C. Faktor Yang Mempengaruhi Bantuan Hukum Pada Kantor Advokat
Sebelum Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 diberlakukan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma merujuk pada Peraturan Pemerintah No 83 Tahun
2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma. Peraturan Pemerintah ini merupakan pengejawantahan ketentuan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. Bantuan hukum bukanlah semata-mata pro bono publico work, tetapi merupakan
suatu kewajiban Advokat duty or obligation. Orang miskin berhak memperoleh pembelaan dari Advokat atau pembela umum yang bekerja untuk organisasi bantuan
hukum sebagai pengakuan hak individu individual right, prinsip persamaan di
depan hukum equality befor the law dijamin dalam sistem hukum Indonesia. Terlepas dari konsep bantuan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Bantuan Hukum, peneliti melakukan penelitian pada kantor Advokat di Medan, pada kesempatan tersebut peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan Ibu
Themis Simaremare selaku Advokat Senior yang menjabat sebagai Pimpinan dari Themis Simaremare Partner sTP, dan merupakan Wakil Sekretaris Asosiasi
Advokat Indonesia AAI cabang Medan dan juga Wakil Sekretaris Perhimpunan Advokat Indonesia PERADI cabang Medan. Beliau menjelaskan mengenai
pelayanan bantuan hukum kepada masyarakat miskin yang tidak mampu membayar telah diatur dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat pada Pasal
22 yang menyebutkan kewajiban Advokat dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
176
Kendala yang ada dalam bantuan hukum ini adalah adanya anggapan Bantuan Hukum Secara cuma-cuma merupakan Belas Kasihan, Kasus perkara cuma-cuma
176
Themis Simaremare, Peran Advokat dalam Memberikan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma, Medan, 9 Agustus 2014, 12.14 WIB
Universitas Sumatera Utara
yang telah ditangani secara litigasi maupun nonlitigasi terdapat beberapa kendala, misalnya perkara cuma-cuma ini memerlukan perhatian lebih dari Advokat mulai dari
tahapan awal sampai pada penyelesaian di muka pengadilan. Perhatian yang dimaksud adalah dimana pencari keadilan yang tidak mampu ini merasa bahwa kasus yang
ditangani oleh Advokat dipandang sebelah mata, namun pada kenyataannya Advokat yang memberikan bantuan hukum cuma-cuma ini lebih memberikan banyak waktu
dari pada perkara klien yang membayar, hal ini membuktikan bahwa masih banyak para pencari keadilan yang tidak mampu beranggapan bahwa perkaranya diselesaikan
dengan apa adanya. Untuk mengatasi permasalahan ini maka di setiap kantor Advokat haruslah di pajang pengumuman tentang jam pelayanan, jenis pelayanan dan
sebagainya, selain itu sebelum menangani perkara, para Advokat dapat memberitahukan terlebih dahulu tentang proses pemberian bantuan hukum secara
cuma-cuma agar pencari keadilan yang tidak mampu ini mengerti dan memahami bahwa proses yang diberikan dapat adil dan tidak membeda-bedakan.
Menurut Sahala Siahaan sebagai Ketua Harian DPP KAI Medan dalam sebuah wawancara diruang rehat Peradilan Semu USU menjelaskan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap pemberian bantuan hukum oleh Advokat adalah anggaran negara yang disediakan sangat kecil, proses litigasi dialokasikan dana lima juta per
kasus, padahal lewat MA dana yang dialokasikan sebesar sepuluh juta. Anggaran tersebut bukan sebagai kendala pemberian hukum secara cuma-cuma kepada pencari
keadilan yang tidak mampu, namun lebih selayaknya hak dalam proses pemberian bantuan hukum.
177
177
Sahala Siahaan, wawancara oleh peneliti, Medan, 16 Agustus 2014, 12.55 WIB
Universitas Sumatera Utara
D. Faktor Yang Mempengaruhi Bantuan Hukum Secara Umum