PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD N 8 METRO TIMUR TP. 2013/2014

(1)

PENERAPAN MODELCOOPERATIVE LEARNINGTIPEPICTURE AND PICTUREUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD N 8 METRO TIMUR

TP 2013/2014 Oleh MERI ADESTA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IVB SD N 8 Metro Timur. Ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 43,33% dengan kriteria ketuntasan 66 (baik). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menerapkan modelcooperative learningtipepicture and picture.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Setiap siklus terdiri 4 kegiatan pokok yaitu; (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik non tes dan tes. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru, motivasi siswa, dan hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor. Sedangkan soal tes untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif untuk menganalisa kinerja guru, motivasi siswa dan hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor dalam proses pembelajaran. Kemudian analisis kuantitatif untuk mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learningtipepicture and picture berdampak pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Pada siklus I persentase ketuntasan motivasi siswa 25,92% (cukup). Pada siklus II menjadi 75,92% (baik) dan pada akhir siklus III menjadi 96,29% (baik). Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I 61,96 dengan ketuntasan 59,25%. Pada siklus II meningkat menjadi 71,03 dengan ketuntasan 77,78% dan pada akhir siklus III menjadi 75,92 dengan ketuntasan 88,89%.

Kata kunci: model cooperative learning tipe picture and picture, motivasi dan hasil belajar.


(2)

(3)

Gambar Halaman

1. Alur Pengembangan Kompetensi Kurikulum 2013 ... 14

2. TujuanCooperative Learning... 39

3. Tahap-tahap dalam PTK ... 48

4. GrafikPeningkatan Kinerja Guru Per-siklus... 163

5. Grafik Peningkatan Motivasi Siswa Per-siklus ... 165


(4)

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Tematik 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik... 12

2.1.2 Struktur Kurikulum Pembelajaran Tematik ... 14

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik ... 16

2.1.4 Langkah-langkah Pembelajaran Tematik ... 16

2.2 Belajar dan Model Pembelajaran Tematik di SD 2.2.1 Belajar 2.2.1.1 Pengertian Belajar ... 20

2.2.1.2 Motivasi Belajar 2.2.1.2.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 21

2.2.1.2.2 Alat Ukur Motivasi Belajar ... 24

2.2.1.3 Hasil Belajar... 27

2.2.1.3.1 Penilaian Otentik ... 30

2.2.2 Model Pembelajaran Tematik di SD 2.2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Tematik... 33

2.2.2.2 Macam-macam Model Pembelajaran Tematik ... 34

2.3 ModelCooperative Learning 2.3.1 Pengertian ModelCooperative Learning ... 35

2.3.2 Prinsip Dasar ModelCooperative Learning ... 37

2.3.3 TujuanCooperative Learning ... 38 2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan ModelCooperative Learning 39


(5)

2.4.1Cooperative LearningTipePicture and Picture ... 42

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan ModelCooperative Learning TipePicture and Picture ... 43

2.4.3 Langkah-langkah ModelCooperative LearningTipe Picture and Picture... 43

2.4.4 Media Gambar... 44

2.5 Penelitian yang Relevan ... 45

2.6 Hipotesis Tindakan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.2 Subjek Penelitian ... 48

3.3 Setting Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian ... 49

3.3.2 Waktu Penelitian ... 49

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.5 Alat Pengumpulan Data ... 50

3.6 Teknik Analisis Data ... 50

3.7 Urutan Penelitian Tindakan Kelas 3.7.1 Siklus I ... 55

3.7.2 Siklus II ... 59

3.7.3 Siklus III ... 63

3.8 Indikator Keberhasilan ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 69

4.1.2 Hasil PenelitianSiklus I... 69

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 101

4.1.4 Hasil Penelitian Siklus III ... 131

4.2 Pembahasan 4.2.1 Peningkatan Kinerja Guru ... 162

4.2.2 Peningkatan Motivasi Belajar Siswa... 163

4.2.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 165

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 168

5.2 Saran... 171 DAFTAR PUSTAKA


(6)

Lampiran Halaman 1. SURAT-SURAT

Surat Penelitian Pendahuluan ... 178

Surat Izin Penelitian ... 179

Surat Keterangan Penelitian ... 180

Surat Izin Penelitian SD ... 181

Surat Pernyataan SD... 182

Surat Keterangan Penelitian SD ... 183

2. SIKLUS I Pemetaan Tematik Kelas IV SD Siklus I ... 185

Silabus Tematik Kelas IV SD Siklus I ... 186

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 190

Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 203

Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus I ... 209

Lembar Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I ... 215

Lembar Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I ... 221

Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 227

3. SIKLUS II Pemetaan Tematik Kelas IV SD Siklus II ... 229

Silabus Tematik Kelas IV SD Siklus II... 230

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 234

Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II... 247

Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus II ... 253

Lembar Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II ... 259

Lembar Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II ... 265


(7)

Silabus Tematik Kelas IV SD Siklus III ... 274

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III... 278

Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 292

Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus III... 298

Lembar Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus III... 304

Lembar Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus III... 310

Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 316 5. DOKUMENTASI FOTO


(8)

Tabel Halaman

1. Struktur Kurikulum SD ... 15

2. Fase Pembelajaran Tematik... 19

3. Jenis dan Indikator Afektif ... 29

4. FaseCooperative Learning... 40

5. Kriteria Kinerja Guru ... 51

6. Kriteria Motivasi ... 52

7. Kriteria Penilaian Afektif... 52

8. Kriteria Penilaian Psikomotor ... 53

9. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar ... 55

10. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ... 74

11. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ... 77

12. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I ... 80

13. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus I Pertemuan I... 81

14. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus I Pertemuan II ... 83

15. Rekapitulasi Motivasi Siswa Siklus I... 85

16. Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I ... 86

17. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I Pertemuan I ... 88

18. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I Pertemuan II... 89

19. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I ... 90

20. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I Pertemuan I ... 91

21. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I Pertemuan II... 93

22. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I ... 95

23. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 96


(9)

27. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus II Pertemuan I ... 114

28. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus II Pertemuan II ... 116

29. Rekapitulasi Motivasi Siswa Siklus II ... 118

30. Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II ... 119

31. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II Pertemuan I... 121

32. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II Pertemuan II ... 122

33. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II ... 123

34. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II Pertemuan I... 124

35. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II Pertemuan II ... 126

36. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus II ... 127

37. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 128

38. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan I... 136

39. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus III Pertemuan II ... 140

40. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus III... 143

41. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus III Pertemuan I ... 144

42. Hasil Observasi Motivasi Siswa Siklus III Pertemuan II... 146

43. Rekapitulasi Motivasi Siswa Siklus III ... 148

44. Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus III... 149

45. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus III Pertemuan I ... 151

46. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus III Pertemuan II ... 152

47. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus III... 154

48. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus III Pertemuan I ... 155

49. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus III Pertemuan II ... 156

50. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus III... 158

51. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 159

52. Peningkatan Kinerja Guru Selama PTK ... 162

53. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Selama PTK ... 164


(10)

(11)

(12)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan

bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan

keyakinan yang teguh.

(Andrew Jackson)

Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti

diraih selama semangat masih menyengat

(Mario Teguh)

Jadikanlah kekecewaan masa lalu menjadi senjata sukses di masa

depan


(13)

(14)

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Ayahku Jimun dan Ibuku Minah yang telah memberikan doa,

semangat, cinta dan kasih sayang tulus tiada batas serta

perjuangan tiada tara, bekerja keras demi biaya pendidikanku

hingga aku bisa menyelesaikan studi sarjanaku agar kelak nanti

aku dapat menjadi anak yang berbakti dan membahagiakan kedua

orang tuaku.

Adikku Rolian, Tante-tanteku Rosita, Anita, Iis dan Nenekku

tersayang, serta keluarga besarku yang selalu berbagi kasih sayang

memberikan doa dan semangat disetiap langkah ku yang begitu

besar agar selalu berusaha dan pantang menyerah untuk

menggapai masa depan yang cerah.


(15)

Peneliti lahir di Metro pada tanggal 30 Desember 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Jimun dan Ibu Minah.

Pendidikan formal peneliti dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Metro Timur yang diselesaikan pada tahun 2004. Peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Metro yang diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Metro yang diselesaikan pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2010, peneliti diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(16)

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Picture and Picture untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IVB SD N 8 Metro Timur TP.2013/2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Dosen Pembimbing I sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, bimbingan serta


(17)

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., Dosen Pembimbing II sekaligus Ketua Program Studi PGSD UPP Metro yang telah memberikan bimbingan, saran serta waktunya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Dosen Pembahas atas kesediaannya untuk

membahas, memberikan kritik dan saran kepada peneliti dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Unila khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atas ilmu yang telah diberikan.

8. Ibu Dwi Hastuti, S.Pd., Kepala SD N 8 Metro Timur yang telah mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

9. Ibu Herawati SA, Ma.Pd., Guru kelas IVB SD N 8 Metro Timur sekaligus rekan sejawat yang telah membantu peneliti selama melaksanakan penelitian. 10. Siswa siswi kelas IVB SD N 8 Metro Timur yang menjadi subjek dalam

penelitian ini.

11. Teristimewa untuk orang tua dan keluarga besar tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil serta kasih sayang demi keberhasilan studi peneliti.

12. Sahabat-sahabat terbaikku Maya, Reda dan Adek terima kasih untuk doa dan dukungannya. Serta kak Sitta (PGSD 2009) yang telah membantu memberikan saran dan dukungan.

13. Rekan-rekan S1 PGSD angkatan 2010 kelas A khususnya; Hidayatullah, Meylisa, Rita, Melda, Ayu Silvia, Ayu Pakarti, Fenti, Leni, Rio, Joni, Andi,


(18)

cerah dan terima kasih atas kebersamaan serta dukungan yang diberikan selama ini.

14. Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan perkembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar ke SD-an.

Metro, Juli 2014 Peneliti


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam kesatuan organis, harmonis dan dinamis serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam pembangunan nasional di Indonesia. Berdasarkan UUD 1945 alinea keempat yang menyiratkan cita-cita nasional dibidang pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki sehingga menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan agar bermanfaat bagi kepentingan hidup sebagai seorang warga negara, dengan memilih materi, strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui perbaikan proses pembelajaran. Rusman (2009: 3) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi


(20)

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan PP No. 32 tahun 2013 tentang perubahan PP. No. 19 tahun 2005 bahwa pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum secara utuh sangat penting dan mendesak perlu dilakukan untuk mencapai tujuan rencana pembangunan jangka menengah nasional 2010-2014.

Perubahan peraturan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal, nasional dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta perlunya komitmen untuk meningkatkan mutu dan daya saing bangsa. Tujuan perubahan kurikulum 2013 adalah untuk melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah di rintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia secara utuh, terpadu dan seimbang. Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan siswa mampu secara mandiri menggunakan pengetahuannya untuk menerapkan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 612 tahun


(21)

(Wardhani, dkk., 2009: 227). Oleh karena itu, penanaman konsep harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan (Amri, 2013: 241-242). Menurut Johnson & Smith (dalam Lie, 2010: 5) tujuan pendidikan dapat terwujud dengan melaksanakan kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi.

Pembelajaran tematik diintegrasikan ke dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan dan dihubungkan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Dengan demikian, pembelajaran tematik tidak hanya dilakukan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor tetapi juga menyentuh pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sekolah, hal ini sangat erat kaitannya dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembahasan.


(22)

Rusman (2012: 254) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik adalah salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan anak didik baik secara individual maupun kelompok, aktif dalam menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik.

Pembelajaran tematik menggabungkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami. Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan di SD karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial dan emosional.

Menurut Rusman (2012: 258) tujuan pembelajaran tematik adalah: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator

serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

2) Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir.

3) Pembelajaran tidak terpecah-pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang lebih terpadu.

4) Memberikan penerapan-penerapan dari dunia nyata, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer belajar(transfer of learning). 5) Dengan adanya pemaduan antarmata pelajaran, maka penguasaan

materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.

Dalam penerapan di SD model pembelajaran cooperative learning dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik dan afektif untuk mengembangkan kompetensi sosial siswa. Menurut Slavin (2011) model pembelajaran kooperatif adalah model yang mengajak siswa belajar


(23)

bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu cooperative learning tipe picture and picture. Dengan model tersebut siswa dituntut untuk lebih aktif, berpikir logis dan sistematis dalam proses pembelajaran. Model cooperative learning tipe picture and picture di tingkat SD hampir semua mata pelajaran dapat menggunakan model ini.

Model cooperative learning tipe picture and picture merupakan model yang memiliki beberapa kelebihan diantaranya lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa serta mampu melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis (Kiranawati, 2007: 1). Modelcooperative learningtipepicture and picture selalu menekankan aktifnya siswa dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat siswa. Serta kreatif setiap pembelajarannya harus menimbulkan minat siswa untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Januari 2014 dengan guru di kelas IVB SD N 8 Metro Timur pada pembelajaran tematik, guru belum menerapkan model cooperative learning tipe picture and picture dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa kurang aktif dan kurang berani dalam mengungkapkan pendapatnya serta dalam hal mengajukan pertanyaan, siswa cenderung pasif dan kurang aktif dalam diskusi kelompok, guru menyampaikan materi


(24)

pelajaran siswa kurang memperhatikan, siswa kurang antusias dalam mengerjakan tugas secara individu dan kelompok yang diberikan oleh guru. Kemudian rendahnya motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, kurangnya minat dan perhatian siswa dalam mengerjakan tugas, kurangnya tanggung jawab siswa dalam tugas yang diberikan oleh guru, siswa kurang merespon stimulus berupa pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Pada ranah afektif, sikap disiplin siswa kurang seperti masih terdapat beberapa siswa yang datang terlambat. Sikap santun dalam menjaga ketertiban masih kurang. Sikap peduli masih kurangnya membangun kerukunan antar teman dikelas. Sikap percaya diri siswa kurang berani bertanya kepada guru. Kemudian sikap tanggung jawab siswa masih kurang dalam memelihara fasilitas sekolah. Pada ranah psikomotor, siswa dalam proses pembelajaran masih kurang dalam hal memposisikan diri sesuai kelompoknya dan kurangnya kerjasama dalam melakukan diskusi kelompok. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran menjadi monoton, sehingga siswa merasa jenuh dan tidak berkembang potensi, sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa.

Dalam proses kegiatan pembelajaran guru menilai hasil belajar siswa dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, siswa perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga siswa dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter


(25)

tertentu sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi dan karakter berikutnya.

Mulyasa (2013: 143) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (80%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (80%).

Selain melakukan observasi proses pembelajaran di kelas, peneliti juga melakukan studi dokumentasi berupa nilai hasil ulangan pada semester ganjil tema pembelajaran tematik sebelumnya. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang diperoleh kelas IVB SD N 8 Metro Timur dari 27 orang terdapat 15 orang (55,6%) berada di rentang nilai antara 60-65 yang belum mencapai kriteria ketuntasan kategori (C), 12 orang (44,4%) telah mencapai kriteria ketuntasan. Ranah afektif dari 27 orang terdapat 17 orang (62,9%) berada di rentang nilai antara 50-60 yang belum mencapai kriteria ketuntasan kategori (C), 10 orang (37,1%) telah mencapai kriteria ketuntasan. Kemudian ranah psikomotor dari 27 orang terdapat 14 orang (51,8%) berada di rentang nilai antara 50-65 yang juga belum mencapai kriteria ketuntasan kategori (C), 13 orang (48,2%) telah mencapai kriteria ketuntasan. Sehingga ketuntasan proses dan hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor adalah sebesar 43,33% dan yang belum mencapai kriteria ketuntasan sebesar 56,67%. Kriteria ketuntasan proses dan hasil belajar yang di tetapkan yaitu 66 untuk mencapai kriteria ketuntasan dalam kategori baik.


(26)

Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas IVB SD N 8 Metro Timur masih rendah dan berada dibawah kriteria ketuntasan. Berdasarkan data yang diperoleh, hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi, minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar yang diperoleh masih rendah. Iklim seperti ini semakin jauh dari peran pembelajaran yang ingin menghasilkan generasi bangsa yang produktif, kreatif, inovatif melalui penguatan dalam aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukannya suatu model pembelajaran yang mampu membangkitkan semangat siswa agar lebih aktif dan termotivasi untuk mendorong pengembangan potensi yang dimiliki, mengkonstruksi ilmu pengetahuan dari apa yang dipelajari, serta penerapan sikap dan pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model cooperative learning tipe picture and picture. Menurut Huda (2013: 239) kelebihan model cooperative learningtipe picture and picture yaitu (1) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, (2) siswa dilatih berpikir logis dan sistematis, (3) siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (4) motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan dan (5) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian tentang penerapan model cooperative learning tipe picture and picture untuk


(27)

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IVB SD N 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014, sehingga diharapkan melalui model cooperative learning tipe picture and picture ini motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD N 8 Metro Timur meningkat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut :

a. Guru belum menerapkan model cooperative learning tipe picture and picturedalam proses pembelajaran.

b. Rendahnya motivasi belajar siswa dikelas IVB SD N 8 Metro Timur. c. Rendahnya hasil belajar siswa yang mencapai kriteria ketuntasan sebesar

43,33% dan yang belum mencapai kriteria ketuntasan sebesar 56,67%. d. Siswa kurang aktif dan kurang berani dalam mengungkapkan pendapatnya,

serta dalam hal mengajukan pertanyaan.

e. Siswa cenderung pasif dan kurang aktif dalam diskusi kelompok.

f. Siswa merasa jenuh dan tidak berkembang potensi, keterampilan dan pengetahuan siswa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe picture and picture dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelasIVB SD N 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014?


(28)

b. Apakah penerapan model cooperative learning tipe picture and picture dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD N 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IVB SD N 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan model cooperative learning tipepicture and picturedalam pembelajaran tematik.

b. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD N 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan model cooperative learning tipe picture and picturedalam pembelajaran tematik.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian di kelas IVB SD N 8 Metro Timur adalah sebagai berikut :

a. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik melalui penerapan modelcooperative learningtipe picture and picturepada siswa kelas IVB SD N 8 Metro Timur.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya, serta dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru di Sekolah Dasar (SD) mengenai penerapan model cooperative learning


(29)

tipe picture and picture dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan atau mengembangkan profesionalitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di kelas.

c. Bagi Sekolah

Merupakan kontribusi bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, sarana dan prasarana di sekolah melalui penerapan model cooperative learning tipe picture and picture sebagai inovasi model pembelajaran.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model cooperative learningtipepicture and picturepada pembelajaran.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Tematik

1.1.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran tematik menggunakan pendekatan scientific menurut Kemendikbud (2013) dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Hal ini karena proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 79) pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat


(31)

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sutirjo & Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Sedangkan menurut Rusman (2012: 254) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.

Menurut Sukayati (dalam Prastowo, 20: 140) mengemukakan tujuan pembelajaran tematik adalah :

1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi.

3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4) Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, serta menghargai pendapat orang lain. 5) Meningkatkan gairah dalam belajar.

6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.

Menurut Rusman (2012: 258-259) pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Berpusat pada siswa.

2) Memberikan pengalaman langsung.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. 5) Bersifat fleksibel.

6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.


(32)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang dirancang bedasarkan tema-tema tertentu dan memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran.

1.1.2 Struktur Kurikulum Pembelajaran Tematik

Tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut guru di tuntut secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna. Pengembangan struktur kurikulum 2013 sedikitnya mencakup tiga langkah kegiatan yaitu mengidentifikasi kompetensi, mengembangkan struktur kurikulum dan mendeskripsikan mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) dilaksanakan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Gambar 1 Alur Pengembangan Kompetensi Kurikulum 2013 (Diadopsi dari Prastowo, 2013: 220)

Kompetensi Pengetahuan

Kompetensi Keterampilan

Kompetensi Sikap


(33)

Menurut Mulyasa (2013: 85) struktur kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi untuk Sekolah Dasar (SD) dapat dikemukakan sebagai berikut.

Tabel 1 Struktur Kurikulum SD

Usulan Rancangan Srtuktur Kurikulum SD

No Kompenen Rancangan

1. Berbasis tematik integratif sampai kelas VI

2. Menggunakan kompetensi lulusan untuk merumuskan kompetensi hasil pada tiap kelas

3. Menggunakan pendekatan sains dalam proses pembelajaran (mengamati), menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan (menciptakan) semua mata pelajaran

4. Menggunakan IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran

5. Meminimumkan jumlah mata pelajaran dengan hasil dari 10 dapat dikurangi menjadi 6 melalui pengintegrasian beberapa mata pelajaran

- IPA menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dll

- IPS menjadi pembahasan materi ppelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, dll

- Muatan lokal menjadi materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

- Mata pelajaran pengembangan diri diintegrasikan ke semua mata pelajaran

6. Menempatkan IPA dan IPS pada posisi sewajarnya bagi anak SD yaitu bukan sebagai disiplin ilmu melainkan sebagai sumber kompetensi untuk membentuk ilmuan dan kepedulian dalam berinteraksi sosial dan dengan alam secara bertanggung jawab 7. Perbedaan antara IPA/IPS dipisah atau diintegrasikan hanyalah

pada apakah buku teksnya terpisah atau jadi satu. tetapi bila dipisah dapat berakibat beratnya beban guru, kesulitan bagi bahasa Indonesia untuk mencari materi pembahasan yang kontekstual, berjalan sendiri melampaui kemampuan berbahasa peserta didiknya seperti saat ini, dll

8. Menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan proses pembelajaran dan penilaian


(34)

1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar dan mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Menurut Suryosubroto (2009: 136-137) ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran tematik yaitu :

a. Kelebihan pembelajaran tematik

1) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

2) Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.

3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan bermakna.

4) Menumbuhkan keterampilan sosial seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

b. Kekurangan pembelajaran tematik

1) Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.

2) Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

1.1.4 Langkah-langkah Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik di Sekolah Dasar (SD) memiliki beberapa tahapan yaitu pertama, guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran untuk satu tahun. Kedua, guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari standar isi. Ketiga, membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema. Keempat, membuat jaringan KD dan indikator. Kelima, menyusun silabus tematik dan keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan


(35)

mengkondisikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan scientific.

Sudarwan (Kemendikbud, 2013: 201) tentang pendekatanscientific bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip atau kriteria ilmiah. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan (Kemendikbud: 2013).

1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan mencoba. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca dan mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

2) Menanya

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hasil pengamatan


(36)

objek yang konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur atau pun hal lain yang lebih abstrak.

3) Mengumpulkan informasi/eksperimen

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Siswa perlu dibiasakan untuk menghubungi-hubungkan antara informasi satu dengan yang lain untuk mengambil kesimpulan. 4) Mengasosiasi/mengolah informasi

Informasi menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan pola dari keterkaitan informasi bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan kepada yang bertentangan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.

Menurut Trianto (2010: 98-99) secara konkret langkah-langkah pembelajaran tematik dalamsettingpembelajaran kooperatif memiliki 6 fase berikut.


(37)

Tabel 2 Fase Pembelajaran Tematik dalamSettingPembelajaran Kooperatif

Tahap Perilaku Guru

Fase-1 Pendahuluan

1) Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya

2) Memotivasi siswa

3) Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa

4) Menjelaskan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator)

Fase-2

Presentasi materi

1) Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan 2) Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan 3) Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui

bagan

4) Memodelkan penggunaan peralatan melalui bagan Fase-3

Membimbing pelatihan

1) Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

2) Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok 3) Membagi buku siswa dan LKS

4) Mengingatkan siswa cara menyusun laporan hasil kegiatan

5) Memberikan bimbingan seperlunya

6) Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan

Fase-4

Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik

1) Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas

2) Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan

3) Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi

4) Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi Fase-5

Mengembangkan dengan memberikan kesempatab untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

1) Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan

2) Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang telah dipelajari

3) Memberikan tugas rumah Fase-6

Menganalisis dan mengevaluasi

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja siswa


(38)

1.2 Belajar dan Model Pembelajaran Tematik di SD 1.2.1 Belajar

1.2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perubahan yang dialami oleh manusia menuju ke arah yang lebih baik seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan-kemampuan yang lain. Menurut Hamalik (2004: 37) mengemukakan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya. (Hernawan, dkk. 2007: 2) belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor.

Rusman (2012: 134) mengemukakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar mengahapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Sedangkan Morgan (dalam Sagala, 2012: 13) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.


(39)

Menurut Hanafiah (2010: 62) teori belajar kontruktivisme pada dasarnya merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Slavin (dalam Trianto, 2010: 74) pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara insentif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

2.2.1.2 Motivasi Belajar

2.2.1.2.1 Pengertian Motivasi Belajar

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2011: 73). Menurut Suprijono (2013: 163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Fathurrohman (2007: 19) mengemukakan bahwa motivasi belajar diartikan sebagai daya penggerak yang ada di


(40)

dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Menurut Hanafiah & Suhana (2010: 26) motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

Jenis motivasi yaitu:

1) Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri(self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam.

2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah (reward) kompetensi sehat antar peserta didik, hukuman (funishment), dan sebagainya.

Menurut Suprijono (2013: 163) fungsi motivasi belajar yaitu: 1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai

pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai.

3) Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

Motivasi belajar dapat timbul karena dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar (Fathurrohman, 2010: 31).

Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan


(41)

memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Menurut (Sardiman, 2011: 92) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu (1) memberi angka, (2) hadiah, (3) saingan/kompetisi, (4) memberi ulangan, (5) mengetahui hasil, (6) pujian, (7) mengetahui hasil dan (8) hukuman.

Menurut Rusman (2010: 111-114) beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar siswa antara lain:

1) Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif.

2) Siswa mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan.

3) Tersedia fasilitas, media/sumber belajar, dan lingkungan belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran.

4) Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap siswa (individual learning).

5) Adanya konsistensi dalam penerapan atau aturan perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar.

6) Adanya pemberian reinforcement atau penguatan dalam proses pembelajaran.

7) Jenis kegiatan pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.

8) Penilaian hasil belajar dilakukan serius, objektif, teliti dan terbuka.

Motivasi yang ada dalam diri siswa dapat berpengaruh terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam hal: minat, semangat, tanggung jawab, reaksi dan rasa senang siswa (Sudjana, 2011: 61).

Berdasarkan dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri seseorang berupa faktor intrinsik dan ekstrinsik untuk melakukan aktivitas tertentu secara aktif,


(42)

kreatif dan inovatif dalam rangka perubahan perilaku agar mencapai tujuan yang diinginkan.

2.2.1.2.2 Alat Ukur Motivasi Belajar

Motivasi dan keterampilan dapat diukur dengan tes perbuatan, adapun perubahan sikap dan pertumbuhan siswa dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes misalnya observasi, wawancara, skala sikap dan lain-lain (Arifin, 2011: 152). Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang menurut Emiyanti (2011) dalam mengamati motivasi belajar siswa digunakan lembar observasi motivasi belajar yang berisi beberapa indikator motivasi belajar yang nantinya akan diisi oleh observer yang mengamati secara langsung proses pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005: 135) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu 1) tes proyektif, 2) kuesioner dan 3) observasi.

Observasi/pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik didalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai alat evaluasi observasi dipakai untuk (a) menilai minat, sikap, dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan (b) melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok (Trianto, 2011: 233).

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator yang diamati (Kemendikbud,2013: 9).

Arifin (2011: 153) observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.


(43)

Tujuan utama observasi adalah (1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta didik) interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya terutama kecakapan sosial.

Sebagaimana instrumen lain observasi memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu:

a. Kelebihan observasi

1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.

2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan. 3) Banyak hal yang tidak dapat di ukur dengan tes, tetapi

justru lebih tepat dengan observasi. 4) Tidak terikat dengan laporan pribadi. b. Kelemahan observasi

1) Sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca.

2) Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.

3) Biasanya masalah pribadi sulit diamati.

Menurut Hamzah (2007: 23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Sedangkan menurut Sudjana (2011: 61) aspek dalam motivasi belajar yaitu: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, (2) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar, (3) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, (4) reaksi yang ditunjukkan


(44)

siswa terhadap stimulus yang diberikan dan (5) rasa senang siswa dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa alat ukur motivasi yang sesuai adalah menggunakan observasi yaitu dengan mengamati setiap kegiatan dan aspek perilaku guna mengetahui seberapa jauh proses tersebut telah mencapai sasaran. Observasi digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar siswa.

Penulis menyimpulkan beberapa aspek dan indikator motivasi yang diamati merujuk pada Sudjana (2011: 61) yaitu:

1. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran (minat) a. Hadir pada pembelajaran dikelas tepat waktu.

b. Mengikuti diskusi dan kerja sama dalam tugas kelompok dengan antusias.

2. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar (semangat) a. Mencatat inti dari materi pelajaran yang telah disampaikan oleh

guru.

b. Memberikan saran/pendapat dalam melakukan tugas individu dan kelompok yang diberikan guru.

3. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya (tanggung jawab)

a. Mengumpulkan tugas individu dan kelompok yang diberikan guru dengan tepat waktu.


(45)

b. Melaksanakan kewajiban dalam bentuk tugas individu dan kelompok dengan ulet dan tidak mudah putus asa.

4. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan (respon)

a. Menunjukkan rasa keingintahuan siswa dengan mengajukan pertanyaan.

b. Menunjukkan rasa keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

5. Rasa senang siswa dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan (kepuasan)

a. Mengubah perilaku yang pasif menjadi aktif dalam melaksanakan tugas individu dan kelompok.

b. Mempertahankan pendapat dalam diskusi kelompok berdasarkan kemampuan hasil pemikiran sendiri.

2.2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2013: 5). Menurut Hamalik (2001: 33) hasil belajar dalam kelas harus dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain murid dapat mentransferkan hasil belajar ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat. Nasution (dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan pengahayatan dalam diri pribadi individu


(46)

yang belajar. Sudjana (dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di Sekolah Dasar (SD).

a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamti dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain.

b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur, percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

1. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.

2. Santun adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun perilaku.

3. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu perbedaan.

4. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

5. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.


(47)

6. Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

Tabel 3 Jenis dan Indikator Afektif

Jenis Karakter Indikator Perilaku

Disiplin a. Membiasakan hadir tepat waktu b. Membiasakan mematuhi peraturan c. Menggunakan pakaian yang sesuai aturan d. Mengumpulkan tugas tepat waktu

Santun a. Menerima nasehat guru

b. Menghindari permusuhan dengan teman c. Menjaga ketertiban

d. Berbicara dengan tenang

Peduli a. Berempati kepada teman sekelas

b. Mengingatkan pekerjaan teman yang kurang tepat

c. Membangun kerukunan warga kelas d. Memiliki keinginan untuk tahu Jujur a. Mengemukakan apa adanya

b. Berbicara secara terbuka

c. Menunjukkan fakta yang sebenarnya d. Mengakui kesalahannya

Percaya diri a. Berani menyatakan pendapat b. Berani bertanya

c. Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan d. Berpenampilan tenang

Tanggung jawab a. Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan

b. Menaati tata tertib sekolah c. Memelihara fasilitas sekolah d. Menjaga kebersihan lingkungan (Mulyasa, 2013: 147)

c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas sistematis dan logis dalam karya estetis, dalam gerakan yang mencerminkan perilaku anak sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Penulis menyimpulkan hasil belajar pada ranah psikomotor yang diamati yaitu memposisikan diri sesuai dengan kelompok yang


(48)

ditentukan, menempatkan urutan gambar sesuai dengan urutan yang logis dan sistematis, membentuk kerja sama yang baik dalam melakukan diskusi kelompok, mendorong teman melakukan interaksi dalam kegiatan diskusi kelompok dan menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi antara siswa dan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan akibat dari proses pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor berupa data kuantitatif maupun kualitatif.

2.2.1.3.1 Penilaian Otentik

Penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa dapat mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kunandar (2013: 35) penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Menurut Kemendikbud (2013: 5-6) penilaian dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristis sebagai yaitu (1) belajar tuntas, (2) otentik, (3) berkesinambungan, (4) menggunakan teknik penilaian yang bervariasi dan (5) berdasarkan acuan kriteria.

Penilaian kurikulum mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh dan proporsional, sesuai kompetensi inti yang telah ditentukan. Penilaian aspek pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian tulis, lisan dan daftar isian pertanyaan. Penilaian aspek keterampilan dapat dilakukan dengan ujian praktik, analisis keterampilan dan analisis


(49)

tugas serta penilaian siswa sendiri. Adapun penilaian aspek sikap dapat dilakukan dengan daftar isian sikap (pengamatan pribadi) dari diri sendiri, dan daftar isian sikap yang disesuaikan dengan kompetensi inti. Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut.

Menurut Arifin (2011: 184-186) penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, domain yang perlu dinilai meliputi domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor.

1. Domain Kognitif

Domain kognitif meliputi hal-hal berikut ini:

a) Tingkatan hafalan mencakup kemampuan menghafal verbal atau menghafal paraphrase materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedur.

b) Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, mengeneralisasi dan menyimpulkan.

c) Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.

d) Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan, memerinci, mengurai suatu objek.

e) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau kompenen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis, menggambar dan sebagainya.

f) Tingkatan evaluasi/penilaian mencakup kemampuan menilai (judgement) terhadap objek studi dengan menggunakan kriteria tertentu.

2. Domain Afektif

Tingkatan domain afektif yang dinilai adalah kemampuan peserta didik dalam:

a) Memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.


(50)

b) Menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika.

c) Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi.

d) Menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

3. Domain Psikomotor

Domain psikomotor meliputi hal-hal berikut:

a) Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik dalam menggerakkan sebagian anggota badan. b) Tingkatan gerakan serumit meliputi kemampuan melakukan

atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.

c) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.

Kemendikbud (2013: 7) penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), sampai keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan.

Kunandar (2013: 35-36) mengemukakan bahwa penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Tujuan penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata dimana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Jadi penilaian ini menekankan pada pengukuran kinerja (doing something), melakukan sesuatu yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoritis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian secara komprehensif terhadap bentuk tugas yang menekankan pada pengukuran kinerja dalam aspek


(51)

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditunjukkan secara nyata dan bermakna.

2.2.2 Model Pembelajaran Tematik di SD

2.2.2.1.1Pengertian Model Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Menurut Amri (2013: 4) model pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.

Menurut Prastowo (2013: 117) model pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pada dasarnya model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Humphreys (dalam Prastowo, 2013: 118) mengemukakan definisi model pembelajaran tematik (sering dipersamakan dengan kurikulum terpadu) yang mendasar sebagai studi agar siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan.

Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2011: 147) pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.


(52)

Menurut Trianto (2011: 156-157) model pembelajaran tematik memiliki arti penting dalam membangun kompetensi siswa antara lain: Pertama, pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Kedua, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu(learning by doing).

Amri (2013: 34) model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki 4 ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur yaitu:

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berdasarkan pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapa memberikan pengalaman langsung dan bermakna kepada siswa.

2.2.2.2 Macam-macam Model Pembelajaran Tematik

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas guru dapat menggunakan berbagai macam model pembelajaran supaya aktivitas pembelajaran lebih relevan dan bermakna.

Menurut Amri (2013: 7) macam-macam model pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013 diantaranya adalah :

a) ModelContextual Teaching and Learning(CTL)

model pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata.


(53)

b) ModelCooperative Learning

suatu model dimana siswa belajar dibagi dalam kelompok-kelompok yang menekankan kerjasama antar siswa dan kelompok.

c) Model ProblemSolving

model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar secara mandiri. d) ModelInquiry

model ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Berdasarkan macam-macam model pembelajaran di atas maka penulis menetapkan model pembelajaran yang dikembangkan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu dengan menggunakan modelcooperative learning.

2.3 ModelCooperative Learning

2.3.1 Pengertian ModelCooperative Learning

Model pembelajaran cooperative dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Menurut Rusman (2012: 202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Isjoni (2013: 16) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student centered), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak


(54)

peduli dengan yang lain. Sedangkan Suprijono (2013: 54) mengartikan cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Nurulhayati (dalam Rusman, 2012: 204) mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu ketergantungan yang positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan bersosialisasi, tatap muka dan evaluasi proses kelompok.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni, 2013: 13) sebagai berikut:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki

tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Rusman (2012: 208-209) ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin berbeda-beda.


(55)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwacooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang memiliki tingkat kemampuan berbeda dan saling bekerja sama.

2.3.2 Prinsip Dasar ModelCooperative Learning

Cooperative learningmemiliki prinsip dasar dalam penggunaanya di kelas yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru. Guru dalam menggunakan model ini harus memperhatikan beberapa prinsip dasar yang merupakan dasar-dasar konseptual dalam penggunaan cooperative learning.

Muslimin (dalam Widyantini, 2008: 4) prinsip dasar dalam cooperative learningadalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompoknya (siswa) harus mengetahui bahwa setiap anggota kelompok memiliki tujuan yang sama. c. Setiap anggota kelompoknya (siswa) harus membagi tugas

dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompoknya (siswa) akan dievaluasi.

e. Setiap anggota kelompoknya (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompoknya (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok.

Siahaan (dalam Rusman, 2012: 205) mengemukakan lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Saling ketergantungan yang positif.

b. Interaksi berhadapan(face to face interaction). c. Tanggung jawab individu(individual responsibility). d. Keterampilan sosial(social skills).


(56)

Berdasarkan prinsip yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa prinsip utama dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning dapat membentuk siswa untuk lebih bertanggung jawab secara individual maupun kelompok.

2.3.3 TujuanCooperative Learning

Cooperative learning mempunyai tujuan pembelajaran yang penting untuk menciptakan keberhasilan individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Menurut Isjoni (2013: 21) tujuan utama dalam model cooperative learning adalah agar siswa dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.


(57)

Tujuancooperative learningdapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2 TujuanCooperative Learning (Diadopsi dari Martati, 2010: 15)

Berdasarkan gambar di atas tujuan cooperative learning yaitu untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Selain itu, siswa dapat menumbuhkan sikap saling kerjasama dalam kelompok, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman serta dapat mengembangkan keterampilan sosial.

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan ModelCooperative Learning

Semua model, metode, strategi pengajaran dan pembelajaran itu baik dan semuanya itu tergantung bagaimana guru mampu mengelola proses pelaksanaanya. Model cooperative learning memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya.

Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2013: 24) mengemukakan kelebihan dan kekurangan dari modelcooperative learningadalah: a. Kelebihan model cooperative learning

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya kemampuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjadinya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan guru.

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Prestasi Akademik

Toleransi dan Penerimaan

Terhadap Keanekaragaman Cooperative

Learning

Pengembangan Keterampilan Sosial


(58)

b. Kekurangan modelcooperative learning

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang dan membutuhkan banyak tenaga.

2) Membutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang memadai.

3) Selama diskusi kelompok berlangsung, ada kecendrungan topik permasalahan meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, sehingga mengakibatkan banyak siswa yang pasif.

2.3.5 Langkah-langkah ModelCooperative Learning

Cooperative learning merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar, bekerja bersama serta berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompoknya. Dalam belajar atau bekerja adapun langka-langkah yang harus dilaksanakan untuk model cooperative learning agar mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Suprijono (2013: 65) cooperative learningmemiliki 6 fase berikut.

Tabel 4 FaseCooperative Learning

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1Present goalts and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk siap belajar Fase 2Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal

Fase 3 Organize students into learning teams

Mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4Assis teamwork and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya.

Fase 5Test on the materials mengevaluasi

Menguji kemampuan siswa mengenai berbagai materi pembelajaran/ kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6Provide recognition Memberi pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok


(59)

2.3.6 Macam-macam ModelCooperative Learning

Ada beberapa jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tidak berubah. Dalam pemilihan model pembelajaran, guru harus memperhatikan model pembelajaran yang cocok agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang diajarkan.

Menurut Hamzah (2011: 80) model-model cooperative learning memiliki banyak tipe yaitu:

a. Example non Example model pembelajaran dimana siswa menganalisis gambar

b. Picture and Picture suatu model pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain menjadi suatu urutan yang logis

c. Number Head Together (kepala bernomor) model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

d. Student Teams Achivement Divisions (STAD) (tim siswa kelompok prestasi) yaitu model pembelajaran yang mengelompokan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti.

e. Cooperative Script (skript kooperatif) yaitu metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan, dan secara lisan bergantian mengihtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Berdasarkan model-model yang telah dijelaskan di atas maka penulis memilih model cooperative learning tipe picture and picture. Model pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa saling bekerja sama dengan kelompok, mampu memasangkan gambar satu sama lain menjadi suatu urutan yang logis. Selain itu siswa dilatih untuk dapat berpikir kreatif dalam memberikan alasan urutan gambar tersebut dan mendalami materi pelajaran dengan baik.


(60)

2.4 ModelCooperative LearningTipePicture and Picture 2.4.1 Cooperative LearningTipePicture and Picture

Model cooperative learning tipe picture and picture adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain menjadi suatu urutan yang logis. Setelah itu siswa ditanya mengenai alasan/dasar pemikiran pemasangan uruan gambar tersebut. Lalu dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai (Suprijono, 2009: 110).

Melalui penggunaan model cooperative learning tipe picture and picture dalam proses pembelajaran di kelas, siswa menjadi lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, karena model pembelajaran ini menggunakan media gambar yang membuat siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Selain itu, siswa menjadi lebih aktif karena dalam pembelajaran dengan menggunakan model ini siswa dituntut untuk menemukan konsep yang tepat pada materi yang diajarkan melalui kesesuaian pengurutan/pemasangan gambar.

Istarani (2011: 6) mengemukakan prinsip dasar dalam model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.


(61)

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Picture and Picture

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan itu tergantung bagaimana guru mampu mengelola proses pelaksanaannya dikelas. Menurut Huda (2013: 239) kelebihan dan kelemahan model cooperative learning tipe picture and pictureadalah:

a. Kelebihan modelcooperative learningtipepicture and picture 1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2) Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis.

3) Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.

4) Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan. 5) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. b. Kekurangan modelcooperative learningtipepicture and picture

1) Memakan banyak waktu. 2) Membuat sebagian siswa pasif.

3) Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas.

4) Adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain.

5) Kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

2.4.3 Langkah-langkah ModelCooperative LearningTipePicture and Picture Modelcooperative learning tipepicture and picture memiliki langkah-langkah dalam pembelajaran yang harus dilaksanakan dengan baik untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut maka proses belajar mengajar dikelas akan menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.


(1)

Tabel Hasil Belajar Siswa Siklus III

Metro, 18 Maret 2014

Guru Kelas IVB, Peneliti,

Herawati SA, Ma.Pd. Meri Adesta

NIP 19540714 197511 2 001 NPM 1013053018

No Nama

Nilai Siklus III

Kognitif Afektif Psikomotor Hasil Belajar

Ket.

1. AA 67 68 72 69 T

2. FB 55 68 72 65 BT

3. SD 82 72 77 77 T

4. VP 65 68 72 68 T

5. ML 92 85 80 85 T

6. IF 75 81 82 79 T

7. AH 77 72 75 74 T

8. FK 87 85 87 86 T

9. MA 92 89 87 89 T

10 AS 72 75 77 74 T

11 HT 70 72 72 71 T

12 JC 80 72 77 76 T

13 NY 85 81 82 82 T

14 TY 60 70 75 68 T

15 IZ 90 93 92 91 T

16 WD 90 93 95 92 T

17 JR 82 75 75 77 T

18 SA 77 79 82 79 T

19 BS 60 60 62 60 BT

20 TR 80 64 67 70 T

21 RP 70 68 67 68 T

22 AS 67 60 62 63 BT

23 DW 77 72 75 74 T

24 SS 77 77 82 78 T

25 TR 82 75 77 78 T

26 DP 80 79 80 79 T

27 RA 77 77 82 78 T

Jumlah nilai 2050

Nilai rata-rata kelas 75,92

Jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan 24


(2)

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI


(3)

SIKLUS I

Foto 1. Siswa berdo’a sebelum memulai pembelajaran

Foto 2. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan


(4)

Foto 3. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan menunjukkan berbagai gambar


(5)

Foto 5 & 6. Setelah masing-masing kelompok selesai mengerjakan tugasnya, kemudian guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk

memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis dan menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar-gambar yang

termasuk tempa-tampat wisata yang ada di Indonesia

Foto 7. Setelah semua siswa maju, guru meluruskan jawaban sebagai kesimpulan dari permasalahan yang sudah diberikan


(6)

SIKLUS II

Foto 1. Siswa berdo’a terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran

Foto 2. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IVB SD NEGERI 8 METRO BARAT TP. 2012/2013

0 7 62

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SDN 6 METRO PUSAT TAHUN 2013/2014

0 11 97

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

PENERAPAN MODEL PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD N 07 METRO TIMUR

1 13 86

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD N 8 METRO TIMUR TP. 2013/2014

1 16 238

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 88

JUDUL INDONESIA: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 87

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV B SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 63