86 dari partai berbasis Islam kurang memperhatikan masyarakat setempat dan
partai Islam yang lahir dari NU menimbulkan kebimbangan masyarakat karena terpecah belah menuruti ideologi masing-masing elit politik NU.
Hampir tidak ada di antara konflik-konflik antar sesama tokoh NU yang bisa diselesaikan dengan happy ending. Konflik Gus Dur vs Alwi Shihab
dan Chairul Anam melahirkan sebuah parpol baru yakni Partai Kebangkitan Nasional Ulama PKNU yang dikomandani oleh Cak Anam,
dkk. Politisi NU mudah konflik dan mudah pecah. Kecewa sedikit mereka lalu mendirikan partai baru.
c. Figur Calon Legislatif 2009
Masyarakat berbudaya NU di Kecamatan Brebes memilih calon dari PDI Perjuangan yaitu calon legislatif yang bukan merupakan tokoh
agama dari NU. Masyarakat NU lebih memilih figur yang dapat membantu pembangunan yaitu calon legislatif dari PDI Perjuangan,
karena calon yang berasal dari tokoh agama NU di Kecamatan Brebes kurang memperhatikan lingkungan setempat. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Fahman 2010:32 salah satu perilaku buruk elit politik kita pada umumnya adalah mereka kurang peduli kepada rakyat
kecil. Kepedulian elit NU kepada umat lemah masih kurang. Semangat untuk membantu mereka yang lemah sangat minim. Semangat untuk
memberi, dan memberikan pelayanan terbaik rendah. Para sesepuh NU
87 justru lebih asyik berpolitik daripada memperhatikan umat dan selama ini
program NU tidak ada yang menyentuh hati warga NU. Pemilu legislatif 2009 yang dimenangkan oleh PDI Perjuangan
dengan perolehan 2 kursi, jika dibandingkan pemilu legislatif 2004 dengan perolehan 3 kursi. Maka PDI Perjuangan mengalami penurunan suara
pendukunya. Hal ini karena pengalamam pemilu legislatif tahun 2004, anggota legislatif PDI Perjuangan yang sudah terpilih kurang
memperhatikan masyarakat NU Keacamtan Brebes. Jadi pada pemilu legislatif 2009 masyarakat budaya NU benar-benar memilih dari figur
yang akan dapat membantu masyarakat. Dalam hal ini masyarakat budaya NU termasuk dalam budaya politik kaula, memilih kandidat dan partai
dari segi out putnya yakni wakil rakyat harus benar-benar memperhatikan rakyat dan dapat membantu rakyat kecil. Pemilih menginginkan wakil-
wakil rakyat yang dapat membela rakyat kecil dan bisa memakmurkan rakyat Brebes.
d. Pilihan dalam Keluarga
Hubungan keluarga sangat berpengaruh terhadap keputusan untuk memilih calon legislatif 2009 di masyarakat berbudaya NU Kecamatan
Brebes karena massa budaya NU ini termasuk dalam budaya politik parokial. Dimana budaya politik parokial terdapat variabel yang dianggap
sebagai ciri budaya politik yaitu masih kuatnya paternalisme yang nampak dari sikap bapakisme dan asal bapak senang. Dalam suatu keluarga di
88 Kecamatan Brebes, kepala keluarga mempengaruhi pilihan calon legislatif
2009 kepada anggota keluarganya. Kepala keluarga menghimbau anggota keluarganya untuk memilih calon legislatif dari PDI Perjuangan. Hal ini
sesuai dengan teori Kantraprawira dalam Sunarto 2004:17 variabel yang dapat dianggap sebagai ciri budaya politik Indonesia diantaranya adalah
masih kuatnya patrenalisme dan patrimonial, yang nampak dari sikap bapakisme dan asal bapak senang.
e. Program Partai