PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA (Pada siswa Kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda) Tahun Pelajaran 2012-2013

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA

(Pada siswa Kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda) Tahun Pelajaran 2012-2013

Oleh MASANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA

(Pada siswa Kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda) Tahun Pelajaran 2012-2013

Oleh Masani

Penyebab rendahnya ketuntasan belajar siswa berdasarkan hasil observasi di SMP Muhammadiyah 2 Kalianda adalah rendahnya pemahaman biologi siswa yang masih rendah karena siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses

pembelajaran. Disamping itu masih ada siswa yang kurang memperthatikan saat guru memberikan penjelasan, banyak siswa melakukan kegiatan yang tidak relevan. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa selama pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Kalianda pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013 di kelas VII.1 yang berjumlah 30 siswa dengan menggunakan desain peneitian spiral penelitian


(3)

tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam 3 siklus. Kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,

evaluasi,dan refleksi untuk setiap siklus. Data tes hasil belajar diperoleh dari tes tertulis, data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dan catatan lapangan. Data dianalisis dengan menghitung skor terhadap hasil observasi aktivitas siswa dan nilai hasil belajar.

Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 1 adalah 60,55. Pada siklus II mengalami kenaikan sebesar 73,33 dan siklus III sebesar 77,99 . Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar sisiwa siklusI 57,30 siklus II 65,11 dan siklus III 72,00 . Dari peningkatan pada setiap siklus dapat

disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat diterapkan sebagai

pembelajaran alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda.


(4)

(5)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………...………..xii

DAFTAR GAMBAR……...……

………

.xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..……….1

B. Rumusan Masalah……….……….3

C. Tujuan Penelitian……….…..………3

D. Manfaat Penelitian……….………4

E. Ruang Lingkup Penelitian……..………..……….4

F. Kerangka Pikir………...………..5

G. Hipotesis Tindakan……..………..6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif……….……….7

B. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)………...…...9

C. Aktivitas Belajar………...…….………...12

D. Hasil Belajar……….………..……..………..14

III.METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………....…...……….17

B. Desain Penelitian……….….……….…….18

C. Faktor-faktor yang diteliti………..19

D. Prosedur Penelitian………....………..…..19

E. Instrumen Penelitian………...21

F. Jenis dan Teknik Pengambilan Data………..21

G. Teknik Analisis Data………..25

H. Pengolahan Data Kemenarikan Model Pembelajaran TPS………26


(6)

xiii

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……….….………..29

B. Pembahasan……….………..…..39

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………...…...48

B. Saran………..……….….…49 DAFTAR PUSTAKA……….………... 50

LAMPIRAN 1.Silabus………..………...………..…………52

2.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran….……….……...…………...,…..54

3.Lembar Kerja Siswa……….………...…...…...73

4.Kisi-kisi Soal………..………..………...100

5.Data Hasil Penelitian……….………...…..109 6.Catatan Lapangan………..………..125

7.Izin Penelitian………..137

8.Keterangan Penelitian………..………138


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Syah, 2009:1).

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah-ubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorentasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi oleh siswa dimasa yang akan datang. Dan pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto,2010:5).


(8)

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siswa kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda masih tidak sesuai dengan harapan, banyak kegiatan-kegiatan yang menyimpang seperti: berbicara di luar materi pelajaran dengan siswa lain, mengganggu teman atau berkeliling kekelompok lain. Hal ini menunjukan aktivitas siswa kelas VII.1 SMP Muh ammadiyah 2 Kalianda masih rendah. Aktivitas siswa yang rendah. Hal ini ditunjukan dengan hasil nilai ulangan tengah semester ganjil tahun pelajaran 2012- 2013 dari 30 siswa diperoleh data siswa yang tuntas belajar ( memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 65) 10 orang atau sekitar 34%.

Hasil belajar siswa pada tahun pelajaran 2011/2012 di SMP Muhammadiyah 2 Kalianda belum memenuhi standar. Nilai rata-rata tes formatif siswa kelas VII.1 pada materi pokok keanekaragaman ciri makhluk hidup adalah 65, hanya 60% siswa yang memperoleh nilai dan sisanya <65. Nilai ini belum mencapai Kretiria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Rendahnya hasil belajar disebabkan karena kegiatan pembelajaran didominan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah.

Permasalahan tersebut perlu diatasi dengan pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran yang menarik, yang lebih melibatkan siswa sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yaitu model Think Pair Share (TPS). TPS adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk,2000:26).


(9)

Pembelajaran kooperatif tipe TPS juga dapat mengatur dan mengendalikan kelas secara keseluruhan, serta memungkinkan siswa untuk mempunyai lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Selain itu dengan pembelajaran kooperatif tipe TPS , siswa dapat mempertimbangkan apa yang telah dijelaskan dan dialaminya selama pembelajaran

(Trianto,2007:61).

Dari uraian diatas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berakibat pula pada meningkatnya hasil belajar IPA siswa kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda tahun pelajaran2012-2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penggunaan model TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?.

2. Bagaimana penggunaan model TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh penggunaan model TPS terhadap aktivitas belajar siswa.


(10)

2. Mengetahui pengaruh penggunaan model TPS terhadap hasil belajar siswa. .

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1. Bagi siswa memberikan suasana baru bagi siswa dalam proses pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru sebagai peneliti menjadi sumbangan pemikiran bagi guru dalam menentukan model pembelajaran.

3. Bagi sekolah atau lembaga memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas siswa dan guru.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif tipeTPS merupakan suatu metode diskusi kooperatif yang memberi kesempatan untuk berfikir (Thinking) atas informasi yang diberikan guru, berpasangan (Pairing) dengan teman sebangku untuk berdiskusi, dan berbagi (Sharing) dengan seluruh kelas atas hasil diskusinya.

2. Aktivitas siswa yang diamati melalui lembar observasi setiap siklus yakni kegiatan siswa yang relevan dengan pembelajaran, yang terdiri dari (1) Mengemukakan pendapat/ ide, (2) Bekerja sama dengan teman,


(11)

3. Hasil belajar siswa ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa setelah diberi tes setiap akhir siklus.

4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah ciri-ciri makhluk hidup dengan kompetensi dasar “mengidentifikasikan keanekaragaman ciri makhluk hidup”. (KD 6.1).

5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII.2 semester genap SMP Muhammadiyah 2 Kalianda tahun pelajaran 2012/2013.

F. Kerangka Pikir

IPA merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga siswa diharap dapat menguasainya dengan baik. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna dan mendalam apabila siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran diperlukan model pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.Model pembelajaran (TPS)

merupakan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center) dirasa lebih tepat untuk mengaktifkan siswa dalam mengkonstruksi

pengetahuan sehingga pengetahuan yang baru diperoleh siswa dikonstruksi dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Pada pembelajaran (TPS) ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu model ini juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka dan mengasah kemampuan siswa dalam memahami suatu permasalahan, sehingga model ini diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran


(12)

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA di SMP Muhammadiyah 2 Kalianda pada siswa kelasVII.1 pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SMP Muhammadiyah 2 Kalianda pada siswa kelasVII.1 pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Lie (2004:43) model pembelajaran kooperatif memakai pengelompokoan secara hetrogen karena beberapa alasan, yaitu:

“pertama, kelompok hetrogen memberi kesempatan untuk saling

mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang”.

Adanya pengelompokan secara hetrogen ini maka akan memungkinkan kepada setiap anggota untuk memperoleh kemampuan yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan bisa memberi kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri karena terdapat banyak perbedaan yang bisa mengasah proses berpikir, bernegosiasi, dan berkembang.


(14)

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran kelompok biasa, Menurut Roger (dalam Lie, 2004:31), mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dasar kooperatif yang harus diterapkan yaitu:

“ 1. Saling ketergantungan positif, 2. Tanggung jawab perseorangan, 3. Tatap muka, 4. Komunikasi antar anggota, dan 5. Evaluasi proses kelompok”.

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk

menghargai satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas social maupun kemampuan. Menurut Dzaqi( 2009:5) pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan yaitu:

1. Siswa tidak tergantung kepada guru, sehingga menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan berbagai informasi dari berbagai sumber, belajar dari siswa yang lain.

2. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide dan menerima ide orang lain, serta menguji ide dan pemahaman nya sendiri, menerima umpan balik.

3. Membantu siswa untuk menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4. Membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif. 6. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil)

7. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Selain memiliki keunggulan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan sebagai berikut:

1. Untuk siswa yang memiliki kelebihan, siswa akan merasa terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan kurang, sehingga mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

2. Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kelompok, namun guru perlu menyadari bahwa hasil yang diharapkan adalah prestasi setiap siswa.


(15)

3. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, hal ini tidak mungkin tercapai dengan sekali-kali menerapkan strategi ini.

4. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu selain siswa belajar bekerjasama siswa juga membangun kepercayaan diri. B. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada

pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (share). Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan cara berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman sebaya

(pasangannya). Dengan cara tersebut maka siswa akan terdorong untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu informasi data atau argumen, sehingga keterampilan berfikir rasionalnya akan meningkat, karena mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya (Ibrahim dkk, 2000:26).

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siwa agar tercipta suatu pembelajaran yang kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini dapat

memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan disbanding dengan metode Tanya jawab, Karena TPS mengedepankan aspek berfikir


(16)

secara mandiri, tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan

kelompok kecil, dan dapat menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004:67).

Menurut Anonim (2001:1) ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa lain.

2. Tanggung jawab individual.

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan dipaparkan pada pasangannya dan pada seluruh kelas.

3. Partisipasi yang seimbang

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi

(mengemukakan pendapatnya) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas. 4. Interaksi bersama.

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan mendengarkan sehingga menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang aktif jika dibandingkan dengan cara Tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru, dimana hanya satu atau dua siswa saja yang aktif.

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berfikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan jawaban . siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih berkaitan. Jawaban yang telah dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan. Siswa akan lebih berani mengambil resiko untuk mengemukakan jawabannya didepan kelas karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan

pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya (Lyman, 2002:2).


(17)

Menurut Nurhadi dan Senduk (2004:67) tahapan-tahapan dalam TPS dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, kemudian siswa diminta untuk

memikirkan pertanyaan atau permasalahan secara mandiri agar dapat memahami konsep.

2.Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan hasil pemikiran atau gagasan. Interaksi selama periode ini di harapkan siswa dapat berbagi jawaban atau ide dengan pasangannya unutk kemudian di diskusikan.

3.Sharing (berbagi)

Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian. Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan kelompok. Kelompok yang menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas jawaban dan pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi.

Tahapan pelaksanaan TPS tersebut efektif dalam membatasi aktifitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan

kemampuan dan keterampilan siswa yang positif. Pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberi kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi. Hasil penelitian


(18)

Pramudiyanti (dalam Wulandari, 2009:5)menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini di dukung oleh penelitian yang di lakukan oleh (Ariansyah (2009:37) bahwa pembelajaran TPS memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan materi.

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan

demikian belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis Holt (dalam Wardani,2007:9).

Aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, dia tidak hanya duduk dan mendengar, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengar, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan yang lainnya dan sebagainya (Rohani, 2004:6-7).

Banyak macam-macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak-anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B.


(19)

Diedrich (dalam Sardiman(2011:101), membuat suatu daftar macam kegiatan (aktivitas siswa), antara lain:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya dan member

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, intrupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, music, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,bermain, berkebun, berternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emosional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. Menurut Sardiman (2011:95) Menyatakan:

“Belajar adalah berbut. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan.Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”

Siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk mendapatkan sesuatu pengetahuan atau nilai. Guru hanya memberikan


(20)

acuan atau alat untuk belajar. Ini menunjukan bahwa yang aktif adalah siswa sesuai sebagai hakekat anak didik sebagai manusia yang penuh dengan potensi yang bisa berkembang secara optimal apabila kondisi mendukungnya.

Aktivitas belajar adalah Aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran yang dapat menunjang prestasi belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan siswa yang relevan dengan pembelajaran, yang terdiri dari kemampuan mengemukakan pendapat/ide, bekerja sama dengan teman, membuat kesimpulan

Dengan demikian aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu tujuan belajar, yaitu perubahan

pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar.

D. Hasil Belajar

Setiap siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila memiliki kemampuan dalam belajar, dan ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut setelah proses belajar. Pengerian hasil belajar menurut beberapa hli yaitu sebagai berikut:

Abdurrahman (1993:37) menyatakan:

“Hasil belajar adalah Kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative tetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut


(21)

kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional”.

Dalam setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan pada diri seseorang, perubahan itu biasa disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini diperoleh dari dalam kelas, lingkungan sekolah, maupun diluar sekolah.

Sardiman (2011:49) menyatakan bahwa proses belajar akan menghasilkan hasil belajar, namun harus juga diingat, meskipun tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan baik belum tentu hasil pengajaran yang diperoleh selalu optimal. Karena hasil yang baik di pengaruhi oleh

komponen-komponen yang lain, terutama bagaimana aktivitas siswa sebagai subjek belajar. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.

Jadi, berdasarkan beberapa uraian di atas dapat di simpulkan, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui prose belajar. Hasil belajar tersebut di pengaruhi oleh factor Yang berasal dari dalam diri anak dan juga factor yang berasal dari lingkungan anak tersebut.

Menurut Andersen (dalam Depdiknas. 2003:4), berpendapat bahwa

karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berbuat berkaitan dengan ranah pisikomotor dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.


(22)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), yang meliputi kemampuan menghapal, kemampuan berpikir, kemampuan

memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan mensentesis dan kemampuan mengevaluasi (Depdiknas, 2003:1). Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkankonsep-konsep untuk memunclkan masalah yang dihadapi. Ranah apektif mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai.

Menurut Daryanto (1999:117) ranah afektif meliputi 5 jenjang kemampuan yaitu:

1. Menerima (Reseiving). 2. Menjawab (Responding) 3. Menilai (Voluing)

4. Organisasi (Organization)

5. Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai (characterization by a value of value complex


(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Kalianda pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013 Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Mei 2013. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII.1, yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa putri dan 13 siswa putra pada SMP Muhammadiyah 2 Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Dalam pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi kelompok kecil yang beranggotakan 2 orang (berpasangan). Penelitian terdiri dari 3 siklus.

B. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri dari 2 pertemuan untuk masing-masing siklus. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas mengikuti model Hopkins (1993:34) yang disebut sebagai spiral penelitian tindakan kelas, yang digambarkan sebagai berikut:


(24)

SIKLUS 1

SIKLUS 2

SIKLUS 3

Gambar 1. Siklus Penelitian tindakan kelas dalam (Hopkins,1993:48)

Dari gambar di atas penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Orentasi lapangan atau kajian teoritis (pencarian dan analisis fakta) 2. Rencana pembelajaran

3. Pelaksanaan tindakan

4. Evaluasi kegiatan atau monitoring pelaksanaan dan pengaruhnya 5. Refleksi atau mencari kendala atau pengaruh dari implementasi 6. Tindak lanjut (kembali ketahap I dan seterusnya)

Pelaksanaan Tindakan I dan

observasi Rencana tindakan I

Pelaksanaan tindakan II dan

observasi Evaluasi

Rencana tindakan II

Evaluasi

Perencanaan tindakan III

Pelaksanaan tidakan II dan observasi Evaluasi

Refleksi

Refleksi

Refleksi

dst

Temuan orentasi dan kajian teori


(25)

C. Faktor-faktor yang diteliti

Faktor- faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah: 1.Aktivitas belajar IPA siswa

2. Hasil belajar IPA siswa

D. Prosedur penelitian

Mengikuti prinsip dasar PTK yang dikemukakan oleh Madya:2001, tahap penelitian tindakan meliputi 6 tahap:

Penelitian ini terdiri dari 3 siklus dengan tiap siklusnya terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Orentasi lapangan atau kajian teoritis (pencarian dan analisis fakta) 2. Tahap Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi:

a. Menyusun Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

menggunakan model pembelajarn kooperatif tipe TPS tentang materi yang telah ditetapkan.

b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan diberikan kepada siswa saat belajar

c. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan catatan lapangan. d. Mempersiapkan perangkat tes.

3. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan oleh peneliti.Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam


(26)

setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan alokasi waktunya 2 x 40 menit. Adapun langkah-langkah kegiatan secara garis besar pada pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sebagai berikut:

No Kegiatan guru Kegiatan siswa 1 PENDAHULUAN

Guru menyampaikan : 1. Tujuan Pembelajaran 2. Motivasi

Menyimak tujuan pembelajaran dan motivasi

2 KEGIATAN INTI

1. Mengelompokan sesuai kelompok yang sudah ditentukan dan

membagikan LKS. 2. Menjelaskan materi

pelajaran secara garis besar

3. Siswa diminta

mengerjakan LKs secara individu, guru

mengamati siswadan membantu siswa yang mengalami kesulitan, setelah selesai

mengerjakan LKS secara individu siswa diminta untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing

4. Meminta salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas.

1. Bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan

2. Memperhatikan penjelasan guru 3. Mengerjakan LKS

secara individu, setelah selesai lalu berdiskusi dengan kelompok

4. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, siswa yang lain menanggapi hasil diskusi temannya.

3. KEGIATAN PENUTUP 1. Mengarahkan siswa

membuat rangkuman 2. Memberikan postes

Menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari

4. Tahap pengamatan

Pengamatan adalah kegiatan yang mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan. Pada tahap ini kegiatan yang


(27)

dilakukan adalah mengamati segala sesuatu kegiatan dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas dan catatan lapangan yang telah disediakan.

5. Tahap Refleksi atau mencari kendala atau pengaruh dari implementasi Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Dengan menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan tentang perkembangan kemajuan dan kekurangan yang terjadi, dan selanjutnya dijadikan dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran.

2. Lembar observasi aktivitas belajar untuk mengetahui aktivitas belajar siswa.

3. Lembar tes hasil belajar yang berupa post tes untuk mendapat nilai hasil belajar siswa.

F. Jenis dan teknik pengambilan data

1. Jenis Data

a. Jenis data aktivitas siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.


(28)

Jenis data hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest pada materi pokok keanekaragamanciri makhluk hidup

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Aktivitas siswa

Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara member tanda ( pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 1. lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

Aspek yang diamati

Xi ̅̅

A B C

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Keterangan:

A. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide (Think) 1. Tidak mengemukakan pendapat / ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat / ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Keanekaragaman ciri makhluk hidup

3. Mengemukakan pendapat / ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Keanekaragaman ciri makhluk hidup.

B. Bekerjasama dengan teman (Pair)


(29)

2. Bekerja sama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada materi Keanekaragaman ciri makhluk hidup.

3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada materi Keanekaragaman ciri makhluk hidup.

C. Mempersentasikan hasil diskusi kelompok (Share)

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sitematis dan tidak dapat

mempertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan memjawab pertanyaan sesuai dengan permasalahan materi

Keanekaragaman ciri makhluk hidup.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis dan menjawab pertanyaan sesuai dengan permaslahan materi pokok Keanekragaman ciri makhluk hidup. b. Hasil Belajar

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretest dan posttest. Pretest dilakukan diawal pertemuan I, dan posttest dilakukan diakhir

pertemuan II. Pretest yang diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan posttest yang diberikan diakhir pertemuan II.Tabel yang digunakan dalam pengambilan hasil belajar siswa pada saat pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 2 Hasil belajar siswa

No.

Nama siswa

Nilai test

Siklus I Siklus II Siklus III Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan Nilai

T Tt T Tt T Tt

1. 2. 3. 4.


(30)

c. Kinerja guru

Data kinerja guru diperoleh dari lembar observasi guru yang diamati dalam penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS. Aspek yang diamati meliputi pendahuluan , kegiatan inti dan penutup. Data pengelolan pembelajaran tiap siklus akan dianalisis sebagai berikut:

Tabel 3. Contoh lembar observasi kinerja guru pada siklus I

No Aspek yang diamati Penilaian

Dilakukan

1 2 3 4

Ya Tidak

1. PENDAHULUAN

1. Membacakan Standar

Kompetensi KD dan Indikator

2. Memberikan motivasi

3. Menjelaskan langkah TPS

2. KEGIATAN INTI

1. Melakukan presentasi

2. Membentuk kelompok belajar

dengan anggota 2 siswa pada tiap kelompok

3. Membimbing siswa dalam kerja

kelompok

3. PENUTUP

1. Memberikan tes

Jumlah Rata-rata

Kategori penilaian

Keterangan

0 - 1,0 : Kurang Baik 1,1 - 2,0 : Cukup Baik 2,1 – 3,0 : Baik

3,1 – 4,o : Sangat Baik

Jumlah indikataor yang terlaksana dihitung dan dibandingkan dengan jumlah semua aspek yang selanjutnya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(31)

Jumlah nilai

% Penilaian = X 100% Jumlah aspek yang diamati

Penilaian pengelolaan pembelajaran guru yaitu: 3,1 – 4,0 = Sangat Baik

2,1 – 3,0 = Baik

1,1 - 2,0 = Cukup Baik 0 - 1,0 = Kurang

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis hasil belajar siswa

Data hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS diperoleh dari hasil tes disetiap akhir siklus. Rumus untuk menghitung data hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: Untuk menghitung prosentasi siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 digunakan rumus:

%Ni = Keterangan:

%Ni = Prosentasi siswa tuntas belajar

∑Ni =Banyaknya siswa yang tuntas belajar ∑n = Jumlah seluruh siswa

2. Analisis Data Aktivitas belajar siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui abservasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menghitung rata-rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai berikut:


(32)

Keterangan:

̅ = rata-rata skor aktivitas siswa = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maximum

Menafsirkan atau menentukan kategori persentase Aktivitas Siswa sesuai kriteria pada table 4.

Tabel 4, Kriteria persentasi aktivitas siswa Presentase (%) Kreteria

3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 1,1 - 2,0 0 - 1,0

Sangat baik Baik

Cukup Baik Kurang

Dimodifikasi dari Hidayati (2011:17)

H. Pengolahan data kemenarikan model pembelajaran TPS

Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kemenarikan model

pembelajaran TPS. Angket berisi 10 pernyataan, 4 pernyataan negatif, dan 6 pernyataan positif.

1. Skor angket

Tabel 5. Skor tiap pernyataan tangapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS

Berikan tanda (√) pada pilihan jawaban ya atau tidak dari pernyataan – pernyataan dibawah ini :


(33)

Tabel 5. Angket Tanggapan siswa terhadap pembelajaran TPS

No Pernyataan Ya Tidak 1. Saya senang mempelajari materi pokok Keanekaragaman

makhluk hidup melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru

2. Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru 3. Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui

pembelajaran yang diberikan oleh guru

4. Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru

5. Pembelajaran yang diberikan kepada sayadapat meningkatkan semangat / motivasi belajar saya 6. Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui

pembelajaran yang diberikan oleh guru

7. Saya merasa sulit berintraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung

8. Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru

9. Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru

10. Saya dapat berintraksi dengan teman dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran yang diberikan oleh guru

Jumlah skor untuk setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa tentang kemenarikan model pembelajaran

TPS.Menghitung skor yang diperoleh dari persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis diskriptif persentase menurut Ali (1992:46) adalah: Presentase kemenarikan model pembelajaran TPS (%) = Keterangan:

n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel


(34)

Tabel 6 : Kreteria tingkat kemenarikan model pembelajaran TPS No. Rentang skor Inteval Kriteria 1. 16 – 23 76 Tinggi

2. 8 - 15 51 Sedang

3. 0 - 7 25 Rendah

Dimodifikasi dari Ali, 1992:46)

I. Indikator keberhasilan aktivitas siswa

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas belajar siswa terhadap pelajaran IPA berkategori aktif mencapai 70% dari jumlah siswa 85% siswa mencapai nilai setelah menggunakan pembelajaran TPS


(35)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Kalianda ,maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilaksanakan di kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Rata-rata aktivitas belajar siswa yang sesuai dengan aspek yang diamati pada saat pembelajaran pada siklus I sebesar 60,55, pada siklus II 73,33 dan pada Siklus III meningkat menjadi 77,99.

2. Pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilaksanakan di kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman ciri makhluk hidup yang tuntas pada siklus I yaitu 20%, siklus II yaitu 60% dan pada siklus III meningkat menjadi 90%.


(36)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang akan peneliti sampaikan kepada peneliti dan pembaca yang ingin

menerapkan pada proses pembelajaran yang sejenis,yaitu:

1. Kepada guru atau peneliti berikutnya pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menjadi salah satu alternative dalam melakukan kegiatan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan dan hasil belaja rsiswa kepada guru atau peneliti

berikutnya.

2. Kepada guru atau peneliti berikutnya dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebaiknya guru dapat memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua perencanaan pembelajaran dapat terlaksanan secara maksimal.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian KependidikanProsedur dan Strategi. Angkasa. Bandung Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkualitas Belajar. PT. Rineka

Cipta.Jakarta

Anonom. 2001. Think Pair Share. Google. Networked Learning

Community.http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.(13 desember 2012)

Ariansyah. 2009. Pengeuasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Daryanto, H 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dzaqi, M.F. 2009. Tinjauan Umum Tentang Model Pembelajaran Kooperatif. Htt://penelitian tindakan kelas .blogspot.com/2009/03/ri-pembelajaran konstruktivis.html (10 Oktober 2010)

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta Jakarta.298 hlm

Hidayati, A.N Rustaman, N.Redjeki,S. dan Munandar.2011. Training of Trainer Berorientasi HigherOrder Learning Skill dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila HEPL Bandar Lampung.

Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi aksara. Bandung

Ibrahim, M.R.Fida, M. Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya.Surabaya.

Lyman, F. 2002. Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest.


(38)

desember2011)

Lie, A. 2004 Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Nurhadi. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Pertanyaan dan Jawaban).Grasindo. Jakarta.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rienika Cipta. Jakarta.

Sardiman, A.M. .2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Gravindo. Jakarta

Soemanto, W. 1990. Psikologi Pendidikan Edisi Revisi. Rienika Cipta. Jakarta. Sudrajad, 2012. Model Pembelajaran TPS Dapat Meningkatkan Berpikir kritis

Siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Syah, M. 2009. Psikologi Belajar.Gravindo Persada. Jakarta.

Wardani, A. 2007. Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi.Unila. Bandar Lampung.

Wulandari, E.2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran KooperatifTipe TPS (Think Paire Share) Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung

Triyanto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta


(39)

(1)

28

Tabel 6 : Kreteria tingkat kemenarikan model pembelajaran TPS No. Rentang skor Inteval Kriteria

1. 16 – 23 76 Tinggi

2. 8 - 15 51 Sedang

3. 0 - 7 25 Rendah

Dimodifikasi dari Ali, 1992:46)

I. Indikator keberhasilan aktivitas siswa

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas belajar siswa terhadap pelajaran IPA berkategori aktif mencapai 70% dari jumlah siswa 85% siswa mencapai nilai setelah menggunakan pembelajaran TPS


(2)

49

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Kalianda ,maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilaksanakan di kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Rata-rata aktivitas belajar siswa yang sesuai dengan aspek yang diamati pada saat pembelajaran pada siklus I sebesar 60,55, pada siklus II 73,33 dan pada Siklus III meningkat menjadi 77,99.

2. Pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilaksanakan di kelas VII.1 SMP Muhammadiyah 2 Kalianda dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman ciri makhluk hidup yang tuntas pada siklus I yaitu 20%, siklus II yaitu 60% dan pada siklus III meningkat menjadi 90%.


(3)

49

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang akan peneliti sampaikan kepada peneliti dan pembaca yang ingin

menerapkan pada proses pembelajaran yang sejenis,yaitu:

1. Kepada guru atau peneliti berikutnya pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menjadi salah satu alternative dalam melakukan kegiatan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan dan hasil belaja rsiswa kepada guru atau peneliti

berikutnya.

2. Kepada guru atau peneliti berikutnya dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPS sebaiknya guru dapat memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua perencanaan pembelajaran dapat terlaksanan secara maksimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian KependidikanProsedur dan Strategi. Angkasa. Bandung Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkualitas Belajar. PT. Rineka

Cipta.Jakarta

Anonom. 2001. Think Pair Share. Google. Networked Learning

Community.http://www.eazhul.org.uk/nlc/think,pair,share.htm.(13 desember 2012)

Ariansyah. 2009. Pengeuasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh Siswa Pada Penggunaan Animasi Multimedia Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Daryanto, H 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dzaqi, M.F. 2009. Tinjauan Umum Tentang Model Pembelajaran Kooperatif. Htt://penelitian tindakan kelas .blogspot.com/2009/03/ri-pembelajaran konstruktivis.html (10 Oktober 2010)

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta Jakarta.298 hlm

Hidayati, A.N Rustaman, N.Redjeki,S. dan Munandar.2011. Training of Trainer Berorientasi HigherOrder Learning Skill dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila HEPL Bandar Lampung.

Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi aksara. Bandung

Ibrahim, M.R.Fida, M. Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya.Surabaya.

Lyman, F. 2002. Strategies For Reading Comprehension Think-Pair-Share. Cooperative Learning Community. Jones, Raymon C. Reading Quest.


(5)

Org.htt://curry.Edschool.Virginia.edu/go/readguest/strat/tps/html(28 desember2011)

Lie, A. 2004 Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Nurhadi. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Pertanyaan dan Jawaban).Grasindo. Jakarta.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rienika Cipta. Jakarta.

Sardiman, A.M. .2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Gravindo. Jakarta

Soemanto, W. 1990. Psikologi Pendidikan Edisi Revisi. Rienika Cipta. Jakarta. Sudrajad, 2012. Model Pembelajaran TPS Dapat Meningkatkan Berpikir kritis

Siswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Syah, M. 2009. Psikologi Belajar.Gravindo Persada. Jakarta.

Wardani, A. 2007. Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi.Unila. Bandar Lampung.

Wulandari, E.2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran KooperatifTipe TPS (Think Paire Share) Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung

Triyanto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

PENGGUNAAN MODEL COOVERATIVE LEARNING TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII C SMP NEGERI 2 MARGA SEKAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 78

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA PEMBELAJARAN PKN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PANYABUNGAN T.A 2012/2013.

0 2 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURA

0 4 14