Tipologi Desa Pengertian, Karakteristik dan Tipologi Desa 1.

adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Pada umumnya masyarakat pedesaan menganut sistem ekonomi tradisional atau sistem ekonomi tertutup, cukup memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat terbatas untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan bersama.

2.8.3. Tipologi Desa

Tipologi dari masyarakat desa dilihat dari kegiatan pokok yang ditekuni masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu tipologi desa bias dilihat dari segi pemukiman maupun dari tingkat perkembangan masyarakat desa itu sendiri, dilihat dari segi mata pencaharian pokok yang dikerjakan. Tipologi masyarakat desa terbagi dua yaitu desa pertanian dan desa industri Mosher, 1966. a. Desa pertanian Menurut Landis ada 4 tipe desa pertanian, yaitu Farm Village Type, Nebulous Farm Village Type, Arranged Isolated Farm Type, Pure Isolated Farm Type, Everett, M.Rogers dan Rabelj. Burge dalam bukunya “Social change in Rural societies menambahkan tipe desa yaitu The scaffered farmstead community and The Cluster Village. b. Desa Industri Selain dilihat dari aspek mata pencaharian, tipologi desa juga dapat dilihat dari perkembangan masyarakatnya, yaitu; 1. Desa Tradisional Swadaya, yaitu desa yang masih terikat oleh tradisi karena taraf pendidikannya relatif rendah, produksi diarahkan untuk kebutuhan primer keluarga, dan komunikasi ke luar sangat terbatas. Atau, Universitas Sumatera Utara desa swadaya adalah suatu wilayah pedesaan yang hampir seluruh masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. Ciri-ciri desa swadaya : a Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya. b Penduduknya jarang. c Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris. d Bersifat tertutup. e Masyarakat memegang teguh adat. f Teknologi masih rendah. g Sarana dan prasarana sangat kurang. h Hubungan antarmanusia sangat erat. i Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga. 2. Desa Swakarya, yaitu desa yang sudah agak longgar adat istiadatnya karena pengaruh luar, mengenal teknologi pertanian, dan taraf pendidikan warganya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan desa lainnya. Atau, desa yang sudah bias memenuhi kebutuhannya sendiri, kelebihan produksi sudah mulai dijual ke daerah-daerah lainnya. Ciri-ciri desa swakarya : a Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir. b Masyarakat sudah mulai terlepas dari adat. c Produktivitas mulai meningkat. d Sarana prasarana mulai meningkat. e Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berpikir. 3. Desa Swasembada, yaitu desa yang lebih maju daripada desa swakarya dan tidak terikat lagi oleh adat-istiadat yang ketat. Atau, desa yang lebih maju dan mampu mengembangkan semua potensi yang ada secara optimal,dengan ciri-ciri berikut : a Hubungan antarmanusia bersifat rasional. b Mata pencaharian homogen. c Teknologi dan pendidikan tinggi. d Produktifitas tinggi. e Terlepas dari adat. f Sarana dan prasarana lengkap dan modern. Universitas Sumatera Utara Tipologi desa adalah teknik untuk mengenal desa-desa yang banyak jumlahnya, sehingga konkrit permasalahannya. Tingkat perkembangan desa ditentukan oleh : a. Imbangan daya unsur-unsur dari dalam desa itu sendiri. b. Pengaruh unsur-unsur dari dalan desa itu sendiri c. Intensitas pengaruh unsure luar ditentukan oleh posisi desa tersebut terhadap pusat-pusat unit wilayah yang lebih besar dan pusat-pusat fasilitas. Disamping dapat dilihat dari faktor-faktor diatas, maka tingkat pertumbuhan desa dapat dilihat dari komposisi jenis jalan dan karakteristik kegiatan ekonomi yaitu primer, sekunder, dan tersier. Komponen potensi desa berdasarkan perumusan diskusi penelitian desa di Cibogo 1971 digolongkan sebagai berikut : 1. Alami: Lokasi, Luas Desa, Keadaan Tanah, Keadaan Air, keadaan alam nabati dan hewani. 2. Manusia: Jumlah pendudk, Penyebarannya Density, karakteristiknya meliputi :susunan umur, susunan kelamin seks, adat istiadat dan agama, organisasi masyarakatdan gotong royong. 3. Kegiatan Ekonomi: Agraris Primer yang meliputi : pertanian, perikanan, peternakan, pengumpulan hasil hutan, industrikerajinan sekunder, perdagangan dan jasa-jasa. 4. Prasarana : Prasarana perhubungan dan komunikasi, prasarana pengairan produksi , prasarana pemasaranpasar-pasar, kios-kios dan lain-lain, prasarana pendidikan, kesehatan social budaya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisis Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah bekerja sama dengan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan dan Center for Urban and Regional Development Curds Medan April 2009, Di Indonesia, sistem klasifikasi dan tipologi desa didasarkan atas pendekatan ekosistem. Pendekatan ini, dapat diidentifikasikan adanya sepuluh faktor yang menentukan tingkat perkembangan sebuah desa, yaitu sebagai berikut. a. Faktor penduduk D–Density. b. Faktor alam N–Nature. c. Faktor orbitrasi desa U–Urban centre. d. Faktor mata pencarian E–Earning. e. Faktor pendapatan desa Y–YieldOutput. f. Faktor adat istiadat C–Custom. g. Faktor kelembagaan L. h. Faktor pendidikan E–Education. i. Fakor gotong royong Gr. j. Faktor prasarana desa P. 2.9. Hubungan Modal Kerja, Bank, Jumlah Tenaga Kerja, Infrstruktur dan Teknologi dengan Produktivitas Masyarakat Desa. Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut melalui pertumbuhan produktivitas. Sedangkan pertumbuhan Universitas Sumatera Utara output per kapita digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi Bhinadi, 2003. Terlihat disini bahwa untuk produktivitas suatu desa dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi desa itu yaitu jumlah tenaga kerja dan modal sehingga kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dari produktivitas. Menurut Setyaningrum 1997, infrastruktur adalah bagian dari capital stock dari suatu negara, yaitu biaya tetap sosial yang langsung mendukung produksi. Produksi yang baik dalam suatu daerah berarti menunjukan produktivitas masyarakat daerah itu sudah baik. Bank merupakan salah satu infrastruktur ekonomi yang dibangun oleh pemerintah atau swasta untuk menunjang pertumbuhan ekonomi suatu desa. Biasanya masyarakat desa menggunakan fasilitas bank untuk mengambil kredit dan menabung. Nurimansyah Hasibuan 2003 menegaskan bahwa 95 pengrajin di daerah pedesaan yang tidak pernah dapatkan fasilitas kredit akan menyebabkan usaha-usaha di desa sulit berkembang. Hal ini berarti kredit yang diambil masyarakat desa dari bank baik untuk modal usaha membuka lahan atau untuk mengembangkan perekonomian hidup mereka sangat penting. Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi yang akan menciptakan output dan kesempatan kerja, namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya The World Bank, 1994. Infrastruktur jalan, pendidikan dan lain-lain sangat penting untuk meningkatkan produktivitas masyarakat desa. Universitas Sumatera Utara Sehingga infrastruktur merupakan tolak ukur utama dalam menilai produktivitas masyarakat desa. Berdasarkan modul Depnaker Langkat 2000, teknologi merupakan salah satu faktor yang dari 10 faktor- faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas individu tenaga kerja. Kuznets dalam Jhingan 2008 mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, yang tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki tiga komponen, yaitu: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terusmenerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduknya; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara tepat. Sangat jelas bahwa teknologi merupakan hal konstan untuk melihat produktivitas suatu individu dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

2.10. Penelitian Terdahulu