Page | 4
1. Bagaimanakah ketentuan Konvensi Wina 1961 tentang Diplomat menyangkut perihal penolakan seorang duta besar persona non grata oleh negara penerima ?
2. Apakah secara empiris yang melatarbelakangi penolakan seorang diplomat negara pengirim oleh negara penerima sudah sesuai ketentuan yuridis ?
4. Metode Penulisan
Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan makalah ini adalah yuridis normative dan Sosio-Empiris. Yuridis-Normatif dalam arti yang menjadi alat analisa adalah ketentuan-
ketentuan legal hukum dan teori hukum doktrinal oleh para pakar yang telah diakui keilmuanya oleh para pakar hokum saat ini. Sedangkan Sosio-Yuridis adalah
Metode yang dikembangkan dalam pengkajian data dalam penulisan makalah ini menggunakan cara deduktif. Dalam arti, cara memahami permasalahan yang ada dengan cara
mengkaji data-data yang didapat agar memperoleh pemahaman dan kesimpulan yang obyektif
dan komperhensif.
5. Tujuan Penulisan
Meski dalam hubungan interpendensi ini sudah ada instrument-instrumen internasional hukum yang telah mengatur tentang tata cara hubungan antar negara, tapi dalam prakteknya,
kaidah-kaidah yang telah ditetapkan bersama tersebut kadang tidak mampu mengawal aktifitas lalu-lintas hubungan negara karena tidak adanya organ yudikatif dalam struktur
hukum internasional. Bahkan seringkali hukum-hukum yang telah disepakati tersebut kalah oleh kepentingan negara-negara kuat dalam implementasinya.
Bab II Pembahasan
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Diplomatik
Pada dasarnya, Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik merupakan dasar hukum bagi Bangsa-BangsaNegara-Negara berperilaku dalam melakukan kerjasama.
Page | 5
Konvensi pada hakikatnya merupakan perjanjian internasional yang melibatkan banyak negara sebagai pihak, oleh karena itu konvensi memiliki karakter multilateral. Selain itu, konvensi
juga bisa dilakukan oleh dua negara saja sebagai pihak dalam perjanjian yang lazim dikenal kerja sama bilateral.
Hukum diplomatik merupakan bagian dari hukum internasional, karena keberlakuannya yang melintasi batas yuridiksi nasional
13
. Sedangkan Eileen Denza mengemukakan bahwa hukum diplomatik adalah berbagai komentar atas Konvensi Wina yang menyangkut hubungan
diplomatik
14
. Sedangkan Jan Osmanczyk mengatakan hukum diplomatik merupakan cabang dari hukum kebiasaan internasional yang terdiri dari seperangkat aturan-aturan dan norma-
norma hukum yang menetapkan kedudukan dan fungsi para diplomat, termasuk bentuk-bentuk organisasional dan dinas diplomatik
15
. Pengertian hukum diplomatik pada hakikatnya merupakan ketentuanprinsip-prinsip internasional yang mengatur hubungan diplomatik antar
negara yang dilakukan atas dasar prinsip persetujuan bersama secara timbal balik reciprocity principle
16
. Secara subtantif, hakikat hukum diplomatik adalah seluruh ketentuan dan prinsip-
prinsip hukum internasional yang khusus mengatur hubungan diplomatik antar negara
17
yang mana kerja sama tersebut diselenggarakan berdasar kesepakatan bersamakedua belah pihak.
Sebagaimana dikatakan Shaw dalam bukunya bahwa tidak ada kewjiban mengenai hubungan diplomatik, dan hubungan ini ada karena asas saling menyetujui principle of mutual
consent
18
dan asas timbale balik reciprocity. Jika satu negara tidak ingin masuk kedalam hubungan diplomatik, secara hukum ia tidak bisa dipaksa melakukannya
19
.
2. Asas-Asas Hukum Diplomatik