Perkembangan Kelapa Sawit Proses Kerja Perkebunan

3. Adopsi adoption Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. pengukuran prilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran praktik overt behavior juga dapat diukur dari hasil perilaku tersebut.

2.5 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria Afrika Barat karena pertama kali ditemukan di hutan belantara di Negara tersebut. Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda Hadi,2004.

2.5.1 Perkembangan Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang kebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah. Perkebunan kelapa sawit mulai berkembang pesat pada tahun 1969. Dengan semakin pentingnya peran kelapa sawit dalam peningkatan perekonomian rakyat, penyerapan tenaga kerja, dan sumber devisa Negara, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pengusahaan perkebunan kelapa sawit. Kebijakan- kebijakan tersebut antara lain pola Perkebunan Inti Rakyat PIR, sejak tahun Universitas Sumatera Utara 1978, pola kemitraan, pemberian kredit investasi oleh Bank Indonesia, dan pembatasan ekspor melalui penerapan pajak ekspor untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di dalam negeri Hadi,2004.

2.5.2 Proses Kerja Perkebunan

Sebagai Negara agraris pada mulanya pekerjaan perkebunan dilaksanakan secara manual dan tradisional. Pada waktu itu kebun yang dibuka masih berskala kecil dengan resiko kerja yang tidak begitu diperhatikan. Sejak perkebunan dibuka dengan skala besar penerapan teknologi mulai berkembang, baik dalam penggunaan alat-alat besar, mesin-mesin, maupun penggunaan bahan kimia untuk pemberantasan hama dan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah sesuai dengan kebutuhan jenis tanaman, resiko kerja mulai dirasakan sebagai kendala keberhasilan pembangunan perkebunan. Melalui penggunaan teknologi yang semakin lama semakin canggih inilah muncul resiko kerja disektor perkebunan yang bila tidak dikendalikan dengan upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja akan menimbulkan kerugian baik terhadap tenaga kerja itu sendiri, maupun terhadap perusahaan atau unit kerja tersebut. resiko ini dapat merupakan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor-faktor sikap manusia dalam melaksanakan pekerjaan dan faktor lingkungan kerja yang dihadapi Nurdin,2002. Menurut Nurdin 2002, untuk mengetahui gangguan kesehatan pekerja dan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi disektor perkebunan, harus diamati bagaimana metode dan proses ke pekerjaan tahap demi tahap dengan memperhatikan sikap tenaga kerja dalam melaksanakan metode kerja tersebut, Universitas Sumatera Utara baik sikap kerja terhadap penggunaan alat dan mesin, maupun sikap kerja terhadap penggunaan bahan kimia serta bagaimana prosedur, sistem kerja, dan teknis kerja yang diterapkan. Tahap demi tahap proses kerja perkebunan adalah sebagai berikut : 1. Pembibitan 2. Pembukaan lahan 3. Pemeliharaan 4. Panen

2.5.3 Lingkungan Kerja Perkebunan