18
sehingga perlu dilakukan fogging fokus dengan radius 200 meter dari rumah penderita, disertai penyuluhan Wirayoga, 2013.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersierini dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat penyakit demam berdarah dengue dan melakukan rehabilitasi.
Upaya pencegahan ini dapat dilakukan sebagai berikut: membuat ruangan gawat darurat khusus untuk penderita DBD disetiap unit pelayanan
kesehatan terutama di Puskesmas agar penderita dapat penanganan yang lebih baik, transfusi darah penderita yang menunjukkan gejala perdarahan,
mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa KLB Sukohar, 2014.
2.6 Epidemiologi DBD
KLB Dengue pertama kali terjadi pada tahun 1653 di French West Indies Kepulauan Karibia, meskipun sudah lama dilaporkan di Cina yaitu
pada permulaan tahun 922 SM. Di Australia serangan penyakit DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1897, serta di Italia dan Taiwan pada
tahun 1931. KLB di Filiphina terjadi pada tahun 1953 sampai 1954, sejak saat itu serangan penyakit DBD disertai tingkat kematian yang tinggi
melanda negara di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia, Myanmar, Thailand, Singapura, Kamboja, Malaysia, dan Vietnam. Selama dua puluh
tahun kemudian, terjadi peningkatan kasus dan wilayah penyebaran DBD yang luar biasa hebatnya, dan saat ini KLB muncul setiap tahunnya di
beberapa negara di Asia Tenggara Depkes RI, 2014.
Universitas Sumatera Utara
19
Di Indonesia, penyakit DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 2010 telah menyebar di 33
provinsi dan 440 kotakabupaten. Sejak ditemukan pertama kali kasus DBD terus meningkat dan bahkan sejak tahun 2004 kasus tersebut
meningkat tajam. Kasus DBD terbanyak dilaporkan di daerah-daerah dengan tingkat kepadatan yang tinggi seperti provinsi-provinsi di Pulau
Jawa, Bali dan Sumatera Depkes RI, 2014.
2.7 Distribusi DBD
Distribusi pada penderita DBD dikelompokkan berdasarkan: 1.
Distribusi Berdasarkan Orang Selama awal tahun epidemi pada setiap negara penyakit DBD ini
kebanyakan menyerang anak-anak dan 95 kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun, namun pada berbagai negara melaporkan
bahwa kasus-kasus dewasa meningkat selama terjadi kejadian luar biasa. Kelompok risiko tertinggi meliputi anak berumur 5-9 tahun. Filipina dan
Malaysia baru-baru ini melaporkan banyak kasus berumur lebih 15 tahun, walaupun Thailand, Myanmar, Indonesia dan Vietnam tetap melaporkan
banyak kasus dibawah 14 tahun. Kasus DBD yang berumur lebih 15 tahun banyak dijumpai di Amerika daripada Asia Soegijanto, 2006.
Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 4-5 tahun kelompok umur
sekolah, tetapi pada tahun 1998 dan 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-44 tahun meningkat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, diketahui
Universitas Sumatera Utara
20
dari laporan beberapa negara bahwa kelompok wanita dengan Dengue Shock Syndrome DSS menunjukkan angka kematian yang tinggi
dibandingkan dengan kelompok laki-laki. Sedangkan untuk distribusi berdasarkan etnik, Singapura dan Malaysia pernah mencatat adanya
perbedaan angka kejadian infeksi diantara kelompok etnik Soegijanto, 2006.
2. Distribusi Berdasarkan Tempat
Tempat terjangkitnya penyakit DBD pada umumnya adalah perkotaan. Hal ini disebabkan pada daerah perkotaan penduduknya cukup
padat dan jarak antara rumah berdekatan, sehingga lebih memungkinkan terjadinya penularan penyakit DBD, mengingat jarak terbang nyamuk
Aedes aegypti 50-100 meter. Tetapi sejak tahun 1975 menurut Saroso penyakit DBD dapat berjangkit di daerah pedesaan yang padat penduduk,
keadaan ini erat hubungannya dengan mobilitas penduduk serta sarana transportasi yang semakin membaik Safinah dalam Mandriani, 2009.
Dalam kurun waktu lebih dari 35 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun
daerah penyebaran penyakit terjadi peningkatan yang pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia dan lebih dari
200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi
berkisar antara 6-30 per 100.000 penduduk Depkes RI, 2004.
Universitas Sumatera Utara
21
3. Distribusi Berdasarkan Waktu
Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas 28-32°C dengan kelembaban
yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama
disetiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai
awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun Depkes RI, 2004.
2.8 Surveilans Epidemiologi Penyakit DBD