82
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini, disajikan: 1 jenis metode penelitian, 2 desain penelitian, 3 lokasi penelitian, 4 Definisi Operasional Variabel, 5 subjek dan objek penelitian,
6 data dan sumber data, 7 intrumen penelitian, 8 teknik pengumpul data 9 alat pengumpul data 10 teknik analisis data serta 11 teknik keabasahan data.
3.1 Jenis Metode Penelitian
Hal yang diteliti dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku manusia yaitu mengenai kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor maka penelitian ini
memerlukan pengamatan yang mendalam dalam setting natural, sehingga apa yang diamati atau diteliti menunjukkan sikap yang alami dan tidak dibuat-buat. Sesuai
dengan hal yang diamati, maka penelitian ini akan menghasikan data deskriptif yang berupa ucapan, perilaku, tulisan dan tidak menutupi kemungkinan berupa angka.
Moleong 2012: 6 menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan mendalam tentang suatu fenomena yang dalam penelitian ini adalah
tentang kinerja konselor pada sekolah yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengadministrasian di SMA
Negeri 1 Muntilan.
Pertimbangan yang mendasar penelitian kualitatif ini adalah 1 peneliti bermaksud untuk mengembangkan konsep pemikiran dan pemahaman atas pola
yang terkandung dalam data, melihatnya secara menyeluruh suatu keadaan, proses dalam kelompok dan mendeskripsikannya secara induktif dan naturalistik; 2
peneliti bermaksud untuk menganalisis fakta yang berkaitan dengan kinerja konselor pada sekolah yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas di SMA Negeri 1
Muntilan; 3 bidang kajian dari penelitian ini berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan mekanisme pengadministrasian.
3.2 Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian ini adalah studi kasus, sebab peneliti bermaksud untuk mendalami gambaran kinerja konselor yang tidak memiliki alokasi
jam masuk kelas di SMA N 1 Muntilan. Metode ini dipilih karena masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah informasi verbal yang mendalam mengenai
gambaran kinerja konselor pada sekolah yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas di SMA N 1 Muntilan.
Berkaitan dengan hal Yin 2008: 1 menyatakan bahwa studi kasus merupakan sebuah metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur
how dan why pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer masa kini serta sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol
peritiswa kasus yang ditelitinya. Selanjutnya Yin 2008: 18 juga mengatakan bahwa studi kasus merupakan
suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata,
bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber dimanfaatkan. Inkuiri berasal dari bahasa inggris yaitu Inquiry
yang artinya penyelidikan dan empiris berarti diperoleh melalui data. Kasus yang dipelajari dalam penelitian ini merupakan kasus dalam bimbingan
dan konseling. Secara singkat, Supriyo 2008: 2 menyebutkan bahwa ciri-ciri kasus bimbingan dan konseling di sekolah adalah meliputi :
a. Merupakan suatu peristiwa atau kejadian, yang dipandang sebagai
suatu masalah yang cukup serius, yang dialami oleh peserta didik baik secara perseorangan maupun kelompok.
b. Masalah tersebut masih berada dalam wilayah kewenangan atau ruang
lingkup bimbingan dan konseling di sekolah. c.
Tidak terselesaikannya masalah tersebut secara tepatsehat, akan menimbulkan kerugian maupun hambatan perkembangan, maupun
merugikan pihak lain mengancam diri sendiri maupun pihak lain. d.
Pada umumnya perlu mendapatkan bantuan dalam proses penyelesaiannya. Dalam hal ini diperlukan pendekatan dan
penanganan secara khusus, oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
Metode studi kasus berusaha mengungkapkan sejelas-jelasnya permasalahan yang dirumuskan peneliti berdasarkan informasi dari berbagai sumber data dan
subjek penelitian. Sehingga dengan dipilihnya metode studi kasus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan mendalam mengenai kinerja
konselor pada sekolah yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas di SMA N 1 Muntilan. Dalam penelitian ini tidak dilakukan proses penanganan kasus atau
memberikan perlakuan. Narbuko dan Abu Achmadi 2008: 47 menjelaskan langkah-langkah pokok
dalam penelitian studi kasus sebagai berikut: 1 Merumuskan tujuan-tujuan yang akan dicapai; 2 merancang cara pendekatannya; 3 mengumpulkan data; 4
mengorganisasikan data dan informasi yang diperoleh menjadi rekonstruksi unit studi yang koheren dan terpadu secara baik; 5 menyusun laporan dan mendiskusikan
makna hasil penelitian tersebut. Yin dalam bukunya Studi kasus desain metode menyebutkan ada 4 tahap
dalam penyelenggaraan studi kasus, yaitu: 1 persiapan pengumpulan data; 2 pelaksanaan pengumpulan data; 3 analisis bukti studi kasus; 4 penulisan laporan
studi kasus. Untuk lebih jelasnya Yin 2008: 61 menggambarkan metode studi kasus sebagaimana tersaji pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Metode Studi Kasus
Dari kedua pendapat para ahli diatas mengenai langkah-langkah dalam penelitian studi kasus, maka penelitian ini dilakukan dengan 4 tahapan sebagai
berikut: 1.
Mendefinisikan dan merancang kasus Pada tahap ini peneliti menentukan fokus dan tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Fokus dari penelitian studi kasus ini adalah kinerja guru
bimbingan dan konseling yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan bagaimana
kinerja guru bimbingan dan konseling yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas di SMA N 1 Muntilan ditinjau dari aspek perencanaan program bimbingan dan
konseling, pelaksanaan program bimbingan dan konseling, evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling, dan mekanisme kerja administrasi bimbingan dan
konseling. Setelah peneliti menentukan fokus dan tujuan dari penelitian studi kasus
mengenai kinerja konselor pada sekolah yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas di SMA N Muntilan, peneliti melakukan tinjauan literatur dan memilih teknik
pengumpulan data. Pada tinjauan literatur peneliti menggabungkan teori mengenai kinerja konselor, kebijakan pada sekolah yang tidak memiliki alokasi jam masuk
kelas bagi bimbingan dan konseling, dan kinerja guru bimbingan dan konseling yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas. Selanjutnya peneliti menentukan teknik
pengumpulan data teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian kali ini ada 3, yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sebelum melakukan
pengumpulan data, peneliti membuat protokol penelitian yang dalam penelitian kali
ini disebut pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
2. Menyiapkan, mengumpulkan, dan menganalisis data
Pada tahap ini menyiapkan dengan matang pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi sesuai dengan kisi-kisi instrumen kinerja konselor
pada sekolah yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas. Setelah semuanya siap, peneliti mengumpulkan data melalui berbagai teknik penelitian di SMA N 1
Muntilan. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, selanjutnya peneliti melakukan analisis data dengan menyaring data melalui tinjauan literatur.
Penyaringan ini bertujuan untuk menyempitkan informasi yang didapat agar sesuai dengan kasus yang diangkat agar dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan
yang dapat diolah. 3.
Menganalisis dan menyimpulkan Peneliti pada tahap ketiga mengolah berbagai data dan disesuaikan kembali
dengan teori. Pada penelitian ini peneliti mengolah berbagai data dan kemungkinan mengenai dampak yang timbul pada kinerja guru bimbingan dan konseling yang
tidak memiliki alokasi jam masuk kelas. Setelah melakukan analisis peneliti menyimpulkan dan mulai memersiapkan untuk menyajikan hasil.
4. Menuliskan laporan
Laporan pada penelitian kinerja konselor pada sekolah yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga seluruh informasi penting mudah untuk dipahami. Laporan diharapkan dapat membawa
pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompok.
3.3 Definisi Operasional