2. Pemilih Kritis
Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau seorang kontestan dalam menuntaskan permasalahan
bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis. Untuk menjadi pemilih kritis, seseorang melalui dua hal yaitu, pertama jenis pemilih
ini menjadikan nilai-nilai ideologis sebagai pinjakan untuk menentukan kepada partai mana mereka kan mengkritisi kebijakan yang berpihak dan selanjutnya mereka akan
mengkritisi kebijakan yang akan atau telah dilakukan. Kedua, bisa terjadi sebaliknya dimana pemilih tertarik dahulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai
atau kontestan pemilu, baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan paham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih ini adalah pemilih kritis
artinya mereka akan selalu menganalisa kaitan antara ideologi partai dengan kebijakan yang akan dibuat.
3. Pemilih Tradisional
Jenis pemilih ini memiliki orientasi ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai suatu yang
penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih jenis ini sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk
memilih sebuah partai politik maupun seorang kontestan. Pemilih jenis ini sangat
Universitas Sumatera Utara
mudah dimobilisasi selama masa kampanye dan mereka memiliki loyalitas sangat
tinggi. 4. Pemilih Skeptis
Pemilih ini tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi terhadap sebuah partai politik, pemilih ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan menjadi
suatu hal yang penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, mereka berkeyakinan bahwa siapa pun yang menjadi pemenang, hasilnya akan sama saja dan
tidak ada perubahan yang berarti yang dapat terjadi bagi daerah, masyarakat maupun negara.
30
F.5 Pemilihan Umum Kepala Daerah
Pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya dalam menentukan wakil-wakilnya baik di lembaga legislatif maupun
eksekutif, juga merupakan srana ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Kelahiran pemilihan kepala daerah langsung merupakan salah satu kemajuan dari
proses demokrasi di Indonesia. Melalui pemilihan umum kepala daerah secara langsung berarti mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di daerah untuk
menentukan kepala daerah maupun wakil kepala daerah yang mereka kehendaki. Pemilihan kepala daerah langsung juga merupakan salah satu bentuk penghormatan
30
Firmanzah. Op.Cit. Hal. 134-138
Universitas Sumatera Utara
terhdap kedaulatan rakyat, karena melalui pemilukada ini rakyat dengan bebas untuk menentukan pilihanya.
Proses pemilihan umum kepala daerah dilaksanakan melalui beberapa tahapan, dimulai dari tahap pendaftaran, penyaringan, penetapan pasangan calon,
rapat paripurna, pengiriman berkas pemilihan, pengesahan dan pelantikan. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, kepala
daerah dan wakil kepala daerah memiliki peranan yang sangat penting dibidang penyelenggaraan pemerintahan, pengembangan dan pelayanan masyarakat dan
bertanggung jawab sepenuhnya tentang jalanya pemerintahan daerah.
31
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai dengan Pasal 18 ayat 4 UUd 1945, dimana kepala daerah dipilih
secara demokratis, dan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat yang diajukan oleh partai politik ataupun gabungan partai politik.
Berdasarkan perkembangan hukum dan politik untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efektif dan akuntabel sesuai
dengan aspirasi masyarakat, pemilihan kepala darah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan secara lebih terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Oleh
31
Deddy Supriady Bratakusuma dan Dadang Solihin. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta. P.T.Gramedia Pusataka Utama.2002.Hal.61
Universitas Sumatera Utara
karena itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sabagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, perlu dilakukan perubahan dengan memberikan kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut serta dalam pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah.
G. Metodologi Penelitian G.1 Jenis penelitian