Identifikasi Sampel Simplisia Pemeriksaan Karakteristik

32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi daun buni dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1 Halaman 27.

4.2 Simplisia

Berat daun buni segar yang didapat adalah 8 kg. Berat simplisia daun buni yang didapat adalah 5,3 kg. Persen rendemennya adalah 33,75. Hal ini diakibatkan tingginya kadar air pada daun buni segar sehingga persentase kehilangan air pada daun yang sudah dikeringkan menjadi cukup tinggi.

4.3 Pemeriksaan Karakteristik

Hasil karakterisasi simplisia daun buni Antidesma bunius L. Spreng meliputi penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut asam. Hasil karakterisasi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia daun buni. No. Karakteristik Simplisia Hasil Persyaratan Depkes R.I., 1995 1. Kadar air 7,32 10 2. Kadar sari larut dalam etanol 52,70 - 3. Kadar sari arut dalam air 23,25 - 4. Kadar abu total 6,86 - 5. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,94 2 Universitas Sumatera Utara 33 Hasil penepatapan kadar air pada simplisia daun buni yaitu 7,32 yang menunjukkan kandungan air yang masih di dalam batasan minimal yang dapat ditolerir karena kandungan air yang tinggi menyebabkan ketidakstabilan ekstrak. Kadar air yang melebihi 10 dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur, serta mendorong kerusakan mutu simplisia WHO, 1992. Kadar sari yang larut dalam etanol dengan bobot persen 52,70 dan kadar sari yang larut dalam air dengan bobot persen 23,25. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dan etanol dilakukan untuk mengetahui banyak kandungan terendah senyawa yang terdapat dalam simplisia baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam etanol. Kadar abu total dengan bobot persen 6,86 dan kadar abu tidak larut dalam asam dengan bobot persen 0,94. Kadar abu menunjukkan banyaknya kandungan mineral internal abu fisiologis yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri yang terdapat didalam sampel Ditjen POM RI, 2000; WHO., 1992. Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO., 1992. Kadar abu tidak larut dalam asam memenuhi persyaratan dimana kadarnya harus tidak lebih dari 2 Ditjen POM RI, 1995.

4.4 Uji Pendahuluan