2.3. Peranan Shalat Tahajjud Terhadap tingkat Stres
Stres merupakan hal yang sering terjadi didalam diri manusia, dimana stres dapat terjadi pada siapapun dan kalangan apapun termasuk juga mahasiswa. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi stres, diantaranya: usia, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan sosial dan lain sebagainya. Disini lebih di tekankan pada mahasiswa
seperti: Tugas-tugas kuliah, ujian, test, hubungan dengan teman, pacar dan sebagainya. Dimana hal ini akan dapat menimbulkan stres yang akan berpengaruh
pada aktivitas dan prestasi pada mahasiswa tersebut. Banyak hal yang dilakukan oleh orang, khususnya mahasiswa dalam mengatasi
keadaan ini. Mulai dari cara spiritual, mencari tempat pelarian sampai dengan penggunaan bahan kimia dan tidak dipungkiri ada yang memilih jalan untuk
mengakhiri hidupnya. Tetapi, dalam penelitian lebih difokuskan dengan cara spiritual khususnya hubungan antara shalat tahajjud dengan stres.
Hipotalamus menerima masukan mengenai stressor fisik dan emosi dari hampir semua daerah di otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon,
hipotalamus akan mengaktifkan saraf simpatis, dan sekresi CRH-ACTH-kortisol serta vasopressin sebagai respon stres Sherwood,2001.
Syaikhu 1997 dalam Sholeh 2007 mengemukakan bahwa telaah medis menunjukkan terdapat dua kelompok para pengamal shalat tahajjud yang memiliki
dampak kesehatan yang berbeda setelah melakukan shalat tahajjud, masing-masing: kelompok individu yang sehat dan kelompok individu yang sakit.
Arlson 1994 dalam Sholeh 2007 menyatakan, secara fisiologis, sebenarnya pola kehidupan manusia mempunyai irama sirkardian diural. Dan, jika siklus ini
ditambah dengan melakukan salat tahajjud dimalam hari, ia akan berubah menjadi nokturnal. Hal ini akan menyebabkan perubahan perilaku dari sistem saraf pusat yang
bertujuan beradaptasi dengan irama sirkardian, sebuah irama kehidupan yang memiliki siklus 24 jam untuk beradaptasi dengan lingkungan. Penyelenggaraan shalat
Universitas Sumatera Utara
tahajjud secara terpaksa akan mengakibatkan kegagalan proses adaptasi terhadap perubahan irama sirkardian tersebut Sholeh,2007.
Oleh sebab itu diperlukan sebuah keikhlasan dalam melakukan ibadah ini, dimana seseorang tersebut melakukan melakukannya atas keinginan sendiri tanpa
ada rasa keterpaksaan dan merasa adanya beban dalam melakukan hal tersebut. Apabila melakukan shalat tahajjud dengan rasa adanya tekanan maka akan
menimbulkan gannguan irama sikardian dan beban yang lain dari masalah yang ada. Bahkan Reichlin 1992 dalam Sholeh 2007 menyatakan bahwa gangguan irama
sikardian akan mendatangkan stress. Salah satu faktor yang terpenting dalam penjelasan gejala stres adalah
penggunaan strategi penanggulangan adaptif coping mechanism respon individu terhadap stres. Penanggulangan adaptif yang positif dan efektif dapat menghilangkan
atau meredakan stres Folkman S., Lazarus,1988. Katheryn Cance 1998 dalam Sholeh 2007 menjelaskan bahwa, pengelolaan
stres memiliki dua komponen utama, yaitu: 1 edukatif dan 2 teknik relaksasi, yang meliputi meditasi, perenungan dan umpan balik hayati. Salat tahajjud memiliki
kandungan aspek meditasi dan relaksasi yang cukup besar, dan kandungan yang dapat digunakan sebagai coping mechanism pereda stres Sholeh,2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini akan diuraikan berdasarkan tujuan penelitian dan variable-variabel shalat tahajjud dan stress.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. kerangka konsep peran shalat tahajjud dalam menghadapi stress pada mahasiswa
3.2. Variable dan Defenisi Operasional
Variabel-variabel yang akan diteliti adalah shalat tahajjud dan stress.
A. Shalat tahajjud
Shalat tahajjud adalah shalat sunat pada malam hari setelah tidur. Bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan banyaknya tak terbatas. Waktunya mulai dari
setelah mengerjakan salat isya’ sampai terbit fajar Nawawi,2006. Shalat Tahajjud
Tingkat Stress
Universitas Sumatera Utara