52
CFR mengalami penurunan menjadi 2,0 dan tahun 2015 menjadi 1,9. Dari data tersebut terlihat ada penurunan CFR dapat diasumsikan bahwa penanganan
kasus DBD di Kabupaten Karimun semakin membaik, namun jika dibandingkan dengan targetindikator nasional CFR 1 maka CFR DBD di Kabupaten
Karimun masih diatas angka indikator nasional, untuk itu perlu lebih meningkatkan manajemen kasus terutama dalam penatalaksanaan kasus DBD di
Puskesmas dan Rumah Sakit.
5.2 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Orang a. Berdasarkan Umur
Gambar 5.3 Diagram Bar Penderita DBD Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Karimun Tahun 2011 – 2015
Berdasarkan gambar 5.3 dapat diketahui bahwa dari tahun 2011 – 2015 kasus DBD di Kabupaten Karimun pada kelompok umur 15 tahun sebanyak 884
penderita 85,4 dan kelompok umur ≥15 tahun sebanyak 151 penderita
14,6.
85,4
14,6 20
40 60
80 100
15 ≥ 15
P ro
p o
rs i
Umur
Proporsi Penderita DBD
Proporsi Penderita
Universitas Sumatera Utara
53
Dapat dilihatpula bahwa golongan umur 15 tahun di Kabupaten Karimun mempunyai resiko lebih besar terkena penyakit DBD dibanding dengan kelompok
umur lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil pemantauan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa 66 penderita DBD di Kota Yogyakarta terjadi
pada anak-anak usia 15 tahun. Kelompok umur tersebut atau lebih tepatnya adalah anak-anak, lebih rentan terkena DBD karena faktor daya tahan tubuh yang
masih rendah Dinkes Kota Yogyakarta, 2010, dan aktivitas rutin sehari-hari yang rata-rata berada didalam gedung atau ruang sekolah, dengan mobilitas yang
tinggi dan banyak bertemu dengan orang lain atau teman lain di sekolah atau tempat bermain.
b. Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 5.4 Diagram Bar Insiden Rate IR Penderita DBD Berdasarkan
Jenis Kelamin di Kabupaten Karimun Tahun 2011 – 2015
Dari gambar 5.4 diatas, jika dibandingkan dengan tolok ukur nasional ≤
51 per 100.000 penduduk, maka di tahun 2015 Insiden Rate IR penyakit DBD di Kabupaten Karimun masih berada diatas target tersebut. Pada tahun 2011
46,3 31,1
41,6 201,2
166,2
58,7 36,3
34,2 147,3
160,4
50 100
150 200
250
2011 2012
2013 2014
2015
Tahun
Laki-laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
54
Insiden Rate IR pada laki-laki sebesar 46,2 per 100.000 penduduk sedangkan Insiden Rate IR pada perempuan sebesar 58,7 per 100.000 penduduk, pada
tahun 2012 Insiden Rate IR pada laki-laki sebesar 31,1 per 100.000 penduduk sedangkan Insiden Rate IR pada perempuan sebesar 36,3 per 100.000 penduduk,
pada tahun 2013 Insiden Rate IR pada laki-laki sebesar 41,6 per 100.000 penduduk sedangkan Insiden Rate IR pada perempuan sebesar 34,2 per 100.000
penduduk, pada tahun 2014 Insiden Rate IR pada laki-laki sebesar 201,1 per 100.000 penduduk sedangkan Insiden Rate IR pada perempuan sebesar 147,3
per 100.000 penduduk, dan pada tahun 2015 Insiden Rate IR pada laki-laki sebesar 166,2 per 100.000 penduduk sedangkan Insiden Rate IR pada
perempuan sebesar 160,4 per 100.000 penduduk.
Gambar 5.5 Diagram Bar Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Karimun Tahun 2011 – 2015
Dari gambar 5.5 diatas, dapat diketahui distribusi proporsi penderita DBD menurut jenis kelamin selama 5 tahun 2011 – 2015 di Kabupaten Karimun,
menunjukkan bahwa penduduk laki-laki dan perempuan mempunyai resiko yang
45,3 47,4
56 59
52 55
53 44
41,3 48
10 20
30 40
50 60
70
2011 2012
2013 2014
2015
P ro
p o
rs i
Tahun
Laki-laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
55
tidak berbeda untuk terkena infeksi virus Dengue. Peluang yang sama pada laki- laki dan perempuan dalam keterpaparan dan kerentanan terhadap penyakit DBD
berkaitan dengan tempat perindukan dan kebiasaan istirahat vektor nyamuk Aedes aegypti, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun tempat kerja. Selain itu juga,
pengaruh lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi keterpaparan dan kerentanan pada laki-laki maupun perempuan. Hasil penelitian
lain yang dilakukan oleh Depkes RI tahun 2008 juga menunjukkan penderita DBD pada laki-laki 53,78 hampir sama dengan perempuan 46,23
Kemenkes RI, 2010. Artinya, berdasarkan jenis kelamin tidak ada perbedaan dalam kejadian penyakit DBD Yatim, 2007.
Universitas Sumatera Utara
56
5.3 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Tempat Gambar 5.6 Diagram Bar Insiden Rate IR Penderita DBD Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Karimun Tahun 2011 –
2015
51,2 28
154,3 190,4
2,8 22,3
88,8
5,5 77,3
27,1 68,5
22,6 64,1
34 106
75,7 21,4
17 8,5
11,8 11
16 334
248,4 172,3
331
100
17,3 18
33,5 33,1
167 266,1
127 131,5
44,9 254
8,6 29,3
259,1
135,6
50 100
150 200
250 300
350
Karimun Meral
Meral Barat Tebing
Buru Kundur
Ungar Kundur
Utara Belat
Kundur Barat
Moro Durai
Kecamatan
Insiden Rate Per 100.000
2011 2012
2013 2014
2015
Universitas Sumatera Utara
57
Dari gambar 5.6 diatas dapat dilihat bahwa Insiden Rate IR DBD di Kabupaten Karimun selama 5 tahun terakhir tahun 2011 – 2015 bervariasi
diantara kecamatan yang ada. Insiden Rate IR tertinggi pada tahun 2011 yaitu pada Kecamatan Buru 190,4 per 100.000 penduduk, pada tahun 2012 Insiden
Rate IR tertinggi yaitu pada Kecamatan Karimun 77,3 per 100.000 penduduk, tahun 2013 Insiden Rate IR tertinggi yaitu pada Kecamatan Meral Barat 106,4
per 100.000 penduduk, pada tahun 2014 Insiden Rate IR tertinggi yaitu pada Kecamatan Karimun 334 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2015 Insiden Rate
IR tertinggi yaitu pada Kecamatan Meral 266,1 per 100.000 penduduk. Sedangkan Insiden Rate IR terendah pada tahun 2011 – 2015, terdapat pada
Kecamatan Ungar dan Kecamatan Belat dengan masing-masing tahun IRnya adalah 0.
Jika dilihat Insiden Rate IR tiap kecamatan mulai dari tahun 2011 – 2015 dan IRnya dibandingkan dengan target indikator nasional
≤ 51 per 100.000 penduduk, maka kecamatan yang tidak mencapai target indikator nasional pada
tahun 2011 adalah Kecamatan Karimun, Tebing, Buru, dan Kecamatan Kundur Barat. Pada tahun 2012 yaitu Kecamatan Karimun dan Kecamatan Tebing. Pada
tahun 2013 yaitu Kecamatan Karimun, Meral Barat dan Kecamatan Tebing. Pada tahun 2014 yaitu Kecamatan Karimun, Meral, Meral Barat, Tebing dan
Kecamatan Kundur. Sedangkan pada tahun 2015 kecamatan yang tidak mencapai target indikator nasional yaitu Kecamatan Karimun, Meral, Meral Barat, Tebing,
Kundur, Moro dan Kecamatan Durai.
Universitas Sumatera Utara
58
Kecamatan yang dapat mencapai target indikator nasional pada tiap tahunnya mulai dari tahun 2011 – 2015 hanyalah Kecamatan Ungar dan
Kecamatan Belat, sedangkan kecamatan lainnya tidak dapat mencapai target indikator nasional pada tiap tahun selama periode 5 tahun terakhir tahun 2011 –
2015.
Gambar 5.7 Diagram Bar Penderita DBD Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Karimun Tahun 2011 – 2015
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut, karena pada tempat yang
tinggi dengan suhu yang rendah siklus perkembangan Aedes aegypti tidak sempurna Enny, 2004.
Kabupaten Karimun berada pada tempat dengan ketinggian 20 – 500 meter dari permukaan air laut, jadi sangat berpotensi sebagai tempat untuk
perkembangan nyamuk Aedes aegypti. Kabupaten Karimun terdiri dari 12 kecamatan dan 71 kelurahandesa.
Berdasarkan gambar 5.7 dapat diketahui dalam 5 tahun terakhir ada 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Karimun terjangkit penyakit DBD dan 2
29,9 23,7
4,6 19
2,3 11
0,8 2,4
5,2 1,1
5 10
15 20
25 30
35
P ro
p o
rs i
Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
59
kecamatan yang tidak pernah ada penyakit DBD. Adapun kecamatan yang tertinggi adalah pada Kecamatan Karimun 29,9 dari 309 kasus. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa Kecamatan Karimun merupakan daerah yang cukup padat dengan letak kecamatan yang merupakan pintu masuk bagi daerah lain, sementara
itu 2 kecamatan yang tidak pernah ada penyakit DBD yaitu Kecamatan Ungar dan Kecamatan Belat. Hal ini dapat diasumsikan bahwa kecamatan tersebut
merupakan daerah yang jauh dari kota dan merupakan daerah potensial bukan daerah endemis DBD.
5.4 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Waktu a. Berdasarkan Bulan