38
inilah yang menyebabkan individu mengalami kebingungan dan mengalami krisis kepercayaan diri Siahaan, 2006.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri sangat penting bagi siswa yang berada pada tahap remaja.
Individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah individu yang mampu melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.
Kepercayaan diri yang dimiliki membuat individu mempunyai kemampuan terhadap diri sendiri dan tidak mudah terpengaruh
orang lain.
2.4 Hasil-hasil penelitian sebelumnya
Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat penting dimiliki oleh siswa dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi.
Untuk mencapai suatu prestasi individu harus mempunyai motivasi berprestasi dalam dirinya. Terlepas dari dukungan sosial
dari orang-orang sekitar orangtua juga berpengaruh dalam motivasi berprestasi anak di sekolah. Keluarga khususnya
orangtua berperan penting dalam mengaktualisasikan motivasi berprestasi pada anak, sebab orangtua adalah orang yang
mengenal benar anak tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Coleman Maqsud 1993, menunjukkan bahwa peran
interaksi orangtua dalam memberikan dukungan sosial kepada anak-anak berhubungan positif dan signifikan terhadap motivasi
berprestasi. Penelitian yang dilakukan oleh Wentzel 1998 juga menunjukkan bahwa dukungan sosial sangat berperan penting
terhadap prestasi anak.
39
Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Verkuyten et al 2001, yang menemukan bahwa dukungan sosial orangtua
terhadap motivasi berprestasi anak lebih diperhatikan oleh keluarga-keluarga
yang masih
mempertahankan budaya
kekerabatan. Dalam hubungan kekerabatan inilah dukungan sosial orangtua sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi
anak-anak mereka. Hasil penelitian yang dilakukan dimana dukungan sosial dari anak-anak Turki berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap motivasi berprestasi, sedangkan dukungan sosial dari orangtua anak-anak Belanda tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berprestasi anak- anak mereka, karena motivasi berprestasi yang dimiliki anak-
anak Belanda merupakan tanggung jawab pribadi. Selain dukungan sosial orangtua maka kepercayaan diri
juga berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Menurut Shrauger Schohn 1995, kepercayaan diri adalah anggapan
seseorang tentang kompetensi dan ketrampilan yang dimiliki serta kesanggupannya untuk menangani berbagai macam situasiā.
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang cukup akan dapat mengaktualisasikan potensi yang dimiliki dengan yakin.
40
Menurut Loekmono 1983, kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan
kepribadian seseorang. Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang realistik terhadap kemampuan yang dimiliki
oleh individu. Sejalan dengan uraian di atas penelitian oleh Shrauger Schohn 1995 mengenai hubungan antara
kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa di Universitas New York. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi. Penelitian yang dilakukan Sikhwari,
2012 mengenai hubungan antara kepercayaan diri, dan motivasi berprestasi mahasiswa pada Universitas di Provinsi Limpopo,
Afrika Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kepercayaan diri dengn motivasi
berprestasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso dan Brotowidagdo 2012 terhadap mahasiswa Universitas Semarang,
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan motivasi beprestasi dengan
0,639. 2.5 KERANGKA BERPIKIR
Pentingnya motivasi berprestasi bagi individu karena dengan adanya motivasi berprestasi yang dimiliki membuat
individu mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Asnawi 2002 menungkapkan bahwa motivasi berprestasi berhubungan
dengan kemampuan untuk mengatasi rintangan, bersaing melalui usaha keras dan memelihara semangat kerja Individu yang
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih tangguh
41
dalam menghadapi tantangan dan terus berkembang maju untuk mengungguli orang lain. Perwujudan dari motivasi berprestasi
yang tinggi berorientasi pada pencapaian suatu prestasi. Hal ini didukung oleh pendapat McClelland, 1987, dalam Robbins,
2008, bahwa individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan bertanggung jawab untuk memecahkan masalah dan terus
berusaha untuk mencapai prestasi yang baik meskipun banyak tantangan. Handoko 2003 juga menyatakan bahwa motivasi
berprestasi adalah suatu dorongan yang muncul dari dalam diri
individu untuk berusaha mencapai prestasi yang tinggi.
McClelland 1987 mengatakan bahwa motivasi berprestasi sangat penting dalam dunia pendidikan, sebab ketika individu
mengalami kegagalan ia mampu bertahan dalam tugas-tugasnya dibandingkan individu yang motivasi berprestasinya kurang dan
akan cenderung menghubungkan kegagalannya karena kurangnya upaya. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah
memikirkan atau merencanakan upaya-upaya yang dapat mengantarnya mencapai keberhasilan. Maka tidak mengherankan
bila individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung berhasil dalam tugas-tugas pendidikan formal. Crow Crow
1984, mengungkapkan
bahwa perkembangan
motivasi berprestasi pada individu juga dipengaruhi oleh lingkungan.
Motivasi berprestasi timbul karena ada sesuatu yang membuat individu tertarik. Kadang perhatian itu tidak timbul dari dalam
diri individu tetapi timbul dari pengaruh luar yang berasal dari dukungan sosial.
42
Eliana 2005 mengatakan bahwa dukungan sosial sebagai hubungan antar pribadi yang di dalamnya terdapat bantuan atau
pertolongan dalam bentuk fisik, emosional, informasi dan penghargaan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik sandang, pangan, papan, kebutuhan sosial pergaulan, pengakuan, sekolah,
pekerjaan dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa
bantuan orang lain. Untuk itu dukungan sosial dari orang-orang sekitar sangat penting sehingga seseorang merasa bahwa dirinya
dihargai, dicintai dan diperhatikan Kuntjoro, 2002. Dukungan sosial yang paling penting bagi seorang anak
untuk bersosialisasi dan mendapatkan pendidikan adalah dukungan sosial dari orangtua keluarga. Dengan adanya
dukungan dari keluarga akan meningkatkan motivasi berprestasi anak. Yurika 2010 mengatakan bahwa terbentuknya motivasi
bersumber dari cara orangtua mendidik dan mengasuh anaknya. Orangtua yang mendidik anaknya untuk berusaha menentukan
sendiri apa yang sebaiknya dilakukan dan mampu mengerjakan tugas-tugas disertai dengan sikap orangtua yang selalu
menghargai setiap prestasi yang telah dicapai anak, akan menumbuhkan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak. Hal
tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Coleman Maqsud 1993, menunjukkan bahwa peranan orangtua dalam
memberikan dukungan sosial berhubungan positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi anak. Verkuyten dkk 2001,
43
menemukan bahwa dukungan sosial orangtua terhadap motivasi berprestasi anak lebih diperhatikan oleh keluarga-keluarga yang
masih mempertahankan budaya kekerabatan. Dalam hubungan kekerabatan inilah dukungan sosial orangtua sangat berpengaruh
terhadap motivasi berprestasi anak mereka. Selain dukungan sosial orangtua kepercayaan diri juga
sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin dan
mampu dalam mencapai tujuan dalam hidupnya serta tidak perlu melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Seseorang yang
memiliki kepercayaan diri tentunya akan memperoleh setiap kemudahan dalam menjalani setiap tugas ataupun segala sesuatu
yang terjadi dalam kehidupannya, karena individu yang memiliki kepercayaan diri akan lebih bersemangat dan pantang menyerah
dalam menyelesaikan setiap tugas atau masalahnya. Loekmono 1983, mengungkapkan bahwa kepercayaan diri tidak terbentuk
dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang
realistik terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu. Bila individu merasa rendah diri, maka individu tersebut tidak berhasil
menyadari akan kemampuan yang dimilikinya Hakim, 2002. Lauster, 1990, dalam Gulo, 1991 mengungkapkan
bahwa kepercayaan diri sebagai keyakinan dan kemampuan diri sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh dengan orang lain.
Dengan pengalaman yang dimiliki dan terbentuknya kepercayaan diri yang positif akan menunjang individu memiliki motivasi
44
berprestasi yang tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa yang mempunyai kepercayaan diri akan lebih cenderung
termotivasi, memiliki rasa tanggung jawab dan kesungguhan dalam mencapai tujuan. Penelitian oleh Shrauger Schohn
1995 mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa di Universitas New York.
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi
berprestasi. Penelitian yang dilakukan Sikhwari, 2012 mengenai hubungan antara kepercayaan diri, dan motivasi berprestasi
mahasiswa pada Universitas di Provinsi Limpopo, Afrika Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif
antara kepercayaan diri dengn motivasi berprestasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso dan Brotowidagdo 2012
terhadap mahasiswa Universitas Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan motivasi
beprestasi. Secara simultan dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri dapat dijadikan prediktor motivasi berprestasi
siswa. Dari uraian di atas, penelitian-penelitian sebelumnya telah
membuktikan secara terpisah bahwa adanya pengaruh secara signifikan antara dukungan sosial orangtua, kepercayaan diri
terhadap motivasi berprestasi.
45
2.6 Model penelitian