64
laporan pelaksanaan kegiatannya tidak dapat dilampirkan oleh karena ketidaktersediaan data dari dinas kesehatan.
Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi PE dilakukan sebagai salah satu upaya pemberantasan dengan pelaksanaan program pencegahan dan
pemberantasan yang efektif, kebijakan dan komitmen PSN DBD yang mantap, serta manajemen yang efektif yang akhirnya dapat mencegah penyebaran DBD
sehingga dapat menekan terjadinya kasus lebih lanjut.
5.7.2 Fogging Fokus FF
Fogging Fokus adalah kegiatan penyemprotan insektisida dan PSN DBD serta penyuluhan pada masyarakat sekitar kasus dengan radius 200 meter,
dilaksanakan 2 siklus dengan interval 1 minggu oleh petugas kesehatan. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya pengendalian vektor yang bertujuan mencegah
terjadinya KLB dengan memutus rantai penularan dilokasi terjadinya kasus DBD, yaitu dirumah penderitatersangka DBD dan lokasi sekitarnya yang diperkirakan
menjadi sumber penularan. Kegiatan Fogging Fokus di Kabupaten Karimun pada tahun 2011 – 2015
berdasarkan hasil wawancara 100 terlaksana, namun laporan pelaksanaan kegiatannya tidak dapat dilampirkan oleh karena ketidaktersediaan data dari dinas
kesehatan.
5.7.3 Angka Bebas Jentik ABJ
Angka Bebas Jentik ABJ merupakan salah satu ukuran untuk mengetahui kepadatan vektor jentik nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat
memberikan gambaran besar perkembangan vektor penyakit Demam Berdarah
Universitas Sumatera Utara
65
Dengue DBD pada suatu wilayah. Semakin banyak ditemukannya jentik, maka dapat meningkatkan risiko penularan penyakit DBD WHO, 2000 dalam Fathi
dkk, 2005. Wilayah atau lingkungan dikatakan aman dari penyakit DBD bila persentase angka bebas jentik mencapai target indikator nasional. Pencapaian
indikator angka bebas jentik nasional dalam upaya menanggulangi penularan penyakit Demam Berdarah Dengue DBD adalah lebih dari sama dengan 95
Kemenkes RI, 2014. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Karimun tahun 2011 –
2015 menunjukkan bahwa Angka Bebas Jentik ABJ di Kabupaten Karimun sudah menunjukkan peningkatan dari 77,4 pada tahun 2011 menjadi 83 pada
tahun 2015. Akan tetapi, secara umum masih belum mencapai tolok ukur angka bebas jentik nasional
≥95.
Gambar 5.11 Diagram Bar Angka Bebas Jentik ABJ di Kabupaten Karimun Tahun 2011 – 2015
77,4 86,4
80,8 71,9
83
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2011 2012
2013 2014
2015
A B
J
Tahun
ABJ
Universitas Sumatera Utara
66
Dari gambar 5.11 dapat dilihat ABJ dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2011 ABJ 77,4, pada tahun 2012 ABJ 86,4, pada tahun 2013 ABJ 80,8,
pada tahun 2014 ABJ 71,9, dan pada tahun 2015 ABJ 83. Rendahnya ABJ tersebut merupakan petunjuk bahwa kepadatan populasi
Aedes aegypti di Kabupaten Karimun masih cukup tinggi, sehingga peluang penularan penyakit DBD juga cukup besar. ABJ dapat digunakan sebagai
indikator keberhasilan dalam upaya pemberantasan jentik yang mencakup kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dan abatesasi selektif.
Guna membina peran serta masyarakat secara lebih efektif, maka kegiatan pembinaannya dikoordinasikan oleh kelompok kerja pemberantasan penyakit
DBD di desa atau kelurahan. Rendahnya upaya penggerakan dapat diakibatkan oleh rendahnya
komitmen kepala wilayahdaerah terhadap kegiatan PSN DBD, kurangnya kemampuan petugas dalam melakukan kerjasama lintas sektoral dalam
mengkoordinasikan kegiatan pokjanal DBD. Akibat kurang efektifnya gerakan PSN DBD maka kepadatan populasi nyamuk penular DBD akan tetap tinggi,
sehingga penularan penyakit DBD dapat terus berlangsung.
5.8 Hubungan Hasil Kegiatan Program P2DBD dengan Insiden Rate IR DBD