis keuangan, maka masyarakat pedesaan mencari alternatif lain memanfaatkan lembaga kredit pedesaan informal. Sebagai akibatnya, masyarakat pedesaan banyak yang terperangkap dalam genggaman praktek lintah darat rentenir. Proses industrialisasi yang terus berjalan baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan. Meskipun dengan corak yang berbeda-beda di masing wilayah-wilayah indonesia, maka lembaga keuangan akan memegang peranan dalam memenuhi dana untuk pengembangan industri. Dalam penjelasan lain Nurimansyah Hasibuan 2003 menegaskan bahwa 95 pengrajin di daerah pedesaan yang tidak pernah dapatkan fasilitas kredit akan menyebabkan usaha kerajinan usaha di desa sulit berkembang. Sehingga upaya untuk meningkatkan efisiensi industri banyak mengalami rintangan. Oleh karena Universitas Sumatera Utara itu keberadaan suatu lembaga dalam perkereditan di daerah perdesaan baik yang bersifat formal maupun informal terlihat saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Disamping itu, pemberian kredit yang dilakukan oleh lembaga-lembaga perbankan ada yang memiliki mata rantai yang panjang dan rumit. Sebagian besar masyarakat ada yang tidak dapat secara langsung melakukan transaksi kredit pada bank, melainkan melalui lembaga-lembaga non bank tertentu yang terkadang belum mendapat pengakuan yang sah. Keadaan seperti ini pada gilirannya dapat menghambat proses transaksi kredit, sehingga proses pendistribusian kredit kepada masyarakat dapat berlangsung relatif lambat dan tak merata. Dampak keadaan tersebut pada akhirnya memungkinkan masyarakat sebagian terpaksa lari ke lembaga perkereditan informal, sehingga banyak di antaranya yang terperangkap ke dalam kehidupan yang memprihatinkan. Dengan tingkat suku bunga yang harus mereka bayar relatif tinggi, dan ditambah lagi beban tanggungan keluarga yang relatif besar menyebabkan mereka semakin menghadapi krisis keuangan yang parah. Akhirnya, mereka terpaksa melepas sebagian dari harta pribadi yang mereka miliki yang akhirnya menyebabkan mereka sulit keluar dari lembah kemiskinan. Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk diperjual belikan atau dipindah tangankan. Dalam membiayai kegiatan operasinya, perusahaan Universitas Sumatera Utara membutuhkan modal yang terdiri atas modal asing dan modal sendiri. Pengertian modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan yang ditujukan dalam modal saham. Modal asing merupakan modal yang berasal dari pinjaman para kreditur, supplier, dan perbankan. Sedangkan modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pihak perusahaan dari pemilik perusahaan pemegang saham maupun laba yang tidak bagi laba ditahan. Di dalam memenuhi modal yang dibutuhkan tersebut perusahaan dapat menerbitkan dan menjual surat berharga berupa obligasi modal pinjaman dan saham modal sendiri. Surat berharga tersebut dijual kepada para investor yang menginginkannya dimana perusahaan berkewajiban memberikan hasil return yang dikehendaki oleh investor tersebut. Paradigma Mosher 1966 tentang delivery systems meyakini tentang pentingnya teknologi dan modal untuk meningkatkan produktivitas, sehingga diperlukan pengembangan insentif ekonomi untuk mengembangkan teknologi dan modal di wilayah pertanian . Dengan pemikiran demikian, maka cukup beralasan bagi Mosher untuk mengembangkan konsep delivery systems untuk memacu pertumbuhan produksi sekaligus pertumbuhan ekonomi wilayah pertanian . Telah diketahui bahwa inovasi teknologi mempunyai peran yang sangat vital untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang dinamis, efisien, dan berdaya saing tinggi Suryana, 2007. Menurut Mosher 1966 inovasi teknologi merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar suatu pembangunan pertanian dapat tumbuh-berkembang secara progresif; keempat syarat mutlak lainnya adalah adanya pasar bagi produk-produk agribisnis, tersedianya sarana dan peralatan produksi secara lokal, adanya perangsang produksi bagi produsen dan adanya fasilitas transportasi. Tanpa adanya inovasi Universitas Sumatera Utara teknologi secara terus- menerus, pembangunan pertanian akan terhambat, walaupun keempat syarat mutlak lainnya telah terpenuhi. Mosher 1974 untuk menyebut 6 kegiatan yang esensial dalam pembangunan pertanian. Salah satunya adalah menciptakan struktur pedesaan progresif. Struktur pedesaan progresif mempunyai 5 unsur yaitu: 1. Kota-kota pasar yang merupakan tempat penjualan dimana petani dapat membeli sarana produksi dan alat-alat pertanian serta pasar tempat petani menjual hasil pertaniannya. 2. Jalan-jalan pedesaan memperlancar dan menekan pengangkutan hasil pertanian serta untuk penyaluran informasi dan segala jasa-jasa di pedesaan. 3. Percobaan pengujian local untuk menentukan teknologi usahatani yang sesuai dengan keadaan setempat. 4. Aparat penyuluhan dimana petani dapat belajar teknologi baru. 5. Fasilitas kredit untuk membiayai penggunaan input. Modal pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menunjukkan penggunaan dana yang tertera di sisi aktiva aktiva lancar dan aktiva tetap yaitu yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam sebelah mana dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan. Sedangkan modal pasif menunjukkan sumber dana yang tertera di sisi pasiva yang menggambarkan sumber-sumber dana dari mana diperoleh atau asal dana diperoleh. Modal pasif terdiri atas hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Universitas Sumatera Utara Menurut Sawir 2001: “Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Menurut Gitosudarmo 2002 “Besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan atau sesudah dikurangi besarnya hutang lancar”. Sedangkan Riyanto 2002 mengemukakan : Modal adalah baik yang berupa barang – barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debet maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang – barang itu yang ada di sebelah kredit. Jadi yang tercatat disebelah debet dari neraca disebut modal konkrit dan yang tercatat disebelah kredit disebut modal abstrak.

2.6. Pendapatan Masyarakat