Landasan dan Nilai Dasar Golkar Pimpinan- Pimpinan Golkar

Dalam usaha pemurnian pengertian Golongan Fungsional, maka dilakukan pemurnian keanggotaan Golongan Fungsional di MPRS dan DPR-GR, dimana yang duduk adalah benar-benar wakil golongan fungsional murni yang tidak berafiliasi partai politik. Perjuangan ini disetujui pemerintah dengan Peraturan Menteri No. 12 tahun 1969 yang dikenal dengan Permen 12. Bersamaan dengan disahkannya peraturan ini maka Sekber Golkar melakukan pelebaran kepengurusan sampai ke Daerah Tingat I dan II. Dengan terbentuknya kepengurusan Sekber Golkar di Dati I dan II maka Sekber Golkar siap mengikuti pemilu 1971. Musyawarah yang berlangsung tanggal 4 Februari 1970 melahirkan suatu tekad bersama, “menyatakan mufakat untuk ikut dalam Pemilu 1971 dengan satu tanda gambar, Golongan Karya Golkar

2. Landasan dan Nilai Dasar Golkar

Pada awal kemunculannya, Golkar memiliki landasan dan nilai dasar yang menunjukkan semangat murni untuk bangsa dan negara, yang meliputi; a. Nilai dasar pertama adalah pancasila, pada awal kelahirannya Golkar ingin melaksanakan pancasila secara murni dan konsekuen b. Nilai dasar kedua adalah UUD 1945 c. Nilai dasar ketiga yang merupakan tata nilai yang dianut Golkar adalah wawasan kebangsaan d. Nilai keempat adalah anti komunis yang merupaka sikap untuk mengantisipasi terjadinya penghianatan terhadap pancasila e. Nilai dasar kelima adalah dwi fungsi ABRI f. Nilai dasar keenam adalah identitas Golkar sebgai organisasi sosial poitik yang terbuka g. Nilai dasar ketujuh adalah massa menggambang h. Nilai dasar kedelapan adalah doktrin karya dan kekaryaan i. Nilai dasar kesembilan adalah mengibarkan bendera pembangunan dan pembaharuan j. Nilai dasar kesepuluh melaksanakan secara murni dan konsekuen nilai-nilai pancsila dan UUD 1945.

3. Pimpinan- Pimpinan Golkar

57 a. Brigjen TNI Purn Djuhartono 1964-1967 Djuhartono merupakan salah seorang dari sembilan tokoh politik yang disebut Panitia Sembilan dan terpilih sebagai ketua umum pertama Sekber Golkar. Prestasi yang diraihnya saat itu adalah menggalang kekuatan Pancasilais menghadapi aksi-aksi PKI yang ingin mengubah Pancasila b. Mayjen TNI Suprapto Sukowati 1967-1972 Suprapto Sukowati terlibat membantu Djuhartono dalam Panitia Sembilan dalam melakukan konsolidasi. Konsolidasi yang dilakukan akhirnya membentuk tujuh KINO, yang kemudian ketujuh Kino ini menjadi satu dibawah payung Golkar. Semasa Sukowati nama Sekber Golkar diubah menjadi Golkar. c. Mayjen TNI Purn Amir Murtono 1972-1983 Amir menggelar Munas I pada tanggal 4-10 September 1973 di Surabaya, di dalam Munas ini pertama kali diputuskan periodesasi pimpinan Golkar dan dibentuk lembaga Dewan Pembina Golkar dibawah pimpinan Jendral Soeharto. Kemudian dlam ADART dirumuskan bahwa Dewan Pembina diberi kekuasaan eksekutif, dan 57 Soekanto, 1994, Golkar Dalam Sorotan, Yayasan Gebyar Aksara Mandiri, Hal.1-5 diciptakan juga siklus kepemimpinan Golkar didaerah I dan II dengan Musda I dan II. d. Letjen Purn Sudharmoni, S.H 1983-1988 Sudharmono terpilih melalui Munas III, ciri yang menonjol di era Sudharmono adalah birocratic line, penataan orsospol dan pendaftaran kader pada tingkat paling bawah dengan membentuk kader terotorial desa dan kader fungsional. Pada masa inilah kaderisasi dilakukan secara terencana. e. Letjen Purn Wahono 1988-1993 Dibawah kepemimpinan Wahono yang tenang dalam mengahadapi persoalan yang terjadi, berdampak pada seringnya campur tangan dari Dewan Pembina. Kemudian terjadi penurunan jumlah suara Golkar dalam pemilu 1992 sebanyak 5 dari pemilu 1987. f. H. Harmoko 1993-1998 Harmoko merupakan seorang tokoh angkatan pacsa ’45 pertama yang dipilih menjadi Ketua Umum DPP Golkar periode 1993-1998. Karena ketua-ketua periode sebelumnya berasal dari angkatan ’45.

B. Golkar Pada Masa Reformasi 1. Terbentuknya Partai Golkar