T2 832011002 Full text
i DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN KEPERCAYAN DIRI
SEBAGAI PREDIKTOR MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMP N 4 SALATIGA
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Sains Psikologi
Oleh:
Marsyelin Josevin Rieuwpassa
832011002
MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
(2)
ii LEMBAR PENGESAHAN
TESIS
Dukungan Sosial Orangtua dan Kepercayaan Diri Sebagai Prediktor Motivasi Berprestasi Siswa
di SMP N 4 Salatiga
Disusun oleh:
Marsyelin Josevin Rieuwpassa NPM 832011002
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Februari 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Menyetujui, Pembimbing I
Dr.Christiana. H.Soetjiningsih
Pembimbing II
(3)
(4)
(5)
v UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas tuntunan, kasih, serta pengetahuan yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun tesis ini ada banyak dukungan yang diberikan dari pihak-pihak yang telah membantu penulis selama ini. Lewat cinta, waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis, maka dari itu dengan penuh ungkapan syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Ch. Hari Soetjiningsih, MS., Ph., D., selaku dosen pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, serta motivasi bagi penulis selama menyelesaikan tesis.
2. Dr.rer nat. A. Ign. Kristijanto, M.S., selaku dosen pembimbing 2, yang juga telah memotivasi penulis, dan selalu bersedia memberikan masukan, ilmu, dan bimbingan bagi penulis.
3. Prof. Dr. Sutarto Wijono, Drs., MA., selaku Kaprogdi Magister Sains Psikologi yang telah menerima penulis untuk menuntut ilmu di Pascasarjana Magister Sains Psikologi.
4. Seluruh dosen di lingkungan Pascasarjana Magister Sains Psikologi, yang telah membimbing penulis selama studi di Universitas Kristen Satya Wacana.
(6)
vi 5. Staff pegawai, Mas Agus, terima kasih karena telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi selama studi.
6. Kepala sekolah, para guru, dan siswa SMP N 3 Salatiga yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan Tryout.
7. Kepala sekolah, para guru dan siswa di SMP N 4 Salatiga, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian.
8. Orangtua tercinta (Johanis Rieuwpassa dan Anthonetha Rieuwpassa) terima kasih banyak ku ucapkan atas kasih sayang, cinta, motivasi, doa dan jerih payah papa dan mama untuk membiayai penulis selama studi ini. Kakak dan adik ku tersayang terima kasih banyak buat doa, motivasi, dan perhatian bagi penulis selama menyelesaikan tesis. Tuhan Yesus Memberkati.
9. Saudara-saudaraku yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih banyak untuk dukungan dan doanya.
10.Teman-teman di MPY angkatan 2011. Kk Omi, Kk Irfan, Kk Yuli, Kk Dwika, Mas Jadid, Kk Resa, Kk Nana, Kk Barce, Kk Artha, Dwi, Viki,Vin, Nia, Yuvin, Veki, Gis dan Ditha terima kasih banyak untuk kebersamaan kita selama kuliah.
(7)
vii Serta semua pihak, yang belum penulis sebutkan di atas, yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. Terimakasih banyak.
Salatiga, Februari, 2015
(8)
viii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi siswa kelas 2 di SMP N 4 Salatiga. Pengumpulan data menggunakan tiga skala yaitu; Dukungan Sosial Orangtua, Kepercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi. Dengan mengambil sampel sebanyak 78 siswa. Hasil penelitian menunjukkan Dukungan Sosial Orangtua memberikan pengaruh yang signifikan sebesar (β= 0,308 dengan koefisien korelasi (r) = 0,543), sedangkan kepercayaan diri berpengaruh signifikan sebesar (β=0,478 dengan koefisien korelasi (r) = 0,629). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepercayaan Diri berpengaruh lebih besar terhadap Motivasi Berprestasi dibandingkan Dukungan Sosial Orangtua.
Kata kunci: Dukungan Sosial Orangtua, Kepercayaan Diri, Motivasi Berprestasi
(9)
ix ABSTRACT
The objective of this study is to determine whether the Parent Social Support and Self-Confidency as a predictor of Student Achievement Motivation in SMP N 4 Salatiga. Totally 78 student in grade two are collected from SMP N 4 Salatiga. Data collection used three scales of measurement which are: Parental Social Support, Self Confidency and Student Achievement Motivation, respectively. The results of this study show that the
Parental Social Support has a significant influence (β = 0,308
and r = 0,543), while Self Confidency has a significant influence
(β = 0,478 and r = 0.629). The results of this studi indicate that
the effect of student Self Confidency is greater toward the Achievement Motivation in comparism to the Parental Social Support.
Keywords: Parent Social Support, Self-Confidency, Achievement Motivation
(10)
x DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul………... i
Lembar Pengesahan……… .... ii
Pernyataan Tidak Plagiat………. .. iii
Lembar Persetujuan Akses ... iv
Ucapan Terimakasih ... v
Abstrak……….. viii
Abtract……… ix
Daftar Isi……… x
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
1.1 Latar Belakang………... 1
1..2 Rumusan Masalah 13 1.3 Tujuan Penelitian……… 13
1.4 Manfaat Penelitian………. 13
1.4.1 Manfaat Teoritis………... 13
1.4.2 Manfaat Praktis……….... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 2.1 Motivasi Berprestasi……… 15
2.1.1 Definisi Motivasi Berprestasi……….. 15
(11)
xi
Halaman
2.1.3 Ciri-ciri Motivasi berprestasi……… 21
2.1.4 Faktor-faktor yang memengaruhi Motivasi Berprestasi………... 23
2.2 Dukungan Sosial……… 25
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial………. 25
2.2.2 Dukungan Sosial Orangtua……….. 26
1. Defenisi Orangtua……… 26
2. Defenisi Dukungan Sosial Orangtua…….. 28
2.2.3 Aspek Dukungan Sosial Orangtua……... 28
2.2.4 Efek Dukungan Sosial Orangtua……….. 31
2.3 Kepercayaan Diri……….. 32
2.3.1 Defenisi Kepercayaan Diri……….. 32
2.3.2 Aspek-aspek Kepercayaan Diri……… 34
2.3.3 Efek Kepercayaan Diri………... .. 37
2.4 Hasil Penelitian Sebelumnya……….. 38
2.5 Kerangka Berpikir………. . 40
2.6 Model Penelitian……….. .. 45
2.7 Hipotesis……….. ... 45
BAB III METODE PENELITIAN 46 3.1 Variabel Penelitian……….. 46
3.2 Definisi Operasional……….. 46
(12)
xii Halaman
3.2.1 Motivasi Berprestasi……… 46
3.2.2 Dukungan Sosial Orangtua………. 47
3.2.3 Kepercayaan Diri ………. 47
3.3 Populasi dan Sampel... 47
3.3.1 Populasi dan Sampel……… 47
3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel………... 48
3.3.3 Metode Pengumpulan Data………... 48
3.4 Analisis Aitem………... 68
3.4.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem………. 68
3.4.2 Uji Hopotesis……….. 69
3.5 Analisis Data ………... 70
3.5.1 Uji Asumsi……….. 70
3.5.1.1 Uji Normalitas………... 71
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas………. 71
3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas……….. 72
3.5.1.4 Uji Linearitas………. 72
3.6 Uji Coba Instrumen ………. 72
3.6.1 Hasil Skala Motivasi Berprestasi……... 73
3.6.2 Hasil Skala Dukungan Sosial Orangtua…….. 73
(13)
xiii Halaman
BAB IV HASIL PENELITIAN……… 76
4.1 Deskripsi Tempat Penelitian………. 76
4.2 Deskripsi Responden Penelian………. 79
4.3 Hasil Pengukuran Variabel ……… 80
4.3.1 Variabel Dukungan Sosial Orangtua... 81
4.3.2 Variable Kepercayaan Diri………... 81
4.3.3 Variabel Motivasi Berprestasi……….. 82
4.4 Hasil uji Prasyarat Analisi (Uji Asumsi)……….. 84
4.4.1 Uji Normalitas……….. 84
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas………. 87
4.4.3 Uji Multikolinearitas……… 89
4.4.4 Uji Linearitas……….. 90
4.5 Uji Hipotses………. 92
4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………….. 93
4.5.2 Uji Signifikansi Parameter Individual……… 93
4.5.3 Koefisien Determinasi ……….. 95
4.6 Sumbangan Efektif……… 96
4.7 Pembahasan……….. 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 103
5.1 Kesimpulan……….. 103
5.2 Saran-saran……… 103
DAFTAR PUSTAKA……… 106
(14)
xiv DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Skala Motivasi Berprestasi ... 49 Tabel 3.2 Skala Dukungan Sosial Orangtua ... 56 Tabel 3.3 Skala Kepercayaan Diri ... 62 Tabel 3.4 Sebaran Aitem yang baik dan Aitem tidak baik
Skala Motivasi Berprestasi ... 73 Tabel 3.5 Sebaran Aitem yang baik dan Aitem tidak baik
Skala Dukungan Sosial Orangtua……… 74 Tabel 3.6 Sebaran Aitem yang baik dan Aitem tidak baik
Skala Kepercayan Diri………... ... 75 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin……….. 79 Tabel 4.2 Kategori Responden Berdasarkan Usia…………. 79 Tabel 4.3 Deskripsi Pengukuran Variabel Dukungan
Sosial Orangtua………. 80 Tabel 4.4 Deskripsi Pengukuran Variabel
Kepercayaan Diri………. 82 Tabel 4.5 Deskripsi Pengukuran Variabel
Motivasi Berprestasi………. 83 Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorow-Smirnow………. 87 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas……… 89 Tabel 4.8 Hasil Uji Zero Order Correlation Matrix………. 90
(15)
xv
Halaman Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial
Orangtua dan Motivasi Berprestasi……… 91 Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas Kepercayaan Diri
dan Motivasi Berprestasi……….. 92 Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Berganda
Signifikan Nilai F.. ... 93 Tabel 4.12 Hasil UJi Regresi Berganda
Signifikan Nilai t... 94 Tabel 4.13 Hasil Koefisien Determinasi
Ringkasan Model………. 95 Tabel 4.14 Sumbangan Efektif Variabel Dukungan
Sosial Orangtua dan Kepercayaan Diri
(16)
xvi DAFTAR GAMBAR
Halaman 4.1 Grafik Histogram pada Uji Normalitas……….. 85 4.2 Grafik p- plot pada Uji Normalitas……… 86 4.3 Scatterplot pada Uji Heteroskedastisitas………….. 88
(17)
1 BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikan. Setiap individu harus memiliki motivasi yang baik sehingga individu dapat meningkatkan prestasi. Dengan demikian, dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sangat penting untuk mendukung individu meraih prestasi yang baik di sekolah. Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang penulis ingin melakukan penelitian tentang motivasi berprestasi dan mengapa hal ini penting untuk diteliti.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri (Dani, 2012). Helbert Spencer (seorang filosof Inggris) mengatakan bahwa pendidikan itu adalah menyiapkan individu agar dapat menikmati kehidupan yang bahagia. Pendidikan juga merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas (Atmadi & Setiyaningsih, 2000). Dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
(18)
2 potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangs, dan negara.
Searah dengan hal di atas maka sistem pendidikan yang ada di Indonesia dapat menghasilkan generasi-generasi bangsa yang bermutu dalam menghadapi suatu perubahan yang lebih baik. Mengingat bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting tetapi, yang dirasakan sekarang adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, setiap individu seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Setelah diamati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, salah satunya adalah pendidikan formal. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang ada di Indonesia (http://www.yepishare.com). Masalah yang dialami oleh Indonesia saat ini jelas diakibatkan oleh merosotnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh setiap individu. Disamping itu juga prestasi yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu komponen yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia mulai merosot. Dalam sebuah harian pagi dikemukakan bahwa rendahnya
(19)
3 kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, dan rendahnya prestasi siswa (Padang Ekspres, 2012). Ini diakibatkan karena kualitas pendidikan di Indonesia belum merata. Di sejumlah tempat masih banyak warga yang tidak bisa menempuh pendidikan yang baik akibat mahalnya biaya sekolah dan kurangnya sarana fisik yang di miliki. Inilah realita yang dialami dunia pendidikan di Indonesia.
Kondisi yang terjadi menghambat Indonesia untuk bisa bangkit mengatasi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia (http://santhikal .blogspot.com). Salah satu bentuk pendidikan yang harus ditempuh oleh individu selain pendidikan dasar adalah pendidikan menengah. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi) bahkan memasuki dunia kerja (Hamalik, 2011).
Salah satu pendidikan menengah yang ada di Salatiga adalah SMP N 4 Salatiga yang berdiri pada tahun 1983 yang berlokasi di Jln Pattimura 47 Salatiga. Visi dari SMP N 4 Salatiga adalah terbentuknya pribadi siswa yang santun, etis berbudi luhur dan terwujudnya peringkat sekolah yang unggul di atas rata-rata.
(20)
4 Mengingat pendidikan itu penting SMP N 4 Salatiga juga mempunyai visi yang baik untuk meningkatkan prestasi siswa. Pada tahun pertama dibuka, SMP N 4 Salatiga menampung siswa sebanyak 830, namun terjadi penurunan pada tahun 2009. Penurunan jumlah siswa disebabkan oleh rendahnya prestasi.
Kenyataan yang ada membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah yang ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP). Selain itu data dari education for all di Indonesi pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 65, tahun ini merosot ke peringkat 69 dari 127 negara, sedangkan data Indeks Pengembangan Pendidikan (IPP), Indonesia menempati peringkat 124 dari 187 negara. Pada tahun 2014 ranking pendidikan di Indonesia adalah yang paling rendah (nomor 40) dari ranking 40 negara di dunia, berdasarkan publikasi terbaru dari Pearson Education (2014). Untuk mengoptimalkan upaya peningkatan kualitas pendidikan perlu diperhatikan bahwa tercapainya tujuan pendidikan dapat dilihat dari prestasi yang dimiliki oleh individu. Pengembangan potensi yang dimiliki oleh individu tentunya tidak akan terlepas dari
(21)
5 motivasi berprestasi (Dewata, 2011). Akan tetapi permasalahan yang sering muncul disekolah adalah merosotnya angka rapor dan rendahnya prestasi akademik siswa. Salah satu penyebab banyak siswa yang gagal disebabkan oleh rendahnya motivasi berprestasi yang di miliki. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Carrol, (2003, dalam Garliah & Nasution, 2005), yang menunjukkan bahwa rata-rata 30% individu gagal disebabkan karena rendanya motivasi berprestasi.
Motivasi berprestasi bagi keberhasilan individu adalah karena motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, dalam mencapai suatu standar kesuksesan, dan melakukan suatu usaha demi mencapai suatu tujuan (Santrock, 2003). Menurut Winkel (1992), motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri individu untuk memperolah keberhasilan dan melibatkan diri dalam kegiatan, di mana keberhasilannya tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimilikinya. Mengingat pentingnya motivasi berprestasi bagi keberhasilan siswa, maka setiap siswa diharapkan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.
Salah satu hal yang dapat memotivasi individu menurut McClelland (1987) adalah kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), bagaimana individu melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, lebih cepat dan lebih efisien dengan hasil akhir yang maksimal bila dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya. Santrock (2003) mengatakan bahwa motivasi berprestasi siswa terbentuk dalam interaksi individu dari
(22)
6 lingkungan sosialnya. Iyer & Kamalanabhan (2006), mengatakan motivasi berprestasi adalah kecenderungan untuk menjadi unggul. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kecenderungan untuk mementingkan keunggulan, adanya rasa ingin dilihat sebagai orang yang memiliki standar keunggulan atau sukses dalam situasi persaingan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi biasanya aktif, pekerja keras, menetapkan standar yang tinggi, menyukai tugas yang menantang dan mengejar kualitas. Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu faktor intrinsik seperti cita-cita, kepribadian, kepercayaan diri dan inteligensi sedangkan faktor ekstrinsik seperti lingkungan keluarga, sekolah atau kampus, masyarakat dan budaya. Dalam penelitian ini penulis memilih dua faktor, yaitu dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri.
Melalui wawancara tanggal 05 April 2013 dengan dua orang guru BK yang mengatakan bahwa sebelum menjadi SMP N 4 sekolah ini dulu adalah Sekolah Teknik Negeri (ST) dengan jumlah siswa 830. Setelah berakhir pada tanggal 31 Desember 1983 Sekolah Teknik diganti dengan SMP N 4 Salatiga sampai sekarang. Pada tahun 2007-2008 menjadi 611 siswa. Tahun 2009-2010 mengalami peningkatan menjadi 631 siswa, tahun 2012-2013 terjadi penurunan menjadi 618 siswa, sedangkan tahun 2014 ada peningkatan jumlah siswa menjadi 640. Jika dibandingkan dengan beberapa sekolah negeri lainnya SMP N 4 Salatiga mengalami masalah dengan prestasi siswa. Ini disebabkan karena
(23)
7 rendahnya prestasi yang dimiliki oleh siswa-siswi tersebut. Ada kelas tertentu yang ditempati oleh siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Siswa-siswi tersebut menempati kelas A sedangkan siswa-siswi yang memiliki motivasi berprestasi yang paling rendah menempati kelas yang paling akhir yaitu kelas H. Siswa yang motivasi berprestasi tinggi selalu yakin akan kemampuan untuk meraih sukses, selalu menggunakan waktu dengan baik, selalu berusaha mempertahankan prestasi di kelas, dan selalu mengumpulkan tugas tepat waktu sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah selalu bolos setiap jam pelajaran, malas mengerjakan tugas, kurang perhatian di kelas dan mereka kurang percaya diri dalam proses belajar mengajar.
Penulis juga melakukan wawancara dengan 2 orang guru yang mengajar di kelas H. Ada kesulitan ketika harus mengajar karena siswa-siswa kadang tidak peduli dengan apa yang diajarkan oleh guru. Mereka lebih suka menghabiskan waktu di kantin sekolah daripada masuk kelas untuk mendapat pelajaran. Ada siswa yang mengatakan bahwa orangtua mereka tidak pernah peduli dengan pendidikan di sekolah. Santrock (2002) mengatakan ketika anak berkembang menjadi remaja, mereka akan mengalami masa transisi di masa sekolahnya, dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama (SMP). Monks dkk. (1998) masa remaja awal berusia 12-15 tahun yang merupakan siswa SMP. Pada masa ini anak akan mengalami banyak perubahan yang sering menimbulkan masalah baik dari remaja itu
(24)
8 sendiri, orangtua (keluarga) maupun sekolah. Perubahan-perubahan itu berkaitan tehadap citra tubuh, lingkungan yang baru dan bertambahnya mata pelajaran di sekolah. Alasan penulis memilih variabel motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua karena dari hasil-hasil penelitian terlihat bahwa dukungan sosial dari orangtua (keluarga) memegang peranan penting dalam keberhasilan anak dalam proses pendidikan. Keluarga merupakan tempat dimana seorang anak pertama kalinya memperoleh pendidikan, mengenal nilai-nilai maupun peraturan yang harus diikutinya, serta mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial yang lebih luas. Keluarga memberikan dukungan untuk berprestasi dan sukses terkait dengan harapan dari orangtua kepada anak-anak. Yurika (2010) mengatakan bahwa terbentuknya motivasi bersumber dari cara orangtua mendidik dan mengasuh anaknya. Orangtua yang mendidik anaknya untuk berusaha menentukan sendiri apa yang sebaiknya dilakukan dan mampu mengerjakan tugas-tugas disertai dengan sikap orangtua yang selalu menghargai setiap prestasi yang telah dicapai anak, akan menumbuhkan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak.
Pemilihan variabel dukungan sosial orangtua terhadap motivasi berprestasi didukung dengan beberapa hasil penelitian berikut: berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Coleman & Maqsud (1993), menunjukkan bahwa peran interaksi orangtua dalam memberikan dukungan sosial kepada anak-anak berhubungan positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi.
(25)
9 Dalam pengertian makin besar dukungan sosial orangtua makin tinggi motivasi berprestasi anak-anak. Sebaliknya makin kecil dukungna sosial orangtua, maka makin rendah motivasi berprestasi anak-anak. Penelitian yang dilakukan Wentzel (1998), menunjukkan bahwa dukungan sosial sangat berperan penting terhadap prestasi anak. Selain itu Verkuyten et al. (2001) menemukan bahwa dukungan sosial orangtua berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak, khususnya bagi keluarga-keluarga yang masih mempertahankan budaya kekerabatan. Dalam hubungan kekerabatan ini dukungan sosial orangtua sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak-anak mereka. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana Verkuyten et al. (2001) melakukan tiga kali studi terhadap anak-anak Turki dan anak-anak-anak-anak Belanda, dimana ditemukan bahwa anak-anak dari keluarga Turki memiliki dukungan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan dukungan sosial orangtua dari keluarga Belanda. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dukungan sosial orangtua dari anak-anak Turki berpengaruh posif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi. Sedangkan, dukungan sosial dari orangtua anak-anak Belanda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berprestasi anak, karena motivasi berprestasi yang dimiliki oleh anak-anak Belanda merupakan tanggung jawab pribadi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Solek & Schoenfelder (2007) menunjukkan bahwa dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang kuat pada motivasi berprestasi anak-anak.
(26)
10 Di dalam kehidupan anak sebagian besar keluarga memberikan dukungan untuk berprestasi dan sukses terkait dengan harapan keluarga/orangtua. Hal di atas didukung dengan riset telah dilakukan oleh Crandall (Maqsud & Coleman, 1993) yang menunjukkan bahwa orangtua mempunyai pengaruh kuat pada pengembangan motivasi berprestasi anak mereka. Selanjutnya McClelland dan Pilon (Maqsud & Coleman, 1993), pengharapan orangtua terhadap masa depan anak-anak, serta anak belajar melalui pengamatan langsung adalah penting dalam pengembangan motivasi berprestasi mereka. Jadi anak-anak yang berprestasi, mempunyai inisiatif, dan daya saing diperkuat oleh orangtua mereka, lebih mungkin untuk berkembangnya motivasi berprestasi yang lebih tinggi (Spence, 1983; Woollfolk, 1990 dalam Maqsud & Coleman, 1993). Dalam kajian selanjutnya, Paulson (Santrock, 2003) menyatakan bahwa melalui model kombinasi pola asuh orangtua yang di dalamnya terdapat dukungan sosial orangtua akan mampu memberikan dukungan terhadap anak, hal ini akan membuat anak memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.
Selain variabel dukungan sosial dari orangtua terhadap motivasi berprestasi kepercayaan diri juga turut berpengaruh terhadap motivasi berprestasi. Loekmono (1983) menyatakan bahwa kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Dari kepercayaan diri yang dimiliki akan membuat individu selalu yakin akan kemampuannya. Rasa kurang percaya diri dapat
(27)
11 timbul ketika individu menghadapi perubahan situasi seperti menghadapi lingkungan baru, menghadapi orang-orang yang baru dikenal, adanya suasana bersaing di sekolah, dan masuk ke lingkungan yang ramai atau berhadapan dengan orang yang status sosial lebih tinggi. Timbulnya rasa cemas itu, merupakan salah satu indikasi adanya gejala kurangnya kepercayaan diri pada anak (Hakim, 2002). Tingkat kepercayaan diri yang baik memudahkan individu dalam pengambilan keputusan, membangun hubungan dengan orang lain, dan membantu individu untuk mempertahankan kesuksesan dalam pembelajaran di sekolah, sehingga secara tidak langsung akan memengaruhi prestasi yang dimiliki (http://blogspot.com/2012/ pengaruh-kepercayaan diri,html).
Namun pada dasarnya tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri yang cukup. Perasaan malu, sungkan dan lain sebagainya dapat menjadi kendala seorang siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah maupun di lingkungannya. Berdasarkan hasil wawancara dari seorang guru di SMP N 4 Salatiga mengatakan bahwa sebagian siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah disebabkan karena malu untuk bertanya di kelas, tidak mau berbagi dengan teman-teman ketika mengalami kesulitan, dan selalu menjadi siswa yang pendiam. Hal ini disebabkan setiap siswa memiliki lingkungan dan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga hal itu memengaruhinya dalam pembentukan rasa percaya diri. Rini (2002) menyatakan bahwa rendahnya kepercayaan diri yang dimiliki akan
(28)
12 menggangu individu, terlebih ketika individu tersebut diperhadapkan pada tantangan ataupun situasi yang baru.
Penulis memilih variabel kedua kepercayaan diri karena kepercayaan diri juga penting bagi individu. Kepercayaan diri yang positif akan memudahkan individu untuk memiliki kompetensi untuk meraih prestasi yang baik. Sejalan dengan Fernald & Fernald, (1999, dalam Luxori, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi motivasi berprestasi individu, salah satunya adalah apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku. Pemilihan variabel kepercayaan diri terhadap motivasi berprestasi didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hamdan (2009) menemukan bahwa kepercayaan diri berpengaruh terhadap motivasi berprestasi, jika individu mempunyai kepercayaan diri yang tinggi maka motivasi berprestasinya akan menjadi tinggi, dan sebaliknya jika individu memiliki kepercayaan diri yang rendah (negatif) maka motivasi berprestasi menjadi rendah. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Santoso & Brotowidagdo (2012) menunjukkan bahwa kepercayaan diri berpengaruh terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Universitas Semarang.
Mengingat bahwa pendidikan itu penting bagi setiap individu, namun pada dasarnya pendidikan di SMP N 4 Salatiga mengalami masalah terhadap motivasi berprestasi siswa, sedangkan motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri. Berdasarkan hasil-hasil
(29)
13 penelitian yang ada, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi siswa di SMP N 4 Salatiga.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri dapat dijadikan preditor motivasi berprestasi siswa di SMP N 4 Salatiga.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk menentukan dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi siswa di SMP N 4 Salatiga.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah dalam usaha untuk memperoleh pemahaman tentang dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi, dan secara khusus penelitian ini bermanfaat pada bidang studi Psikologi Pendidikan.
(30)
14 2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga pendidikan dapat memberikan sumbangan penelitian agar lembaga dapat mengetahui tentang bagaimana meningkatkan motivasi berprestasi pada siswa SMP.
b. Bagi siswa diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman untuk mengembangkan motivasi berprestasi yang lebih baik dan lebih meningkatkan kepercayaan diri.
c. Bagi orangtua agar lebih memperhatikan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam mengasuh dan memberikan dukungan sosial secara optimal.
(31)
15 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas mengenal landasan teoritik yang terdiri dari defenisi, aspek-aspek, teori dan faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing variabel. Selain itu juga dijelaskan mengenai hasil-hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, hipotesis penelitian dan model penelitian.
2.1. MOTIVASI BERPRESTASI
2.1.1 Definisi motivasi berprestasi
Djamarah (2002) menyatakan, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri individu yang berbentuk aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, di mana individu mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka individu mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya. Handoko (2006) menyatakan, motivasi sebagai suatu tenaga atau faktor yang ada di dalam diri individu, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku. Santrock (2007) juga menyatakan, bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Selain itu juga motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dengan situasi. Setiap individu memiliki dorongan motivasional dasar yang berbeda-beda. Motivasi juga merupakan proses yang menjelaskan intensitas, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuan (Robbins, 2008). Mc Donald, (2004, dalam Hamalik, 2011)
(32)
16 menyatakan, “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reaction” ( motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Terry, (2001 dalam Hasibuan, 2012) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
McClelland (1987) menyatakan bahwa kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) adalah suatu pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, lebih cepat dan lebih efisien dengan hasil akhir yang maksimal bila dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan sebelumnnya. Motivasi berprestasi berhubungan dengan kemampuan untuk mengatasi rintangan dan memelihara semangat kerja yang tinggi, bersaing (melalui usaha keras), dan mengungguli orang lain (Asnawi, 2002). Handoko (2003) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang muncul dari dalam diri individu untuk berusaha mencapai prestasi yang tinggi. Menurut McClelland, (1987, dalam Rola & Wulandari, 2004) menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada pada diri individu untuk mencapai sutu keberhasilan. Davis, (2000, dalam Asnawi, 2002) juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan, sehingga menyebabkan individu bekerja lebih baik lagi. McClelland, 1987 (dalam Hasibuan, 2012) menyatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu keinginan untuk
(33)
17 mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan, dan pertumbuhan.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi sangat penting untuk mendorong individu mencapai kesuksesan. Kebutuhan yang mendorong individu melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan prestasi yang lebih baik sesuai dengan standar keunggulan.
2.1.2 Teori motivasi berprestasi
Teori kebutuhan berprestasi dikembangkan David McClelland (1987) dan rekan-rekannya. Teori yang dikembangkan berfokus pada tiga kebutuhan yaitu: pencapaian, kekuatan, dan hubungan. Ketiga model dimensi kebutuhan ini dapat didefenisikan sebagai berikut:
1. Kebutuhan pencapaian (need of achievement): dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha untuk berhasil.
2. Kebutuhan kekuatan (need of power): kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya. 3. Kebutuhan hubungan (need of affiliation): keinginan
untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.
(34)
18 Dalam bidang pendidikan, jenis motivasi yang paling penting adalah motivasi berprestasi yang mendorong individu untuk mencapai prestasi. Menurut Salam & Ada, 2003), dalam motivasi berprestasi terdapat kemampuan yang terorganisir pada diri individu untuk mewujudkan suatu keadaan yang lebih tinggi, sehingga perasaan ingin suksesnya dapat tercapai. Selain itu, di dalam motivasi berprestasi juga mengandung kondisi psikologis yang mendorong atau mengerakkan individu untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya (Salam & Ada, 2003). Dengan kata lain, adanya kemampuan maupun kondisi psikologi, maka individu bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan (needs).
Berkaitan dengan needs, Maslow (1970) dengan teori hirarkinya mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar. Kebutuhan-kebutuhan tersebutlah yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Maslow membagi kebutuhan dalam 5 kategori, yaitu:
1. Kebutuhan fisiologi (Physiological needs), seperti rasa lapar, rasa haus, kebutuhan akan perumahan dan sebagainya.
2. Kebutuhan rasa aman (sefety needs), yaitu kebutuhan bebas dari bahaya, merasa aman, dan terlindung.
3. Kebutuhan rasa cinta dan sayang (needs for love and belongingness), yaitu kebutuhan yang mendorong individu untuk menjalin hubungan afektif atau emosional dengan orang lain serta merasa diterima oleh kelompoknya dan terlibat di dalamnya.
(35)
19 4. Kebutuhan akan penghargaan (needs for self esteem), yaitu kebutuhan memperoleh penghargaan/berprestasi, berkompetensi dan mendapatkan dukungan serta pengakuan baik yang diberikan oleh orang lain maupun yang dapat dirasakan sendiri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (needs for self actualization), kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk menunjukan kemampuan dirinya.
Individu yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah orang-orang yang kreatif, ekpresif dan dapat menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow, (1970 dalam Koeswara, 1991) mengemukakan bahwa motivasi seseorang turut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya dan keadaan sosial masyarakat. Bila lingkungan tidak memberikan dukungan bagi pemenuhan kebutuhan maka akan menghambat perkembangan dirinya.
Selain Maslow, Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E=Existence (kebutuhan akan eksistensi), R=Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G=Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep
(36)
20 Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia yang menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya. Herzberg juga memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau
(37)
21 pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan diatas penulis memilih teori McClelland yang berdasarkan pada kebutuhan pencapaian (need of achievement). McClelland (1987) mengatakan bahwa individu yang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih berjuang untuk memperoleh pencapaian pribadi daripada memperoleh penghargaan dan juga memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Dorongan ini merupakan kebutuhan pencapaian (nAch). Dalam penelitian terhadap kebutuhan menemukan bahwa individu dengan prestasi yang tinggi membedakan diri mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih baik (Luthans, 2006).
2.1.3 Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat penting bagi individu. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mencapai prestasi yang baik. Apabila tidak ada motivasi berprestasi dalam diri siswa maka akan menimbulkan rasa malas dalam mengikuti proses belajar dan kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Menurut McClelland (2002) ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitu:
(38)
22 1. Pengambilan resiko sedang, yaitu memilih pencapaian prestasi dengan resiko sedang sehingga dalam pengambilan tugas individu memiliki keyakinan dapat meraih sukses dan menghindari kegagalan, serta sukses yang dicapai dengan cara yang inovatif.
2. Menginginkan umpan balik, yaitu individu menyukai aktivitas yang dapat memberikan umpan balik berharga dan cepat mengenai kemajuan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian ini individu perlu memanfaatkan waktu secara efektif, baik dalam belajar maupun dalam mengerjakan tugas-tugas.
3. Puas dengan prestasi, yaitu orang yang tingkat prestasinya tinggi menganggap bahwa menyelesaikan tugas merupakan hal yang menyenangkan secara pribadi, mereka tidak mengharapkan penghargaan material, namun mereka memiliki pemikiran yang berorientasi pada pengharapan akan penghargaan di masa depan.
4. Totalitas terhadap tugas, yaitu individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung total dan gigih dengan mengerjakan tugas, hingga dapat menyelesaikannya dengan sukses. Mereka tidak mau meninggalkan pekerjaan terbengkalai dan tidak cepat puas dengan diri sendiri sehingga mereka menggunakan usaha maksimal dan memperoleh hasil yang optimal, dan dalam bekerja lebih mengutamakan pencapaian prestasi dari pada hubungan sosial.
(39)
23 Menurut Ivancevich dkk. (2006), karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah:
1. Suka menerima tanggung jawab dalam memecahkan masalah.
2. Cenderung menetapkan pencapaian yang moderat dan cenderung mengambil resiko yang telah diperhitungkan.
3. Menginginkan umpan balik atas kinerja.
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai ciri-ciri motivasi berprestasi di atas, dalam penelitian ini menggunakan ciri-ciri motivasi berprestasi yang dikemukan oleh McClelland (2002) dan motivasi berprestasi dalam penelitian ini dikaitkan dalam akademik (studi). Hal ini disebabkan karena di dalam cirri-ciri yang dikemukan oleh McClelland (2002) terkandung semua ciri-ciri oleh tokoh lain.
2.1.4 Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi Setiap individu memiliki tingkat motivasi berprestasi yang berbeda-beda, tetapi semua itu tergantung dari faktor-faktor yang memengaruhi. Heckhausen (Haditono, 1979) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah:
1. Faktor intrinsik, meliputi: tujuan yang ditetapkan, harapan yang diinginkan, cita-cita yang dimiliki, memiliki kepercayaan diri yang positif, rasa takut untuk sukses atau kecenderungan menghindari sukses, pengalaman, dan potensi dasar yang dimiliki dalam hal ini inteligensi.
(40)
24 2. Faktor ekstrinsik, meliputi: situasional, norma kelompok, timbulnya resiko sebagai akibat dari potensi yang diperolah, sikap terhadap kehidupan dan lingkungan. Lingkungan yang baik dan memberikan dukungan terhadap individu sangat mempengaruhi motivasi berprestasi. Dalam hal ini anak sangat membutuhkan dukungan sosial orangtua sebagai orang yang paling dekat dan lebih mengenal kehidupan anak. Sejalan dengan hal tersebut Crow dan Crow (1984), mengemukakan bahwa sikap terhadap lingkungan akan mempengaruhi motivasi berprestasi, artinya sikap terhadap lingkungan merupakan petunjuk tentang pandangan dan penilaian individu terhadap lingkungannya. Sikap positif terhadap lingkungan akan meningkatkan motivasi berprestasi, sedangkan sikap negatif terhadap lingkungan akan menurunkan motivasi berprestasi.
Hurlock (1999), mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi terbagi dalam dua bagian yaitu:
1. Faktor pribadi yang meliputi: keinginan untuk mencapai apa yang dicita-citakan untuk masa depan, dan apa yang pernah dialami di masa lampau.
2. Faktor lingkungan yang meliputi: harapan sosial, tekanan dari teman sebaya, penghargaan sosial bagi prestasi yang tinggi dan penolakan sosial bagi prestasi yang rendah.
(41)
25 Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh orangtua dan guru sehingga motivasi berprestasi siswa terus ditingkatkan dalam mencapai prestasi yang lebih baik.
2.2. DUKUNGAN SOSIAL 2.2.1. Definisi dukungan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai (Kuntjoro, 2002).
Rook, (1985, dalam Smet, 1994) dukungan sosial adalah salah `satu diantara fungsi pertalian (ikatan) sosial. Ikatan- ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal. Ikatan dan hubungan dengan orang lain dianggap sebagai aspek yang memberikan kepuasan secara emosional dalam kehidupan individu. Gottlieb, (1983, dalam Smet, 1994) dukungan sosial yang terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal yang berupa bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh adanya keakraban atau adanya kehadiran seseorang yang mempunyai manfaat atau efek terhadap perilaku
(42)
26 bagi penerima. Wellman, (1981, dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa dukungan sosial hanya dapat dipahami jika orang tersebut tahu mengenai struktur jaringan sosila dan menjadi anggotanya. Hal ini berarti bahwa dukungan sosial adalah perasaan sosial yang dasar yang dibutuhkan terus-menurus, dipuaskan dalam interaksi dengan orang lain. Smet (1994) juga menambahkan bahwa dukungan sosial merupakan suatu bentuk perhatian, penghargaan atau pertolongan yang diterima oleh individu lain atau kelompoknya. Informasi tersebut diperoleh dari pola hubungan keluarga, guru, teman sebaya, kelompok atau organisasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah ikatan sosial yang dijalin secara akrab antara individu satu dengan yang lain dalam lingkungan masyarakat, keluarga, organisasi dan sekolah dan lain-lain. Diberikan dalam bentuk informasi atau bantuan yang diperoleh dari orang lain karena adanya keakraban sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, dicintai, dihargai, dihormati serta mempunyai kesempatan yang baik untuk memahami masalah secara bersama-sama.
2.2.2. Dukungan Sosial Orangtua 1. Definisi Orangtua
Eminyam (2001) mengemukakan bahwa orangtua yang terdiri dari suami atau istri atau ayah dan ibu yang membentuk satu keluarga dan bersatu dalam ikatan pernikahan, yang
(43)
27 didalamnya mereka melaksankan tugas dan tanggung jawab terhadap anak-anak yang lahir dari pernikahan mereka. Oleh karena itu keluarga harus menjadi sekolah yang pertama, dimana orangtua memberikan contoh dan teladan yang baik. Sejalan dengan itu Setyani (2005) mengungkapkan bahwa orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut dengan ayah dan ibu. Pendapat tersebut menekankan bahwa orangtua adalah penanggung jawab kelangsungan hidup keluarga. Munir (2010) juga menyatakan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anak, karena keluarga merupakan tempat dimana anak bertumbuh dan berkembang untuk mempelajari atau mengetahui kehidupan.
Sukma (2011) juga menyatakan bahwa orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.
Berdasarkan pernyatan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam kehidupan sehari-hari disebut ayah dan ibu yang berfungsi sebagai pelindung setiap anggota
(44)
28 keluarga, pendidik, pelaku kegiatan ekonomi, pengasuh serta membesarkan anak-anak.
2. Definisi dukungan sosial orangtua
House, (1986, dalam Wijaya, 2012) menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua adalah dorongan atau bantuan yang diterima individu dari orangtuanya sehingga dapat meningkatkan keyakinan dan memiliki perasaan positif mengenai dirinya sendiri. Demaray dan Malecki (2002), mengatakan bahwa dukungan sosial sebagai persepsi individu dari dukungan umum atau tindakan spesifik yang bersifat mendukung dari orang-orang dalam jaringan sosial yang fungsinya sebagai pelindung. Sumber dukungan ini berasal dari orangtua, teman, guru, teman dekat atau sekolah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua merupakan sikap orang tua kepada individu yang membuatnya merasa diterima, dicintai, diperhatikan dan merasa menjadi bagian dalam keluarga.
2.2.3 Aspek-aspek dukungan sosial orangtua
Menurut House, (1986, dalam Smet, 1994), dukungan sosial terdiri atas empat aspek, yaitu:
1. Dukungan emosional, yaitu dukungan orangtua dalam memberikan keyakinan bahwa individu dicintai dan diperhatikan. Aspek ini mencakup dukungan yang
(45)
29 diwujudkan dalam bentuk ungkapan empati dan kepedulian.
2. Dukungan penghargaan/penilaian, yaitu dukungan orangtua terhadap individu sebagai bahan introspeksi diri dan motivasi agar berbuat lebih baik dari sebelumnya. Aspek ini terjadi lewat penghargaan/penilaian positif orangtua terhadap individu, motivasi untuk maju dan memiliki pandangan positif terhadap keberhasilan orang lain.
3. Dukungan informatif, yaitu dukungan orangtua untuk membantu individu memecahkan masalah. Aspek ini mencakup pemberian nasihat dan saran-saran untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4. Dukungan instrumental, yaitu dukungan orangtua yang berupa barang dan jasa yang dapat membantu kegiatan individu. Aspek ini mengungkapkan dukungan sosial yang mencakup bantuan langsung yang diwujudkan dalam bentuk uang, tenaga, waktu, dan pemberian hadiah.
Weiss, (1974, dalam Cutrona & Russell, 1987) mengusulkan enam aspek yang berasal dari hubungan dengan orang lain. Keenam aspek tersebut adalah guidance (saran dan informasi), reliable alliance (bantuan yang nyata), attachment
(ekspresi mengenai kepedulian dan cinta), reassurance of worth ( kemampuan untuk menghormati dan kualitas individu), social integration (kepentingan dan keprihatinan bersama dalam kelompok), dan opportunity to provide nurturance (dukungan ini
(46)
30 berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain). Sejalan dengan Drageset (2012) yang menguraikan mengenai enam aspek dari Weis, yaitu attachment (hubungan yang dirasakan dimana individu memperoleh kedekatan emosional dan rasa aman. Tidak adanya hubungan tersebut dapat mengakibatkan rasa kesepian, social integration ( menjadi bagian dari suatu kelompok), reassurance of worth (suatu hubungan dimana keterampilan dan kemampuan seseorang diakui), opportunity to provide nurturance (tanggung jawab untuk kesejahteraan orang lain), reliable alliance (suatu hubungan dimana seseorang dapat mengandalkan bantuan dalam kondisi apapun dan tidak adanya hal ini dapat mengakibatkan rasa kerentanan, guidance (suatu hubungan dengan orang-orang yang dapat dipercaya yang dapat memberikan saran).
Dari beberapa bentuk dukungan sosial orangtua dapat disimpulkan bahwa semuanya memiliki dampak yang positif bagi remaja. Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa attachment, guidance, reliable alliance, reassurance of worth, social integration, and opportunity nurturance (Weis, 1974, dalam Cutrona & Russell, 1987)
2.2.4. Efek dukungan sosial orangtua
Sarason, (1983, dalam Kuntjoro, 2002), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, dan kepedulian dari orang-orang yang dapat dipercaya serta yang
(47)
31 menghargai. Menurut Sarason , dukungan sosial dipengaruhi oleh dua hal yaitu:
1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan ketika individu tersebut membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).
2. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima dimana ini berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhan yang diinginkan akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).
Hal tersebut di atas menjadi sangat penting untuk dimengerti oleh orangtua dalam memberikan dukungan sosial kepada anak. Keberadaan anak dalam sebuah keluarga merupakan hal yang sangat penting sehingga anak merasakan bahwa mereka diperhatikan dan dicintai oleh orangtuanya. Dukungan sosial bukan sekedar bantuan yang diberikan kepada orang lain tetapi bagaimana bantuan yang diberikan kepada seseorang dapat dimaknai.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua sangat penting diberikan sehingga individu merasa bahwa ia diperhatikan dan memiliki rasa aman.
(48)
32 2.3. KEPERCAYAAN DIRI
2.3.1. Definisi kepercayaan diri
Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hasan, 2001 (dalam Khusnia & Rahayu, 2010), menjelaskan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri secara adekuat dan menyadari kemampuan-kemampuan yang dimiliki serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Lauster, (1990, dalam Gulo, 1991) menambahkan bahwa kepercayaan diri sebagai keyakinan dan kemampuan diri sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh dengan orang lain. Lindenfield (1997) mengungkapkan bahwa orang yang percaya diri ialah orang yang puas dengan dirinya sendiri dan kemampuan yang dimilikinya.
Lie (2003) mengungkapkan bahwa seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri. Percaya diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar-benar
(49)
33 mengalahkan kemalangan dengan kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan. Kepercayaan diri dan kebesaran hati membuatnya bersikap, bergaul, bersama orang lain dengan penuh percaya diri dan kemampuan menghadapi segala kesulitan dengan kepercayaan diri yang besar.
Selanjutnya menurut Hakim (2002) rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses:
1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
2. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
3. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.
4. Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.
(50)
34 Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dirinya mampu untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan serta situasi yang dihadapinya sehingga individu merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam dirinya dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.
2.3.2 Aspek-aspek kepercayaan diri
Lie (2003) mengemukakan beberapa aspek orang yang mencerminkan percaya diri adalah:
1. Yakin kepada diri sendiri,
2. Tidak bergantung pada orang lain,
3. Tidak ragu-ragu, merasa diri berharga, tidak menyombongkan diri,
4. Memiliki keberanian untuk bertindak.
Lauster, (1990, dalam Gulo, 1991) mengemukakan beberapa aspek untuk meningkatkan kepercayaan diri:
1. Bertanggung jawab
Individu bersedia untuk menanggung segala konsekuensi dari setiap tindakannya.
2. Optimis
Mampu (berhasil) mewujudkan rencana-rencananya, tidak ragu-ragu dalam bertindak, lebih siap menghadapi atau menerima akibat yang terjadi.
(51)
35 3. Ambisi
Memiliki keinginan yang besar untuk bersaing dengan orang lain sehingga mampu mendorong individu untuk berprestasi.
4. Mandiri
Dapat menentukan standar sendiri dan selalu mengembangkan motivasinya.
Lindenfield (1997) membagi kepercayaan diri menjadi dua bagian:
1. Percaya diri batin ( percaya diri yang member kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Ada empat ciri utama pada orang yang mempunyai percaya diri batin, yaitu:
a) Cinta diri
Cinta diri yang dimaksud adalah peduli tentang diri individu sendiri sehingga perilaku dan gaya hidup yang mereka tampilkan untuk memelihara diri sendiri.
b) Pemahaman diri
Dengan kemampuan memahami diri sendiri, seseorang dalam kehidupannya tidak akan terhanyut untuk merenungi diri sendiri, namun berusaha ingin mengetahui tanggapan atau pendapat dari orang lain tentang diri mereka. Dengan memiliki pemahaman diri yang baik, individu akan menyadari kekuatan dan mengembangkan kemampuannya.
(52)
36 c) Tujuan yang jelas
Orang yang percaya diri selalu mengetahui tujuan hidupnya. Mempunyai pikiran yang jelas terhadap tindakan yang dilakukan dan hasil yang akan diterima. d) Pemikiran yang positif
Orang-orang yang percaya diri selalu berfikir positif, memandang kehidupan dari sisi yang cerah dan selalu berusaha mencari pengalaman dan hasil yang baik.
2. Percaya diri lahir (memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan bahwa individu yakin akan diri sendiri). Untuk memberikan percaya diri kepada individu perlu mengembangkan keterampilan dalam empat bidang, yaitu:
a) Komunikasi
Keterampilan komunikasi menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap percaya diri. Menghargai pembicaraan orang lain, berani berbicara di depan umum, tahu kapan harus berganti topic pembicaraan, dan mahir dalam berdiskusi adalah bagian dari keterampilan komunikasi yang bisa dilakukan jika individu memiliki rasa percaya diri.
b) Ketegasan
Sikap tegas dalam melakukan suatu tindakan juga diperlukan, agar kita terbiasa untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan serta membela hak kita, dan
(53)
37 menghargai terbentuknya perilaku agresif dan positif dalam diri.
c) Penampilan diri
Seorang individu yang percaya diri selalu memperhatikan penampilan dirinya, baik dari gaya pakaian, dan gaya hidupnya tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain.
d) Pengendalian perasaan
Pengendalian perasaan juga diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari, dengan kita mengelola perasaan kita dengan baik akan membentuk suatu kekuatan besar yang pastinya menguntungkan individu tersebut.
2.3.3 Efek kepercayaan diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul karena adanya pengakuan dari lingkungan. Seorang individu akan berhasil dalam menyelesaikan tugasnya bila dirinya mempunyai rasa percaya diri yang kuat (Dimyanti & Mudjiono, 2002). Kepercayaan diri bagi siswa sebagai kelompok remaja merupakan hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena siswa yang berada pada tahap remaja mengalami perkembangan, yang membuat remaja tersebut mengalami banyak perubahan seperti menghadapi lingkungan baru, menghadapi orang-orang yang baru dikenal, dan adanya suasana bersaing di sekolah (Hakim, 2002). Secara psikologis pada masa remaja ini anak-anak berusaha mencari hal-hal yang baru. Perubahan yang terjadi
(54)
38 inilah yang menyebabkan individu mengalami kebingungan dan mengalami krisis kepercayaan diri (Siahaan, 2006).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri sangat penting bagi siswa yang berada pada tahap remaja. Individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah individu yang mampu melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Kepercayaan diri yang dimiliki membuat individu mempunyai kemampuan terhadap diri sendiri dan tidak mudah terpengaruh orang lain.
2.4 Hasil-hasil penelitian sebelumnya
Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat penting dimiliki oleh siswa dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi. Untuk mencapai suatu prestasi individu harus mempunyai motivasi berprestasi dalam dirinya. Terlepas dari dukungan sosial dari orang-orang sekitar (orangtua) juga berpengaruh dalam motivasi berprestasi anak di sekolah. Keluarga khususnya orangtua berperan penting dalam mengaktualisasikan motivasi berprestasi pada anak, sebab orangtua adalah orang yang mengenal benar anak tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Coleman & Maqsud (1993), menunjukkan bahwa peran interaksi orangtua dalam memberikan dukungan sosial kepada anak-anak berhubungan positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi. Penelitian yang dilakukan oleh Wentzel (1998) juga menunjukkan bahwa dukungan sosial sangat berperan penting terhadap prestasi anak.
(55)
39 Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Verkuyten et al (2001), yang menemukan bahwa dukungan sosial orangtua terhadap motivasi berprestasi anak lebih diperhatikan oleh keluarga-keluarga yang masih mempertahankan budaya kekerabatan. Dalam hubungan kekerabatan inilah dukungan sosial orangtua sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak-anak mereka. Hasil penelitian yang dilakukan dimana dukungan sosial dari anak-anak Turki berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi, sedangkan dukungan sosial dari orangtua anak-anak Belanda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berprestasi anak mereka, karena motivasi berprestasi yang dimiliki anak-anak Belanda merupakan tanggung jawab pribadi.
Selain dukungan sosial orangtua maka kepercayaan diri juga berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Menurut Shrauger & Schohn (1995), kepercayaan diri adalah anggapan seseorang tentang kompetensi dan ketrampilan yang dimiliki serta kesanggupannya untuk menangani berbagai macam situasi”. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang cukup akan dapat mengaktualisasikan potensi yang dimiliki dengan yakin.
(56)
40 Menurut Loekmono (1983), kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang realistik terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu. Sejalan dengan uraian di atas penelitian oleh Shrauger & Schohn (1995) mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa di Universitas New York. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi. Penelitian yang dilakukan Sikhwari, (2012) mengenai hubungan antara kepercayaan diri, dan motivasi berprestasi mahasiswa pada Universitas di Provinsi Limpopo, Afrika Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kepercayaan diri dengn motivasi berprestasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso dan Brotowidagdo (2012) terhadap mahasiswa Universitas Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan motivasi beprestasi dengan 0,639.
2.5 KERANGKA BERPIKIR
Pentingnya motivasi berprestasi bagi individu karena dengan adanya motivasi berprestasi yang dimiliki membuat individu mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Asnawi (2002) menungkapkan bahwa motivasi berprestasi berhubungan dengan kemampuan untuk mengatasi rintangan, bersaing (melalui usaha keras) dan memelihara semangat kerja Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih tangguh
(57)
41 dalam menghadapi tantangan dan terus berkembang maju untuk mengungguli orang lain. Perwujudan dari motivasi berprestasi yang tinggi berorientasi pada pencapaian suatu prestasi. Hal ini didukung oleh pendapat McClelland, (1987, dalam Robbins, 2008), bahwa individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan bertanggung jawab untuk memecahkan masalah dan terus berusaha untuk mencapai prestasi yang baik meskipun banyak tantangan. Handoko (2003) juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang muncul dari dalam diri individu untuk berusaha mencapai prestasi yang tinggi.
McClelland (1987) mengatakan bahwa motivasi berprestasi sangat penting dalam dunia pendidikan, sebab ketika individu mengalami kegagalan ia mampu bertahan dalam tugas-tugasnya dibandingkan individu yang motivasi berprestasinya kurang dan akan cenderung menghubungkan kegagalannya karena kurangnya upaya. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah memikirkan atau merencanakan upaya-upaya yang dapat mengantarnya mencapai keberhasilan. Maka tidak mengherankan bila individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung berhasil dalam tugas-tugas pendidikan formal. Crow & Crow (1984), mengungkapkan bahwa perkembangan motivasi berprestasi pada individu juga dipengaruhi oleh lingkungan. Motivasi berprestasi timbul karena ada sesuatu yang membuat individu tertarik. Kadang perhatian itu tidak timbul dari dalam diri individu tetapi timbul dari pengaruh luar yang berasal dari dukungan sosial.
(58)
42 Eliana (2005) mengatakan bahwa dukungan sosial sebagai hubungan antar pribadi yang di dalamnya terdapat bantuan atau pertolongan dalam bentuk fisik, emosional, informasi dan penghargaan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Untuk itu dukungan sosial dari orang-orang sekitar sangat penting sehingga seseorang merasa bahwa dirinya dihargai, dicintai dan diperhatikan (Kuntjoro, 2002).
Dukungan sosial yang paling penting bagi seorang anak untuk bersosialisasi dan mendapatkan pendidikan adalah dukungan sosial dari orangtua (keluarga). Dengan adanya dukungan dari keluarga akan meningkatkan motivasi berprestasi anak. Yurika (2010) mengatakan bahwa terbentuknya motivasi bersumber dari cara orangtua mendidik dan mengasuh anaknya. Orangtua yang mendidik anaknya untuk berusaha menentukan sendiri apa yang sebaiknya dilakukan dan mampu mengerjakan tugas-tugas disertai dengan sikap orangtua yang selalu menghargai setiap prestasi yang telah dicapai anak, akan menumbuhkan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Coleman & Maqsud (1993), menunjukkan bahwa peranan orangtua dalam memberikan dukungan sosial berhubungan positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi anak. Verkuyten dkk (2001),
(59)
43 menemukan bahwa dukungan sosial orangtua terhadap motivasi berprestasi anak lebih diperhatikan oleh keluarga-keluarga yang masih mempertahankan budaya kekerabatan. Dalam hubungan kekerabatan inilah dukungan sosial orangtua sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak mereka.
Selain dukungan sosial orangtua kepercayaan diri juga sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin dan mampu dalam mencapai tujuan dalam hidupnya serta tidak perlu melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri tentunya akan memperoleh setiap kemudahan dalam menjalani setiap tugas ataupun segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya, karena individu yang memiliki kepercayaan diri akan lebih bersemangat dan pantang menyerah dalam menyelesaikan setiap tugas atau masalahnya. Loekmono (1983), mengungkapkan bahwa kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang realistik terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu. Bila individu merasa rendah diri, maka individu tersebut tidak berhasil menyadari akan kemampuan yang dimilikinya (Hakim, 2002).
Lauster, (1990, dalam Gulo, 1991) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri sebagai keyakinan dan kemampuan diri sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh dengan orang lain. Dengan pengalaman yang dimiliki dan terbentuknya kepercayaan diri yang positif akan menunjang individu memiliki motivasi
(60)
44 berprestasi yang tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa yang mempunyai kepercayaan diri akan lebih cenderung termotivasi, memiliki rasa tanggung jawab dan kesungguhan dalam mencapai tujuan. Penelitian oleh Shrauger & Schohn (1995) mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa di Universitas New York. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi. Penelitian yang dilakukan Sikhwari, (2012) mengenai hubungan antara kepercayaan diri, dan motivasi berprestasi mahasiswa pada Universitas di Provinsi Limpopo, Afrika Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kepercayaan diri dengn motivasi berprestasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso dan Brotowidagdo (2012) terhadap mahasiswa Universitas Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan motivasi beprestasi. Secara simultan dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri dapat dijadikan prediktor motivasi berprestasi siswa.
Dari uraian di atas, penelitian-penelitian sebelumnya telah membuktikan secara terpisah bahwa adanya pengaruh secara signifikan antara dukungan sosial orangtua, kepercayaan diri terhadap motivasi berprestasi.
(61)
45 2.6 Model penelitian
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada, maka dikembangkan model penelitian sebagai berikut:
Gambar: Model Penelitian. 2.7. Hipotesis penelitian
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya dan model penelitian yang ada, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua dan kepercayaan diri sebagai prediktor terhadap motivasi berprestasi siswa di SMP N 4 Salatiga.
X1
Dukungan Sosial
Orangtua Y
Motivasi Berprestasi
X2
(62)
46 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam BAB III ini akan membahas tentang variabel penelitian. definisi operasional, metodologi pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, dan teknik analisis data, meliputi: uji asumsi dan cara pengujian hipotesis. Kerangka kerja metode penelitian di atas dijelaskan sebagai berikut:
3.1 VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat 2 yaitu:
1. Peubah tak gayut (Independent variable ) ( dalam penelitian ini adalah dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri ( ).
2. Peubah gayut (Dependent variable) (Y) dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi.
3.2. DEFINISI OPERASIONAL
3.2.1 Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi, yaitu kebutuhan yang mendorong individu melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan prestasi yang lebih baik sesuai dengan standar keunggulan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan ciri-ciri dari dan teori dari McClelland (2002): 1) pengambilan resiko sedang, 2) menginginkan umpan balik, 3) puas dengan prestasi, 4) totalitas terhadap tugas.
(63)
47
3.2.2 Dukungan Sosial Orangtua
Dukungan sosial orangtua merupakan persepsi bahwa individu sebagai mahkluk sosial memerlukan orang lain dan merasa dicintai, diperhatikan dan diterima didalam keluarga. Aspek-aspek dari dukungan sosial yaitu bimbingan, hubungan yang dapat dipercaya, penghargaan atau pengakuan, kesempatan pemeliharaan, keterikatan, dan integrasi sosial, Weis, (1874, dalam Cutrona & Russell, 1987).
C. Kepercayaan diri
Kepercayaan diri ialah orang yang puas dengan dirinya sendiri dan kemampuan yang dimilikinya. Aspek-aspek dari kepercayaan diri: 1. percaya diri batin,yaitu: cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, pemikiran yang positif. 2. percaya diri lahir yaitu: komunikasi, ketegasan, penampilan diri, dan pengendalian perasaan. Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala kepercayaan diri yang dimodifikasi oleh penulis berdasarkan teori dari Lindenfield (1997).
3.3 Populasi dan sampel, teknik-teknik pengambilan sampel dan metode pengumpulan data
3.3.1 Populasi dan Sampel
Arikunto (2006), menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian berjumlah 220 siswa. Sugiyono (2006), menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
(64)
48 oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 82 siswa kelas 2 SMP N 4 Salatiga, pada saat penelitian hanya 78 siswa dan 4 siswa tidak mengembalikan skala penelitian.
3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, tidak seluruh anggota populasi dijadikan subjek penelitian sehingga dilakukan sampling.
Sampling adalah suatu cara pengumpulan data yangmengambil sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling (sampling bertujuan) yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dalam penelitian diambil 3 kelas yaitu kelas siswa-siswi yang berprestasi tinggi, sedang dan paling rendah.
3.3.3 METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data menggunakan skala psikologi. Data-data yang dikumpulkan adalah Data-data-Data-data yang berkaitan dengan indikator variabel-variabel yang diteliti, yaitu motivasi berprestasi, dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri. Semua skala baik motivasi berprestasi, dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri dibuat dalam bentuk skala Likert dengan lima kategori pilihan jawaban yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju
(1)
146
4 5 3 5 1 5 3 3 3 3 4 3 110
3 4 4 4 2 4 3 2 3 2 3 2 96
3 4 4 3 1 5 5 1 3 1 2 1 102
4 4 2 4 2 4 3 2 4 2 4 2 100
2 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 2 105
3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 104
4 3 4 4 3 3 4 2 5 3 3 2 110
3 4 3 4 2 4 3 2 3 2 4 3 99
3 3 2 4 3 4 3 2 4 3 3 3 106
4 3 4 2 5 4 2 4 3 4 3 3 104
4 4 3 4 2 4 4 2 4 2 4 2 100
3 4 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 93
1 3 2 5 1 5 5 1 5 5 4 3 120
5 3 3 2 1 4 3 3 3 4 3 3 108
2 5 1 5 3 3 3 3 5 2 5 2 111
3 3 3 5 1 3 4 2 3 3 4 1 98
2 4 4 4 2 4 4 2 4 2 5 2 111
4 1 3 3 1 3 5 1 4 3 4 1 99
3 5 3 5 1 5 3 2 3 1 5 1 97
3 5 3 5 1 5 3 2 3 1 5 3 99
(2)
147
3 4 3 4 2 3 3 2 3 3 4 3 107
4 3 5 1 5 4 2 5 2 3 3 3 112
3 3 3 4 2 5 3 2 3 3 4 4 113
3 4 3 4 3 5 5 2 3 3 3 3 116
3 5 3 3 1 5 3 1 5 5 3 3 104
4 4 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 109
4 3 5 4 4 2 4 3 2 3 3 2 105
4 4 3 5 2 3 4 1 3 3 5 3 104
3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 2 3 105
3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 106
2 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 108
4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 104
2 3 4 5 1 5 5 1 1 3 5 5 108
3 5 1 5 1 5 5 1 2 2 5 3 96
3 5 4 5 3 5 4 1 3 2 5 3 109
(3)
148
SKALA MOTIVASI BERPRESTASI
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total 1 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 3 5 5 4 5 4 4 5 3 4 5 5 5 112 2 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 113 3 5 4 3 4 3 5 4 3 4 5 3 3 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 104 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 114 5 4 5 4 5 3 4 4 5 3 4 5 5 4 4 4 3 4 4 5 3 5 4 5 5 4 105 6 5 5 5 4 3 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 5 2 5 5 4 5 5 4 5 5 108 7 5 5 4 3 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 3 4 3 5 4 3 4 3 5 5 5 100 8 5 5 4 3 4 4 3 5 3 5 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 5 4 5 5 4 99 9 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 2 5 4 4 4 2 4 3 4 5 4 3 3 4 94 10 5 5 5 3 4 4 4 3 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 102 11 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 115 12 5 4 5 4 3 4 3 3 5 3 4 4 3 4 5 3 2 3 4 3 5 4 4 3 5 95 13 4 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 2 3 4 4 4 2 3 3 2 4 3 4 3 4 81 14 5 5 3 5 3 3 5 5 3 3 3 3 3 3 5 5 3 4 3 5 5 1 3 4 5 95 15 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 114 16 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 118 17 5 5 4 4 3 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 113 18 5 5 4 4 4 5 4 5 4 3 4 5 5 4 5 3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 111
(4)
149
19 5 4 3 4 3 5 4 5 4 5 4 3 5 4 2 5 3 5 3 5 5 4 5 5 5 105 20 5 4 4 5 5 2 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 99 21 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 115 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 125 23 5 4 4 4 5 4 4 5 5 3 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 111 24 5 4 5 4 3 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 5 5 5 108 25 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 113 26 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 119 27 5 5 4 3 4 3 3 4 2 1 3 2 3 2 4 3 4 4 2 2 5 3 4 3 4 82 28 5 4 4 2 3 3 4 4 2 2 4 2 2 3 4 3 3 4 2 2 4 4 3 3 4 80 29 5 5 4 3 3 3 3 2 2 2 4 1 3 3 4 4 2 2 3 1 4 5 4 5 4 81 30 5 5 3 5 3 3 4 2 3 4 3 1 3 3 1 3 3 3 5 2 5 3 3 4 3 82 31 5 5 2 5 4 3 3 3 3 2 3 3 4 5 4 5 2 5 4 2 4 4 4 3 4 91 32 5 4 3 5 2 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 5 4 84 33 5 5 3 3 4 5 4 2 2 2 5 1 5 4 4 4 1 4 5 4 5 4 3 3 3 90 34 5 5 4 5 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 5 3 3 3 4 3 3 4 87 35 5 5 3 4 4 3 3 3 5 3 4 3 5 5 3 3 4 5 5 3 4 3 3 4 3 95 36 5 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4 2 3 4 4 5 1 5 3 4 4 4 3 5 3 88 37 5 5 5 3 5 5 2 5 5 5 4 1 5 5 4 5 1 5 4 5 5 5 1 1 1 97 38 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 3 3 4 3 5 4 3 3 4 3 4 3 3 82 39 4 4 3 5 3 3 5 3 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 5 3 2 3 4 81
(5)
150
40 4 5 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 2 4 3 4 3 3 4 3 5 3 2 4 5 83 41 5 5 5 5 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 2 5 2 3 3 3 5 4 3 5 4 91 42 4 4 3 4 3 3 4 5 4 3 4 3 2 4 4 4 2 5 3 4 4 4 3 2 3 88 43 5 4 3 2 5 3 3 4 4 3 4 2 4 3 2 4 2 4 3 4 4 3 3 3 4 85 44 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 2 5 83 45 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 84 46 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 4 3 2 4 2 5 4 4 80 47 3 3 4 4 2 3 2 2 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 2 4 4 4 3 5 5 82 48 3 5 4 4 2 3 4 2 3 5 3 3 4 3 3 4 2 4 3 2 4 2 4 4 5 85 49 5 5 4 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 4 4 4 1 4 3 3 3 3 3 3 2 82 50 5 5 3 5 4 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 85 51 5 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 4 5 5 1 5 3 4 5 4 3 3 1 88 52 5 5 4 5 4 4 4 4 5 3 3 2 4 4 3 4 2 4 4 3 5 3 3 2 3 92 53 5 4 4 5 4 3 4 2 5 3 4 2 4 3 3 4 2 4 3 4 5 4 3 4 3 91 54 5 5 3 5 4 4 2 3 4 5 3 1 2 4 5 5 1 5 1 5 5 1 4 1 1 84 55 4 5 4 5 2 2 4 1 3 2 3 4 2 4 3 3 5 4 3 4 3 4 2 5 4 85 56 5 5 5 5 2 5 2 2 2 2 5 2 5 5 2 2 2 5 2 2 5 5 2 5 5 89 57 5 5 5 4 3 3 4 3 3 2 4 1 3 3 4 5 1 3 3 4 3 3 3 5 4 86 58 5 5 5 4 3 3 4 3 3 2 4 1 3 3 5 1 1 4 3 3 4 3 3 3 4 82 59 5 5 4 5 2 2 2 2 4 2 4 1 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 2 4 84 60 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 82
(6)
151
61 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 4 2 3 4 4 3 5 3 4 3 85 62 4 4 4 5 3 3 4 2 4 3 4 3 4 5 4 4 2 4 4 5 3 3 4 4 3 92 63 3 4 3 3 2 3 2 2 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 82 64 4 5 3 3 4 5 5 4 4 3 5 2 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 3 4 3 98 65 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 5 1 5 4 3 3 3 5 4 3 5 4 5 3 3 92 66 4 5 4 4 5 4 3 4 3 3 5 2 3 3 4 5 3 4 3 4 5 5 3 3 2 93 67 4 5 3 2 5 4 4 2 5 3 5 2 5 3 4 5 3 3 3 5 3 5 4 3 5 95 68 4 5 3 4 4 4 3 3 3 4 5 2 3 5 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 88 69 4 5 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 5 3 4 4 3 3 2 90 70 5 5 3 4 4 3 4 3 4 2 4 2 2 4 5 4 4 3 2 2 4 4 2 2 3 84 71 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 90 72 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 4 1 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 5 84 73 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 4 3 2 4 2 4 3 4 82 74 3 4 3 5 3 4 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 5 3 4 2 4 3 3 4 5 81 75 4 5 3 5 3 4 3 4 5 5 3 3 4 5 5 5 3 5 4 4 5 2 2 1 2 94 76 4 5 3 5 3 4 3 3 4 5 2 4 2 5 4 5 4 5 3 4 5 4 3 4 4 97 77 4 5 4 5 3 5 5 3 4 5 4 1 4 4 4 5 2 5 3 4 4 4 3 4 2 96 78 4 4 3 5 4 3 4 2 4 2 4 1 4 3 3 3 1 3 3 5 3 5 3 4 4 84