47 bersama. Jamiyahan biasanya dilakukan di desa-desa oleh ibu-ibu, bapak-
bapak, dan bahkan remaja NU. Manakiban adalah suatu tradisi dalam acara NU yaitu bersholawat bersama, biasanya dilaksanakan 1 satu bulan
sekali oleh perkumpulan bapak- bapak saat malam jum’at kliwon.
Istighosah dilakukan pada saat ada kejadian-kejadian yang kurang baik, contoh pada saat Presiden Gus Dur akan mundur dari jabatannya. Tahlilan
bersama dilakukan setelah ada kematian, pernikahan, dan khitanan. Tradisi masyarakat NU dituangkan dalam berbagai kegiatan
keagamaan di Kecamatan Brebes yaitu kegiatan dari pengurus NU, jamiyahan dan manakiban. Pengurus NU tingkat Ranting desa dan
Majelis Wakil Cabang MWC kecamatan biasanya mengadakan pengajian, tausiyah, batsul masail, latihan kader dasar, laelatul ijtima,
harlah, istighosah dan lain-lain. Jamiyahan terbagi menjadi 4 empat kelompok kumpulan masyarakat NU diantaranya 1 laki-laki mulai dari
umur 25 tahun sampai 40 tahun dinamakan Gerakan Pemuda Ansor, 2 perempuan dari umur 40 tahun keatas dinamakan Muslimat, 3 perempuan
yang sudah menikah dinamakan Fatayat, dan 4 remaja putra yaitu IPNU Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sedangkan putri IPPNU Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama.
d. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan masyarakat berbudaya NU Kecamatan Brebes oleh pihak MWC Majelis Wakil Cabang NU menunggu instruksi
48 dari pusat yaitu pengurus besar Nahdlatul Ulama di Jakarta. Kemudian
pihak MWC NU mensosialisasikan kepada masyarakat NU, dan biasanya keputusan tersebut akan dipatuhi oleh semua masyarakat yang menganut
ajaran NU.
e. Pandangan NU Terhadap Partai Politik
Pandangan NU terhadap partai politik yang lahir dari organisasi NU tidak terlepas dari khittah tahun 1926 di Situbondo yang menyebutkan
bahwa organisasi NU adalah murni organisasi jamiyah keagamaan. NU tidak boleh mengikuti partai politik dari manapun. Masyarakat NU
diperbolehkan mengikuti organisasi partai poltik, tetapi organisasi NU tidak
diperbolehkan mendukung.
Jika organisatoris
NU ingin
mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau eksekutif, maka harus mengundurkan diri dari jabatan di organisasi NU. Masyarakat NU dapat
memilih partai politik apapun yaitu yang berbasis Islam ataupun nasionalis. Dengan adanya Khittah NU ini mengembalikan kepercayaan
tentang politik kepada individu masing-masing, maka masyarakat NU Kecamatan Brebes tidak lagi identik dengan partai Islam.
Perselisihan pendapat yang terjadi dalam tubuh NU, membuat elit partai politik yang lahir dari NU terbagi menjadi 2 dua yaitu PKB dan
PKNU. Bahkan calon anggota legislatif 2009 yang mengaku petinggi NU dengan mengusung PKB kurang sepenuhnya memberikan apresiasi
ataupun bantuan untuk pembangunan desa. Hal ini menyebabkan
49 kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap NU terutama partai politik
yang dibangun NU. Masyarakat berbudaya di NU Kecamatan Brebes baik secara
struktural maupun non struktural banyak yang menjadi simpatisan PDI Perjuangan. Misalnya pilkada tahun 2004 dan 2009 berturut-turut yang
memenangkan adalah Bapak Indra Kusuma, S.Sos. diusung dari PDI Perjuangan, beliau sebelum menjadi Bupati Brebes adalah anggota
struktural NU di tingkat kabupaten. Orang-orang NU secara struktural maupun non struktural banyak yang menjadi tim sukses PDI Perjuangan
pada pemilu legislatif 2004 dan 2009. Orang NU secara struktural di tingkat ranting se-Kecamatan Brebes yang menjadi tim sukses PDI
Perjuangan pada pileg 2009 yaitu seperti ustadz NU di tiap desa yang menjadi panutan di lingkungan masyarakat setempat. Sedangkan orang
NU secara non struktural artinya orang yang hanya menjalankan tata cara ibadah dengan ajaran NU yakni ketua RTRW, perangkat desa, dan lain-
lain. Selain itu warga Kecamatan Brebes yang sangat mengidolakan Bung Karno menjadi faktor partai politik basis nasionalis yaitu PDI Perjuangan
menang dalam pemilu legislatif 2009 di Kecamatan Brebes.
f. Tokoh NU