19 pendidikan
masyarakat dapat
menyusun peraturan-peraturan
yang mengarahkan peserta didik menjadi anggota masyarakatnya yang konstruktif.
Kelas olahraga merupakan suatu kelas yang terdiri dari kegiatan-kegiatan olahraga dari berbagai cabang olahraga yang dilakukan di suatu lingkup
sekolah, siswa mendapatkan pembinaan dan latihan khusus oleh masing- masing pelatih di tiap-tiap cabang. Sehingga kelas olahraga dapat dijadikan
suatu wahana untuk pembinaan kegiatan kesiswaan dalam bidang olahraga di sekolah untuk menghasilkan atlit yang handal dan profesional baik dalam
tingkat daerah, nasional maupun tingkat internasinal. Tujuan dari kegiatan kelas olahraga Kemdiknas, 2010: 5 adalah
sebagai berikut: 1.Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam bidang olahraga.
2.Meningkatkan kemampuan sekolah dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga di sekolah.
3.Meningkatkan mutu akademis dan prestasi siswa di dalam bidang olahraga. 4.Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
5.Meningkatkan kemampuan berkompetisi secara sportif atau
fair play
. 6.Meningkatkan mutu pendidikan sebagai bagian dari pembangunan karakter.
C. Kepelatihan Olahraga
Melatih adalah
coaching
yang sering
digunakan untuk
menggambarkan aktivitas atau latihan yang bermakna luas. Jadi melatih pada hakekatnya adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain atlit
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam usahanya mencapai tujuan
20 tertentu. Dengan kata lain, bahwa intervensi latihan, atlit dipacu untuk
memperbaiki sistem organisme tubuhnya, perbaikan fungsinya secara optimal dalam rangka mencapai performa yang baik serta keunggulan dalam cabang
olahraganya. Pelatih harus memahami bahwa latihan yang sistematis merupakan
konsep yang kompleks. Pelatihlah yang harus merencanakan ini semua secara cermat.
Itulah sebabnya
pelatih harus
selalu tampil
dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti aspek psikologis, fisiologis dan
sosial dalam sekuens pelatihannya. Pengetahuan dan keterampilan menjabarkan aspek-aspek tersebut dalam praktik pelatihan merupakan
tuntutan yang harus dilakukan pelatih. Pada dasarnya
coaching
menjangkau peran sebagai melatih, mengajar, mendidik, memberikan petunjuk dan arahan
bagi atlit untuk mencapai kesempurnaan penampilannya. Bahkan konsekuensi melatih juga memberikan pemahaman dan bantuan untuk
kebutuhan bagi para atlitnya. Oleh karena itu, pelatih selalu saja dipacu untuk mengembangkan diri, cermat dan peduli terhadap pembinaan keharmonisan
dan pergaulan sosial para atlitnya. Proses melatih merupakan strategi yang sarat dengan kepandaian
untuk merangkai berbagai isu-isu pelatihan agar atlit termotivasi untuk terlibat dalam suasana latihan yang bergairah, tekun, dan bersemangat.
Dalam kaitan ini aspek membangkitkan semangat berlatih merupakan keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh setiap pelatih. Dalam proses
latihan, pelatih harus terampil pula memberikan pemahaman tentang nilai-
21 nilai spiritual, pembinaan sikap dan perilaku yang terpuji agar dalam diri atlit
tercemin sikap ketulusan, kesucian moral yang utuh, di samping tetap memperhatikan kesempurnaan penampilan dan kemampuan fisik atlitnya.
Oleh karena itu, harus disadari betul bahwa melatih adalah suatu proses
membantu atlit
untuk memperbaiki
atau meningkatkan
penampilannya, prestasinya dengan tetap memberikan perhatian pada perbaikan kebugaran jasmaninya dan mental spiritualnya. Dengan kata lain,
bahwa melatih juga membantu atlit untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, ketangkasan, keterampilan, dan perbaikan sikap dan perilaku.
Pelatih akan merasa puas dan bangga hati manakala atlitnya dapat tampil dalam arena pertandingankejuaraan dengan karakter dan sifat-sifat terpuji
disertai usaha keras untuk mencapai prestasi dan keunggulan. Biasanya tampilan ini dapat terlihat pada gerakan-gerakan dan aktivitas gerak atlit
tersebut, yang dilakukan dengan baik, lebih efisien, harmonis dengan koordinasi gerak yang tepat.
Kunci keberhasilan pelatihan olahraga akan tergambar pada kemampuan dan keterampilan pelatih mengaplikasikan semua bentukmateri
latihan yang sudah dirancang sebelumnya dengan sistematis. Penerapan latihan yang sistematis, penuh variasi, bersinambung merupakan faktor yang
dapat menjawab tantangan pelatihan itu. Dalam hubungan ini aspek pendekatan psikologis, merupakan pergaulan sosial yang harmonis dan
merupakan upaya strategi pelatihan yang harus dicermati oleh setiap pelatih. Faktor peningkatan kebugaran jasmani, penampilan fisik atlit sangat
22 gampang terlihat pada seorang atlit. Orang lain akan begitu gampang
memberikan penilaian, baik yang bersifat positif maupun negatif, hanya dengan melihat “kondisi fisik dan penampilan” atlit di lapangan. Kesalahan
dan kekurangan yang tampak pada aspek individual skill, pelatih harus berusaha merekam dengan seksama pula. Oleh karena kesalahan teknik yang
berulang-ulang yang dilakukan oleh seorang atlit, tanpa adanya upaya pelatih untuk memperbaikinya, kelak atlit tersebut prestasinya akan mandek, bahkan
mengalami penurunan prestasi. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
Bagian Kedua Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Pendidikan Pasal 25
1Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistemis dan berkesinambungan dengan
sistem pendidikan nasional. 2Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan melalui
proses pembelajaran yang dilakukan oleh gurudosen olahraga yang berkualifikasi dan memiliki sertifikat kompetensi serta didukung prasarana
dan sarana olahraga yang memadai. 3Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan pada semua jenjang
pendidikan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan minat.
23 4Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan
memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara menyeluruh, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
5Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dilakukan secara teratur, bertahap, dan
berkesinambungan dengan
memperhatikan taraf
pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. 6Untuk menumbuhkembangkan prestasi olahraga di lembaga pendidikan,
pada setiap jalur pendidikan dapat dibentuk unit kegiatan olahraga, kelas olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan, sekolah olahraga, serta
diselenggarakannya kompetisi olahraga yang berjenjang dan berkelanjutan. 7Unit kegiatan olahraga, kelas olahraga, pusat pembinaan dan pelatihan,
atau sekolah olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat 6 disertai pelatih atau pembimbing olahraga yang memiliki sertifikat kompetensi dari induk
organisasi cabang olahraga yang bersangkutan danatau instansi pemerintah. 8Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dapat memanfaatkan
olahraga rekreasi yang bersifat tradisional sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran.
Proses pendidikan sebagai pengembangan kepribadian mencakup upaya yang sangat luas. Terdapat banyak teori mengenai kepribadian,
strukturnya, pengembangannya, tujuannya dan sebagainya sehingga proses pendidikan sebagai pengembangan kepribadian mencakup berbagai upaya
24 yang luas sehingga kehilangan fokusnya. Setiap masyarakat meminta
sumbangan yang berbeda-beda dari msing-masing pribadi yang sesuai bakat dan kemampuannya. Tujuannya adalah benar bahwa manusia itu haruslah
mengembangkan kepribadiannya di dalam pengertian etis sehingga dia terbagi bukan hanya dapat berkembang tetapi juga dapat menyumbangkan
sesuatu yang berharga untuk masyarakatnya. Barangkali yang lebih tepat adalah pengembangan kepribadian seseorang sesuai dengan bakat yang
dimilikinya sehingga dengan bakat itu dia dapat menyumbangkan secara optimal kemampuannya untuk diri sendiri maupun masyarakat bangsanya.
Pengembangan kepribadian bukan hanya berarti perkembangan kepribadian dalam arti personal tetapi perkembangan kepribadian yang
menyangkut aspek-aspek personal dan sosial. Perkembangan keduanya harus seimbang, saling mengisi sehingga terjadi simbiosis antara kepribadian yang
berkembang dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari perkembangan kepribadian itu.
Kenyataan bahwa tidak ada manusia atau pribadi yang sempurna. Manusia diciptakan dan dilahirkan dengan dikaruniai bakat yang berbeda-
beda. Tidak ada dua manusia yang sama meskipun kembar satu sel pun melahirkan dua pribadi yang berbeda. Keragaman manusia merupakan tanda
kemerdekaan manusia. Apabila semua manusia di dunia ini sama maka tidak akan ada kreativitas dan kemajuan. Manusia hanyalah sekadar robot-robot
dari suatu mesin raksasa. Kenyataannya manusia diciptakan menurut
25 harkatnya masing-masing. Oleh sebab itu, dia bertanggung jawab untuk
mengembangkannya bagi dirinya sendiri dan sesamanya. Atlit yang kurang memiliki kesadaran, sering kali ditunjukkan dengan
produk dan proses yang dicapai tidak memuaskan. Keterlibatan dalam proses latihan sangat memprihatinkan, dan atlit tidak sadar dengan perannya sendiri
sebagai atlit. Oleh karena itu, atlit harus didorong untuk mengikuti apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Kesadaran diri merupakan bagian penting untuk mencapai penampilan puncak dalam olahraga. Kesadaran merupakan langkah awal dalam
menetapkan tujuan, meregulasi diri, mengembangkan keterampilan, mengelola stres dan mengelola masalah psikologis lainnya.
Untuk memahami kesadaran diri
self awareness
, penulis mendefinisikan menurut beberapa ahli, diantaranya Kartono Gulo
2000:441 mendefinisikan kesadaran diri merupakan kondisi pembiasaan terhadap perasaan-perasaan dan emosi-emosi sendiri. Selain itu, Lubis 2012
menjelaskan bahwa kesadaran diri adalah perhatian yang berlangsung ketika seseorang mencoba memahami keadaan internal dirinya. Proses berupa
refleksi dimana seseorang secara sadar memikirkan hal-hal yang ia alami berikut emosi-emosi mengenai pengalaman tersebut. Dengan kata lain,
kesadaran diri merupakan keadaan ketika kita membuat diri sendiri sadar tentang emosi yang sedang kita alami dan juga pikiran-pikiran kita mengenai
emosi tersebut.
26 Model kepercayaan diri dalam olahraga dirancang untuk memberikan
kerangka bermakna untuk memperluas kajian mengenai kepercayaan diri dalam olahraga. Kepercayaan diri dalam olahraga didefinisikan sebagai
tingkat keyakinan yang dimiliki seseorang berkaitan dengan kemampuan mereka untuk meraih sukses dalam olahraga. Kepercayaan diri dalam
olahraga merupakan konseptualisasi yang lebih general dibandingkan dengan kepercayaan diri 2001:556.
Pemikiran yang dilakukan oleh atlit bisa positif dan negatif. Kedua pemikiran tersebut memberikan pengaruh terhadap penampilannya.
Pemikiran positif dan positif memberikan pengaruh terhadap penampilan atlit. Oleh karena itu, pelatih harus mengarahkan pemikiran atau ungkapan
atlit supaya tetap positif, karena pemikiran atau ungkapan atlit yang positif memberikan dampak positif terhadap pencapaian prestasi yang ingin dicapai.
Rushall 2008: 8.20 menjelaskan bahwa ungkapan positif harus sering digunakan untuk memotivasi diri,mengatasi beban latihan, mengevaluasi
tujuan, serta mempertahankan pendekatan positif dalam performa kompetitif. Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi
Pasal 27 1Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan
diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.
27 2Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah.
3Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dilakukan oleh pelatih yang memiliki kualifikasi
dan sertifikat kompetensi yang dapat dibantu oleh tenaga keolahragaan dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dengan memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuhkembangkan sentra
pembinaan olahraga
yang bersifat
nasional dan
daerah, dan
menyelenggarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan. 5Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi sebagaimana dimaksud
pada ayat 4 melibatkan olahragawan muda potensial dari hasil pemantauan, pemanduan, dan pengembangan bakat sebagai proses regenerasi.
D. Penelitian yang Relevan