5000 10000
15000 20000
25000 30000
4 4
4 9
5 6
6 1
6 6
7 7
5 7
9 8
5 8
8 9
9 2
9 4
9 6
9 8
1 1
2
hari C
O D
m g
l
COD Efluen COD Influen
Gambar 18. Nilai COD sebelum dan sesudah ditambahkan nutrien
D. PENAMBAHAN GARAM Analisa salinitas menunjukkan bahwa, suspensi yang telah teradaptasi di
dalam reaktor memiliki kadar garam hanya berkisar 4,12 mgkg NaCl. Meskipun inokulum awal memiliki salinitas yang menyerupai salinitas air laut, namun
mikroorganisme yang terkandung di dalamnya mampu bertahan dengan lingkungan yang minim senyawa NaCl. Ini berarti, bakteri yang terdapat di dalam
inokulum termasuk bakteri halotolerant. Bakteri jenis ini tidak membutuhkan NaCl sebagai syarat utama untuk dapat bertahan hidup, namun masih tetap dapat
tumbuh secara baik dalam keadaaan hypersaline. Untuk menguji ketahanan bakteri ini, salinitas bioreaktor ditingkatkan
menjadi 2 kali lipat yaitu pada kisaran 52 mgkg NaCl. Dari perhitungan uji salinitas diketahui pada inokulum terkandung 32 mg NaCl didalam 1 liter air.
Sehingga untuk mendapatkan salinitas berkisar 52mgkg, perlu ditambahkan 52 mg NaCl per liter larutan, karena di dalam sistem sudah memiliki kadar garam
sekitar 4 mgkg maka NaCl yang ditambahkan adalah 48 mgliter. Total NaCl yang ditambahkan pada bioreaktor adalah 161 mg, mengingat volume bioreaktor
adalah 3,5 liter. Setelah bioreaktor dioperasikan selama tujuh hari, total laju produksi gas
secara kumulatif 67,5 liter. Nilai ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan
Sinambung tanpa nutrien Sinambung dengan nutrien
kondisi tanpa adanya penambahan garam. Kemungkinan senyawa NaCl dapat merangsang bakteri metanogenik yang terdapat di dalam sistem untuk terus
mengkonsumsi asam asetat maupun metanol yang terdapat pada umpan. Dengan kondisi ini maka, aktifitas metanogenesis akan semakin meningkat dengan
semakin banyaknya asam asetat yang dikonsumsi oleh bakteri untuk dikonversi menjadi biogas seperti CH
4
dan CO
2
. Data ini juga mengindikasikan bakteri metanogenik yang terdapat pada
inokulum justru mampu tumbuh dengan sangat optimum dalam keadaan hypersaline
ini. Hal ini dapat dipahami mengingat, inokulum berasal dari tempat pengolahan garam yang memiliki salinitas yang tinggi. Laju produksi gas yang
terlihat sangat stabil juga mengindikasikan bahwa reaktor dapat dengan cepat mencapai keadaan tunak. Hanya dalam rentang 7 hari bioreaktor dapat mencapai
keadaan yang tunak, dalam penelitian kali ini berarti waktu yang diperlukan hanya 16 dari waktu yang diperlukan pada awal tahapan sinambung.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000 80000
90000
34 49
66 77
88 93
99 103
108
Hari L
a ju
B e
b a
n m
g C
O D
h a
ri
Laju Beban COD Terdegradasi
Gambar 19. Laju Beban COD Terdegradasi per Hari Laju beban COD terdegradasi per hari yang diperoleh dari besarnya
konsentrasi COD terdegradasi dengan besarnya debit influen merupakan ukuran bagi banyaknya bahan organik yang harus didegradasi bioreaktor. Dari Gambar 18
dapat dilihat dimana saat laju pembebanan terus ditingkatkan, namun bioreaktor tetap menunjukkan angka pendegradasian COD yang tetap tinggi. Meningkatnya
Batch Sinambung
+ Nutrien + Garam
laju beban COD terdegradasi menunjukkan sistem tetap mampu beroperasi hingga salinitas 5.
Sebanding dengan laju produksi gas yang bertambah dengan pesat, nilai COD removal yang tercatat juga terus mengalami peningkatan. Tercatat pada laju
umpan yang diberikan sebesar 22.300 mgl nilai efluen yang didapat rata-rata hanya berkisar 1.600 mgl. Berarti peningkatan COD removal hingga mencapai
93. Hal ini juga menunjukkan bahwa adanya kemungkinan bakteri pembentuk metan yang terus beraktifitas dan mengkonsumsi bahan-bahan organik yang
terkandung dalam umpan.
E. PERANCANGAN BIOREAKTOR