Sistem Informasi Keuangan Daerah

10 dalam melaksanakan otonomi daerahnya, kecuali untuk urusan pemerintahan yang telah diatur dalam undang-undang. Hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dilaksanakan secara adil dan selaras sesuai dengan undang-undang yang berlaku saat ini.

2.2 Sistem Informasi Keuangan Daerah

Sistem adalah satu set komponen-komponen yang saling terhubung dan bekerja sama demi tercapainya suatu tujuan O’brien, 2011. Sistem biasanya terdiri atas beberapa subsistem yang masing-masing melakukan fungsi khusus yang penting untuk mendukung sistem yang lebih besar lagi. O’brien 2011 secara sederhana menjelaskan bahwa sistem informasi adalah suatu kombinasi yang terorganisir terdiri dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data serta alat kebijakan dan prosedur untuk menyimpan, mengambil, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi. Ditambahkan pula oleh Wilkinson 2000 yang menyatakan bahwa sistem informasi dimaksudkan untuk menyediakan informasi kepada spesifik users. Sistem informasi keuangan daerah atau yang biasa disebut dengan SIKD adalah sebuah aplikasi terpadu yang digunakan oleh pemerintahan sebagai alat bantu bagi pemerintah daerah yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang didasari atas asas efisiensi, ekonomis, transparan, akuntabel, dan auditabel . Di dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan Universitas Sumatera Utara 11 pemerintah daerah pasal 103 dijelaskan bahwa informasi yang dimuat didalam sistem informasi keuangan daerah adalah data yang terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti bahwa pemerintahan daerah dituntut untuk memberikan akses yang luas dan semudah-mudahnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi atas laporan keuangan pemerintah daerah, misalnya dengan mempublikasian laporan keuangan pemerintah daerah di internet melalui website resmi pemerintahan daerah. Pasal 101 menyatakan bahwa tujuan dari pemerintah daerah dalam hal melaksanakan Sistem Informasi Keuangan Pemerintah Daerah secara nasional adalah : 1. Merumuskan kebijakan dan pengendalian fiskal. 2. Menyajikan informasi keuangan daerah secara nasional. 3. Merumuskan kebijakan keuangan daerah seperti, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan pengendalian atas defisit anggaran. 4. Melakukan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi pendanaan desentralisasi daerah dan defisit anggaran daerah. Demi menindaklanjuti pelaksanaan atas Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 65 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Sistem Informasi Keuangan Daerah. PP tersebut menyatakan bahwa informasi keuangan daerah adalah informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah yang harus disampaikan oleh pemerintahan daerah dan harus memenuhi prinsip-prinsip yang akurat, relevan, dan dapat Universitas Sumatera Utara 12 dipertanggungjawabkan. Informasi atas laporan keuangan yang telah diolah dan didokumentasikan haruslah dapat disajikan kepada mayarakat. Informasi tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh pemerintahan daerah terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam PP Nomor 65 Tahun 2010 Pasal 4 yang mengatur tentang pelaksanaan pelaporan informasi keuangan oleh daerah kepada pemerintah haruslah mencakup: 1. APBD dan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota. 2. Neraca daerah. 3. Laporan arus kas. 4. Catatan atas laporan keuangan daerah. 5. Dana dekosentrasi dan dana tugas pembantuan. 6. Laporan keuangan pemerintah daerah. 7. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal. 8. Kapasitas fiskal daerah. Informasi atas laporan keuangan tersebut harus disampaikan kepada menteri keuangan dan menteri dalam negeri. Dalam penyampaiannya, pelaporan informasi keuangan daerah dilakukan secara berkala melalui dokumen tertulis atau media lainnya. Pemerintahan daerah juga berkewajiban untuk menyajikan transparansi informasi keuangan daerah kepada masyarakat. Dalam hal ini, media yang dianggap paling efisien dalam Universitas Sumatera Utara 13 penyampaian informasi laporan keuangan pemerintah daerah adalah melalui website resmi pemerintahan daerah dengan media internet.

2.3 Stakeholder Theory

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tipe Pemda, Opini BPK, dan Jumlah Penduduk Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

3 15 87

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 11

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 7

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 26

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 4

Pengaruh Persaingan Politik, Tipe Pemda, Ukuran Pemda, dan Opini BPK terhadap Publikasi Laporan Keuangan pada Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 19

Pengaruh Tipe Pemda, Opini BPK, dan Jumlah Penduduk Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 11

Pengaruh Tipe Pemda, Opini BPK, dan Jumlah Penduduk Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Tipe Pemda, Opini BPK, dan Jumlah Penduduk Terhadap Transparansi Informasi Keuangan di Website Resmi Pemerintahan Daerah di Indonesia

1 1 9