Hapusnya Hak Tanggungan Tinjauan Yuridis Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Yang Objeknya Tanah Dengan Status Hak Guna Usaha Pada Bank Sumut Cabang Medan

Bentuk Sertipikat Hak Tanggungan, diatur lebih lanjut dalam Pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1996 tentang Bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak Tanggungan, Buku Tanah Hak Tanggungan, dan Sertipikat, bahwa Sertipikat Hak Tanggungan itu terdiri atas salinan Buku Tanah Hak Tanggungan dan salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan, yang dibuat oleh Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat dan dijahit menjadi satu dalam sampul dokumen dengan bentuk sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1996.

D. Hapusnya Hak Tanggungan

Hapusnya Hak tanggungan diatur dalam Pasal 18 sampai dengan 19 UUHT, yang dimaksud dengan hapusnya Hak Tanggungan adalah tidak berlakunya lagi Hak Tanggungan. Ketentuan Pasal 18 ayat 1 UUHT dinyatakan bahwa hak tanggungan berakhir atau hapus karena beberapa hal sebagai berikut: 44 1. Hapus utang yang dijamin dengan hak tanggungan, sebagai hak accessoir menjadi hapus. Hal ini terjadi karena adanya hak tanggungan tersebut adalah untuk menjamin pelunasan dari utang debitur menjadi perjanjian pokoknya. Dengan demikian, hapusnya utang tersebut juga mengakibatkan hapusnya hak tanggungan. 44 Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan,Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal.79-82. Universitas Sumatera Utara 2. Dilepaskannya hak tanggungan tersebut oleh pemegang hak tanggungan, dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis mengenai hal dilepaskannya hak tanggungan kepada pemberi hak tanggungan. 3. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan suatu penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri 4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan Walaupun hak atas tanah itu hapus, namun pemberian Hak Tanggungan tetap berkewajiban untuk membayar hutangnya. Hapusnya Hak Tanggungan yang dilepas oleh pemegang Hak Tanggungan dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis, mengenai dilepaskannya Hak Tanggungan tersebut oleh pemegang Hak Tanggungan kepada pemberi Hak Tanggungan. Hapusnya Hak Tanggungan karena pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan pringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri terjadinya karen permohonan pembeli hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan tersebut agar hak atas tanah yang dibelinya itu dibersihkan dari beban Hak Tanggungan. Sedangkan persyaratan untuk hapusnya Hak Tanggungan adalah: 45 1. Surat Permohonan dari pemegang hak atau kuasanya. 2. Identitas diri pemegang hak dan atau kuasanya fotocopy KTP yang dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang 3. Sertipikat Hak Atas Tanah 4. Sertipikat Hak Tanggungan. 5. Concent Roya, apabila tidak diserahkan sertipikat Hak Tanggungan. 45 http:myrizal-76.blogspot.co.id201108komentar-singkat-tentang-hak- tanggungan.html diakses tanggal 1 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 6. Surat Keterangan tentang hapusnya HT yang dibuktikan dengan: a. Pernyataan dari kreditor bahwa hutangnya telah lunas, atau b. Risalah lelang, atau c. Pembersihan HT berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan, atau Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan. Setelah Hak Tanggungan hapus, Kantor Pertanahan mencoret catatan Hak Tanggungan tersebut pada buku hak atas tanah dan sertipikatnya. Dengan hapusnya Hak Tanggungan, sertipikat Hak Tanggungan yang bersangkutan dicabut bersama-sama buku-tanah Hak Tanggungan serta dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Kantor Pertanahan. Universitas Sumatera Utara BAB IV KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG OBJEKNYA TANAH DENGAN STATUS HAK GUNA USAHA PADA BANK SUMUT CABANG MEDAN A. Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan yang Objeknya Hak Guna Usaha pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Pembebanan Hak Tanggungan didahului dengan perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum hutang piutang yang dijamin pelunasannya, yang merupakan perjanjian pokoknya. Hal ini adalah sebagai mana tersebut dalam Pasal 10 ayat 1 UUHT yang menyatakan bahwa pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai mana jaminan pelunasan hutang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjanjian hutang piutang yang bersangkutan. Ketentuan Pasal 10 ayat 2 UUHT pemberian Hak Tanggungan yang wajib dihadiri oleh pemberi Hak Tanggungan, pemegang Hak Tanggungan dan dua orang saksi, dilakukan dengan pembuatan APHT yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT sesuai peraturan Perundang-undangan yang berlaku. APHT yang dibuat oleh PPAT tersebut merupakan akta otentik. Pasal 11 ayat 1 UUHT disebutkan hal-hal yang wajib dicantumkan dalam APHT, yaitu: 46 a. Nama dan identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan; b. Domisili pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada angka 1, dan apabila diantara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia, baginya harus pula dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia. Penunjukan secara jelas 46 Adrian Sutedi, Op.Cit., hal 91 Universitas Sumatera Utara hutang atau hutang-hutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan dan meliputi juga nama dan identitas debitur yang bersangkutan; c. Nilai tanggungan; d. Uraian yang jelas mengenai objek Hak Tanggungan.2 Selanjutnya APHT dan Blangko permohonan pemberian Hak Tanggungan didaftarkan ke Badan Pertanahan Nasional BPN melalui bagian pendaftaran tanah untuk penerbitan sertifikat Hak Tanggungan oleh BPN. Pelaksanaan pembebanan Hak Tanggungan atas tanah biasanya didahului dengan adanya perjanjian pokok yaitu perjanjian utang-piutang atau disebut juga dengan perjanjian kredit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT. Bank Sumut Cabang Medan, dimana bank tersebut pernah menerima jaminan berupa tanah dengan status Hak Guna Usaha, yang dijadikan jaminan dalam perjanjian kredit Pelaksanaan pemberian kredit, PT. Sumut Cabang Medan tetap berpegang pada asas perkreditan yang sehat dan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Perbankan, menegaskan bahwa sebelum merealisasikan kreditnya bank wajib mempunyai keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan calon debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan apa yang diperjanjikan berdasarkan analisis yang mendalam. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian diperoleh mengenai pembebanan Hak Tanggungan atas tanah Hak Guna Usaha di PT. Bank Sumut Cabang Medan antara lain : 47 1. Tahap perjanjian utang piutang a. Calon debitur datang ke PT. Bank Sumut Cabang Medan dan mengisi permohonan kredit secara lengkap pada formulir yang telah disediakan pihak bank, dengan dilampiri data, antara lain meliputi : Foto copy identitas debitur, seperti Kartu Tanda Penduduk KTP debitur beserta istri suami dan Kartu Tanda Penduduk KTP penjamin beserta suami istri, Akta Nikah, Kartu Keluarga, Surat Bukti Kewarganegaraan SBKRI, Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan ganti nama jika debiturpenjamin Warga Negara Keturunan. Hal ini diperlakukan jika debitur adalah debitur perorangan. b. Jika debitur adalah Badan UsahaBadan Hukum, ditambahkan dengan Akta Pendirian berikut perubahannya, sampai perubahan yang terakhir. Hal ini untuk menentukan siapakah yang berhak mewakili Badan Usaha Badan Hukum, baik dalam meminjam uang maupun menjaminkan. Berkaitan dengan hal ini pihak bank biasanya meminta agar debitur membuat pernyataan bahwa akta-akta yang diserahkan adalah akta yang berlaku sampai perubahan terakhir pada badan UsahaBadan Hukum tersebut serta membebaskan pihak bank bila ternyata ada kekeliruan dalam hal siapa yang mewakili Badan Usaha Badan Hukum tersebut, karena memang akta yang diserahkan pada bank tidak lengkap. 47 Hasil wawancara dengan M. Asral Nasution, selaku Pimpinan Divisi Sumber Daya Manusia Bank Sumut Kantor Pusat, 3 Juni 2015 Universitas Sumatera Utara c. Laporan keuangan 3 tiga bulan terakhir. d. Foto copy sertifikat jaminan, berikut foto copy IMB dan PBB tahun terakhir yang telah dibayarkan e. Foto copy izin usaha 2. Tahap pengikatan jaminan Tahap pengikatan jaminan yang berupa Hak Tanggungan dihadapan PPAT yang ditunjuk oleh pihak bank, yaitu dengan dibuatnya APHT dalam bentuk akta otentik. Pengikatan kredit harus diikuti dengan proses pemberian Hak Tanggungan, yaitu dengan dibuatkannya APHT. Dalam pembuatan APHT, pemberi Hak Tanggungan wajib hadir secara langsung untuk menandatangani APHT tersebut. Hal ini menyangkut kewenangannya untuk melakukan perbuatan hukum terhadap tanah yang akan dibebankan Hak Tanggungan, meskipun kepastian kewenangan tersebut baru dipersyaratkan pada waktu pendaftaran Hak Tanggungan di Kantor Pertanahan, baik itu dilakukan untuk diri sendiri, bertindak berdasarkan kuasa, atau bertindak berdasarkan persetujuan suamiisteri untuk menjamin harta bersama. 3. Tahap proses pendaftaran Hak Tanggungan oleh Kantor Pertanahan, yang merupakan saat lahirnya Hak Tanggungan yang dibebankan. Sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam Pasal 13 UUHT, maka pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan, karena hal ini merupakan syarat mutlak untuk lahirnya Hak Tanggungan dan mengikatnya terhadap pihak ketiga. Tidaklah adil bagi pihak ketiga untuk terkait dengan pembebanan suatu Hak Tanggungan atas suatu obJek Hak Tanggungan Universitas Sumatera Utara apabila pihak ketiga tidak dimungkinkan untuk mengetahui tentang pembebanan itu. Hanya dengan cara pencatatan atau pendaftaran yang terbuka bagi umum yang memungkinkan pihak ketiga dapat mengetahui tentang adanya pembebanan Hak Tanggungan atas suatu hak atas tanah. Proses pendaftaran ini, setelah APHT dan warkah lainnya diterima oleh Kantor Pertanahan, maka akan dibuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku hak atas tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan, serta menyalin catatan tersebut pada sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan. Berdasarkan Pasal 13 ayat 4 dan 5 UUHT, Hak Tanggungan lahir pada tanggal dibuatnya buku tanah, ini berarti bahwa sejak hari, tanggal itulah kreditur resmi menjadi pemegang Hak Tanggungan, dengan kedudukan yang istimewa droit de preference dan droit de suite. Sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan, maka Kantor Pertanahan akan menerbitkan sertipikat Hak Tanggungan dan kemudian diserahkan kepada pemegang Hak Tanggungan dalam hal ini kreditur sedangkan sertipikat hak atas tanah diserahkan kepada pemilik tanah, namun demikian dalam praktiknya sertipikat hak atas tanah tidak dipegang oleh pemilik tanah melainkan oleh pemegang Hak Tanggungan demi keamanan modal dan kepastian pengembalian pinjamannya apabila debitur wanprestasi. 4. Tahap keputusan pemberian kredit Keputusan kredit baik yang telah disetujui maupun ditolak oleh bank, diberitahukan oleh Account Officer untuk disampaikan kepada calon debitur. Terhadap kredit yang telah disetujui oleh bank dan calon debitur marketing akan membuat Surat Persetujuan Kredit yang berisi uraian jenis kredit, plafond, provisi Universitas Sumatera Utara dan administrasi, biaya-biaya lain seperti biaya materai, biaya taksasi, asuransi serta biaya notaris. Selain itu dalam Surat persetujuan pemberian kredit juga diuraikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh debitur juga uraian tentang berapa jumlah Hak Tanggungan yang akan dipasang. Terhadap kredit yang ditolak, marketing memberitahukan keputusan komite kredit beserta alasan penolakannya, dan terhadap semua data yang telah diterima dari calon debitur, wajib dikembalikan kembali kepada calon debitur. 5. Tahap persetujuan pemberian kredit Setelah Persetujuan Pemberian Kredit tersebut diberitahukan dan disetujui oleh calon debitur, maka seluruh berkas pengajuan kredit berikut Persetujuan Pemberian Kredit diserahkan kepada Legal Officer untuk dilakukan pengikatan kredit dan pengikatan jaminan secara notariil, melalui Notaris PPAT yang ditunjuk oleh pihak bank. 6. Penandatanganan akad kreditperjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatangan dilaksanakan : a. Antara kreditur dengan debitur secara langsung atau b. Dengan melalui notaris. Universitas Sumatera Utara 7. Realisasi kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. 8. Penyaluran atau penarikan dana Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap. 48 Kebijakan Perkreditan Bank sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27162KEPDIR, tanggal 31 maret 1995 tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank bagi Bank Umum sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagaiman ditetapkan dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksaan Perkreditan Bank, sebagai berikut : a. Prinsip Kehati-hatian dalam perkreditan. b. Organisasi dan manajemen perkreditan. c. Kebijaksanaan persetujuan kredit. d. Dokumentasi dan administrasi kredit. e. Penyelesaian kredit bermasalah. Setelah melalui tahapan-tahapan pelaksanaan pemberian kredit usaha rakyat tersebut, maka secara otomatis perjanjian kredit telah lahir setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak debitur dan bank, dimana 48 Hasil wawancara dengan M. Asral Nasution, selaku Pimpinan Divisi Sumber Daya Manusia Bank Sumut Kantor Pusat, 3 Juni 2015. Universitas Sumatera Utara debitur sudah menerima penyerahan uang atas pinjamannya dari pihak bank. Hal ini sesuai dengan sifat perjanjian itu sendiri yaitu konsensuilobligatoir. Sifat konsensuil dari perjanjian itu ada setelah tercapai kesepakatan diantara pihak bank dengan debitur yang dituangkan dalam bentuk penandatanganan perjanjian kredit itu sendiri, sedangkan sifat obligatoir terlihat dengan adanya hak dan kewajiban yang timbul karena adanya perjanjian tersebut. Atas lahirnya perjanjian kredit maka secara otomatis lahir pula hubungan hokum antara keduanya yaitu nasabah debitur dan pihak bank sebagai kreditur. Hubungan hukum pada perjanjian itu mengawali adanya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang berbeda satu sama lainnya. Bagi pihak bank kewajiban yang dimilikinya merupakan hak yang harus diterima oleh debiturnya, begitu juga sebaliknya. B. Kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Menggunakan Hak Tanggungan yang Objeknya Hak Guna Usaha pada Bank Sumut Cabang Medan Permasalahan di dalam pemberian kredit terutama pada kredit dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang objeknya HGU pada PT. Bank Sumut Cabang Medan pada umumnya adalah ketidaklancaran debitur dalam pengembalian pinjamannya. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa kendala dalam pelaksanaan perjanjian kredit menggunakan hak tanggungan yang objeknya hak guna usaha pada Bank Sumut Cabang Medan, antara lain : 49 49 Hasil wawancara dengan M. Asral Nasution, selaku Pimpinan Divisi Sumber Daya Manusia Bank Sumut Kantor Pusat, 3 Juni 2015 Universitas Sumatera Utara 1. HGU dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain melalui i jual-beli, ii tukar-menukar, iii penyertaan dalam modal, iv hibah, dan v pewarisan. 2. Tanah yang dijaminkan jangka waktu akan berakhir. 3. Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, oleh pemegang Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik sebelum jangka waktu berakhir karena alasanalasan tertentu, yaitu : a. Tidak dipenuhinya kewajiban oleh pemegang hak; b. Tidak dipenuhinya syarat atau kewajiban yang tertuang dalam perjanjian pemberian HGU antara pemegang HGU dan pemegang Hak Milik atau dengan pejanjian penggunaan Hak Pengelolaan tanah; c. Adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap Kendala-kendala yang sering terjadi dalam pemberian kredit Hak Guna Usaha adalah terjadinya wanprestasi dari pihak debitur. Keadaan-keadaan yang dapat dikatakan debitur wanprestasi adalah dimana debitur tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana yang diperjanjikan, seperti debitur tidak membayar angsuran bulanannya ataupun jumlah angsuran bulanannya kurang dari jumlah yang telah ditetapkan dalam perjanjian kredit dan atau tidak melunasi kewajiban angsuran bulanannya menurut batas waktu yang ditetapkan. 50 50 Ibid Universitas Sumatera Utara C. Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Menggunakan Hak Tanggungan yang Objeknya Hak Guna Usaha pada Bank Sumut Cabang Medan Pemenuhan prestasi merupakan hakekat dari perikatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1234 KUHPerdata yang berbunyi:”Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.” debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk berprestasi kepada kreditur dapat disebabkan dua kemungkinan alasan, yaitu pertama, karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban maupun karena kelalaian. Kedua, karena keadaan memaksa overmarcht di luar kemampuan debitur, debitur tidak bersalah. Dalam hal debitur tak dapat memenuhi prestasi dan ada unsur salah pada dirinya, maka dapat dikatakan debitur dalam keadaan wanprestasi. Hak dan kewajiban masing-masing pihak yang telah disebutkan diatas apabila dihubungkan dengan Pasal 1234 KUHPerdata, jika para pihak tidak berprestasi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya, maka pihak yang tidak melaksanakan kewajiban dikatakan dalam wanprestasi. Menurut Subekti bentuk wanprestasi yang dapat dilakukan oleh debitur dapat berupa tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya yaitu apabila debitur tidak memenuhi syarat-syarat efektif penarikan kredit yang ditentukan. 51 Sedangkan bentuk wanprestasi yang dapat dilakukan di PT. Sumut Cabang Medan dapat berupa tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya yaitu 51 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermassa, Jakarta, 2010, hal 91 Universitas Sumatera Utara apabila debitur telah memenuhi syarat-syarat efektif penarikan kredit yang ditentukan, tetapi PT. Sumut Cabang Medan tidak jadi merealisasikan kredit. Berkaitan dengan bentuk wanprestasi maka akibat hukum wanprestasi seorang debitur menurut Subekti ada empat macam: 52 1. Membayar kerugian yang diderita kreditur atau ganti rugi; 2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian 3. Peralihan risiko; 4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim. Penyelesaian wanprestasi terkait perjanjian kredit menggunakan Hak Tanggungan yang objeknya HGU di PT. Bank Sumut Cabang Medan, pertama kali yang dilakukan adalah dengan musyawarah, yakni melalui musyawarah dengan debitur. Dimana musyawarah tersebut diharapkan akan tercapai mufakat untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam perjanjian kredit antara kreditur dengan debitur. 53 Faktor waktu penyelesaian kewajiban oleh debitur menjadi ukuran dari kualitas tersebut. Kategori “Kredit lancar” berarti debitur lancar dalam membayar angsuran pokok danatau kurang bunga. Kategori “Kurang lancar” berarti terdapat angsuran pokok danatau bunga dari 90 hari sampai kurang dari 180 hari. Apabila ada perbaikan angsuran pokok dan atau bunga dari debitur sebelum jatuh tempo maka kualitas kredit meningkat menjadi lancar. Kategori “pengawasan khusus” berarti terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga kurang dari 90 hari. 52 Hasil wawancara dengan M. Asral Nasution, selaku Pimpinan Divisi Sumber Daya Manusia Bank Sumut Kantor Pusat, 3 Juni 2015. 53 Hasil wawancara dengan M. Asral Nasution, selaku Pimpinan Divisi Sumber Daya Manusia Bank Sumut Kantor Pusat, 3 Juni 2015. Universitas Sumatera Utara Apabila ada perbaikan angsuran pokok danatau bunga dari debitur sebelum jatuh tempo maka kualitas kredit meningkat menjadi lancar. Kategori “ diragukan” berarti terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga dari 180 hari sampai kurang dari 270 hari. Apabila ada perbaikan angsuran pokok dan atau bunga dari debitur sebelum jatuh tempo maka kualitas kredit menjadi lancar. Kategori “mancet” berarti terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga lebih dari 270 hari. Dalam kredit mancet apabila ada perbaikan angsuran dari debitur atau melunasi tunggakan tepat jatuh tempo maka kredit mancet akan meningkat kualitasnya hanya sampai pada kurang lancar, setelah 3 tiga bulan berturut-turut mengangsur sesuai perjanjian, kredit mancet baru bisa dikatakan lancar. Tindakan yang dilakukan terhadap PT. Bank Sumut Cabang Medan terhadap kategori diatas tetap mengedepankan asas kekeluargaan dan secara administrasi perkreditan. Tindakan pertama-tama secara langsung menagih terus- menerus, pemanggilan debitur dan melalui program pembinaan kredit dengan menyelidiki faktor apa yang menyebabkan keterlambatan pembayaran tersebut dan juga berusaha untuk memulihkan usaha debitur dengan cara mencarikan jalan keluar yang terbaik. Di PT. Bank Sumut Cabang Medan juga dapat melakukan upaya penyelamatan kredit dengan : 1. Penjadwalan kembali Resceduling Upaya berupa melakukanperubahan syarat-syarat yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali kredit atau jangka waktu kredit, termasuk masa tenggang, baik perubahan besarnya angsuran jumlah angsuran maupun tidak.Hal ini ditempuh dengan tujuan memberikan kemudahan dan keringanan Universitas Sumatera Utara bagi debitur yang mengalami kesulitan, hambatan dalam mengembalikan kredit beserta bunganya kepada PT. Bank Sumut Cabang Medan berusaha mengubah komposisi klausul-klausul yang berkaitan dengan perjanjian kredit juga mengenai jangka waktu. 2. Persyaratan kembali reconditioning Upaya berupaya melakukan perubahan atas seluruh syarat-syarat perjanjian kredit yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran dan jangka waktu kredit. Namun perubahan tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atau seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan. Dalam hal ini tindakan yang dilakukan PT. Bank Sumut Cabang Medan berupa keringanan atau perubahan persyaratan : a. Pembebasan bunga yaitu dalam hal nasabah dinilai tidak sanggup membayar bunga karena usaha nasabah hanya mencapai tingkat kembali pokok. b. Penundaan pembayaran bunga, yaitu bunga tetap dihitung, tetapi penagihan kepada nasabah tidak dilaksanakan sampai nasabah mempunyai kesanggupan. Atas bunga yang terutang tersebut tidak dikenakan bunga dan tidak menambah plafon kredit. c. Pengkonversian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka panjang dengan syarat lebih ringan. d. Penurunan suku bunga yaitu dalam hal nasabah masih mampu membayar bunga pada waktunya tetapi suku bunga yang dikenakan terlalu tinggi untuk tingkat aktivitas dan hasil usaha pada waktu itu. Cara ini ditempuh jika hasil Universitas Sumatera Utara operasi nasabah menunjukan laba dan likuiditas memungkinkan membayar bunga. e. Kapasitas bunga yaitu bunga dijadikan utang pokok sehingga nasabah untuk waktu tertentu tidak membayar bunga tetapi nanti utang pokoknya dapat melebihi plafon yang disetujui. Cara ini ditempuh dalam hal prospek usaha nasabah baik. 3. Penataan kembali restucturing Upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling . Tindakan penyelamatan dapat juga merupakan kombinasi misalnya rescheduling dan reconditioning rescheduling dengan restructuring, serta gabungan ketiganya. Jika penilaian PT. Bank Sumut Cabang Medan tentang kegiatan usaha debitur dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan maka perlu dilakukan tindakan penyelamatan yang sesuai kondisi perusahaan. Hal ini diperlukan pengetauan mengenai kondisi dan sebab-sebab kesulitan debitur serta prospek dimasa mendatang. Misalnya kesulitan perusahaan dalam aspek pemasaran tentang kesulitan pemasaran disebabkan mutu, model desain, dan servis maka perlu dibicarakan dengan nasabah kemungkinan untuk memperbaiki kekurangan tersebut untuk selanjutnya tindakan PT. Bank Sumut Cabang Medan yaitu dipertimbangkan tindakan rescheduling dan kalau perlu penambahan kredit. Prakteknya di PT. Bank Sumut Cabang Medan setelah dilakukan upaya penyelamatan kredit maka usaha debitur dapat segera bangkit kembali dan Universitas Sumatera Utara beroperasi sebagaimana mestinya. Jika pembinaan kredit tidak berhasil, maka PT. Bank Sumut Cabang Medan melakukan upaya penyelamatan kredit, yaitu PT. Bank Sumut Cabang Medan harus menyerahkan pengurusannya kepada pihak ketiga. Di Indonesia dikenal dengan tiga lembaga yang dapat dibebani tugas untuk menyelesaikan kredit mancet, yaitu Panitia Urusan Piutang Negara PUPN, Peradilan Umum dan Arbitrase. Tugas pokok PUPN adalah mengurusi piutang- piutang, mengawasi piutang-piutang dan melikuidasi PT. Bank Sumut Cabang Medan yang bermasalah. Tugas peradilan umum adalah memeriksa dan mengadili perkara pidana, memeriksa dan mengadili perkara perdata di tingkat perdata. Arbitrase merupakan lembaga penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan dengan menggunakan wait atau juru pisah. Lembaga ini bukan lembaga peradilan. Apabila penyelesaian sebagaimana tersebut di atas tidak berhasil dilaksanakan, pada umumnya upaya yang dilakukan bank dilakukan melalui prosedur hukum. Sehubungan dengan hal tersebut, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdapat beberapa lembaga dan berbagai sarana hukum yang dapat dipergunakan untuk mempercepat penyelesaian masalah kredit macet perbankan. Prakteknya cara yang ditempuh PT. Bank Sumut Cabang Medan, yaitu : a. Melalui penjualan objek hak tanggungan di bawah tangan Hal ini lebih menguntungkan karena bisa diperoleh harga yang lebih tinggi serta proses dan prosedurnya tidak berbelit-belit. b. Melalui Kontor Lelang PT. Bank Sumut Cabang Medan meminta langsung kepada kantor untuk menjual objek hak tanggungan yang bersangkutan dalam Universitas Sumatera Utara pelelangan umum di pihak PT. Bank Sumut Cabang Medan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil lelang kemudian dilakukan pembersihan pada jaminan, dilanjutkan pencoretan buku dan sertifikat Hak Tanggungan oleh kantor pertanahan. c. Melalui Badan Peradilan PT. Bank Sumut Cabang Medan mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan pengadilan yang menyelesaikan dan menangani kredit bermasalah yaitu peradilan umum melalui gugatan perdata dan peradilan niaga melalui gugatan kepailitan. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan