74
20. Percakapan Peneliti, Gr, Au dan Al konteks peneliti bercerita dengan subjek penelitian pada saat istirahat
Peneliti : Grace kenapa sabtu enggak sekolah?
Gr : Enggak tahu ini, mamak enggak enak badan, enggak bisa diantar
kami. Peneliti
: Ooh. Aurel kenapa enggak sekolah hari sabtu? Au
: Ke rumah sakit. Al
: Aku pun ke rumah sakit. Peneliti
: Ngapain kau ke rumah sakit? Al
: Tengok kakakku. Peneliti
: Kakakmu yang mana? Al
: Kakak aku yang kedua.
Au : Tapi lebih enak aku, dikasih teman bapakku tas.
21. Percakapan Peneliti dengan Au konteks peneliti bercerita dengan anak
ketika anak sedang istirahat
Peneliti : Aurel anak ke- berapa?
Au
: Anak kesatu, adekku anak kedua.
Peneliti : Ada berapa orang kalian?
Au : Ada dua orang.
Peneliti : Dua-duanya perempuan.
Au : Iya.
Peneliti : Bapak bekerja dimana?
Universitas Sumatera Utara
75
Au : Enggak tahu.
22. Percakapan Peneliti, Ru dan Ld konteks peneliti sedang bercerita
dengan subjek penelitian ketika anak sedang belajar
Ru : Eh, semalam itu kita enggak sekolahkan? yang ada gerhana
matahari enggak bisa keluar, aku lihat gerhana matahari gini aku di kreta Lady.
Ld : Aku pas keluar apa iih sinar kali enggak bisa enggak guna itu
pakai kacamata aku, enggak guna. Peneliti
: Kenapa enggak guna pakai kacamata? Ld
: Terang kali. Peneliti
: Oh, terang kali.
23. Percakapan Peneliti dengan Al konteks peneliti sedang bercerita dengan
subjek ketika anak sedang menggambar
Al : Kak yang semalam itu kakak kok enggak datang?
Peneliti : Apa?
Al
: Semalam itu kakak kok enggak datang?
Peneliti : Iya, semalam sekolah dia Grace?
Gr : Enggak.
Peneliti : Bohong kau ya?
Al : Iya kok, sekolah aku.
Peneliti : Dimana kau duduk?
Al : Disini.
Peneliti : Ooh, enggak kakak tengok Albaik.
Universitas Sumatera Utara
76
24. Percakapan Peneliti dengan Ld konteks peneliti bertanya mengenai kesukaan subjek penelitian
Peneliti : Lady paling suka ngapain?
Ld : Paling suka menggambar.
Peneliti : Menggambar, kenapa?
Ld : Sebab, ada ide.
Peneliti : Ide itu apa?
Ld : Sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
77
Lampiran II Data Subjek Penelitian
1. Nama: Lady Rain Jemima Silaen Umur: 5 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjaan Orangtua: Karyawan Swasta
2. Nama: Aurelia Mercia Pasarbu Umur: 4,5 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjaan Orangtua:
3. Nama: Grace Lovely Ulina br. Simbolon Umur: 5 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjan Orangtua: Wiraswasta
4. Nama: Ruth Hana Mei Fani Umur: 5 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjaan Orangtua: Karyawan Swasta
5. Nama: Albaik Chan Pasaribu Umur: 4,5 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-Laki Pekerjaan Orangtua: Wiraswasta
Universitas Sumatera Utara
78
Lampiran III DAFTAR GAMBAR
Universitas Sumatera Utara
79
Universitas Sumatera Utara
63
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Cahyono, Bambang Yudi. Kristal- Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University
Press. Dardjowidjojo,Soenjono.2000.ECHA Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta:
Grasindo. Dardjowidjojo,Soenjono.2003.Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mar’at, Sa su u iyati.
9. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi Bentuk Derivasional dan Infleksional. Bandung: Refika Aditama.
Ramlan. 1965. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono- Yogyakarta. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Skripsi
Listari. . Pemerolehan Morfologi bahasa Jawa Anak Usia Lima Tahun di Desa
Siala g Pa ora Labuha Batu Selata Skripsi. Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.
Manalu, Manna Maria Sopiana .
. Pe eroleha Je is Kata Pada A ak Usia Lima Tahun di Taman Kanak- Kanak Kartika 1
— Yo Ar ed Delitua Skripsi. Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.
Siregar, Paidu .
. Pemerolehan Kata Sapaan Bahasa Batak Toba Pada Pendidikan A ak Usia Di i Skripsi. Medan : Fakultas Ilmu Budaya USU.
Universitas Sumatera Utara
64
Tesis
Gustia i gsih. . Pe eroleha Kali at Maje uk Bahasa I do esia Pada
Anak Usia Taman Kanak- Ka ak Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana USU.
Sari, No ita.
. Pe eroleha Leksiko A ak Usia Tujuh Tahu di SD Negeri 9 Meda Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana USU.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak di Yayasan Perguruan TK Helvetia di Jalan Wijaya Kesuma No. 161 Perumnas Helvetia.
3.1. 2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 18 Maret 2016 sampai tanggal 20 Mei 2016.
3.2 Sumber data
Sumber data penelitian ini diperoleh dari tuturan bahasa Indonesia lisan anak TK usia 4
—5 di Yayasan Perguruan TK Helvetia yang selanjutnya disebut sebagai subjek penelitian. Peneliti mengamati lima orang anak sebagai subjek
penelitian, pengambilan subjek penelitian ini dilakukan dengan metode acak random sampling dari TK A dan TK B. TK A berjumlah dua orang dan TK B
berjumlah tiga orang. Subjek yang diteliti tersebut berusia 4 —5 tahun dan
merupakan penutur asli bahasa Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
20
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak dan metode cakap. Metode simak ini memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap.
Selanjutnya peneliti berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan, dalam hal ini peneliti menerapkan teknik simak libat cakap yang
merupakan teknik lanjutan dari metode simak Sudaryanto, 1993: 133. Peneliti juga menggunakan metode cakap. Metode cakap ini memiliki teknik dasar yaitu
teknik pancing. Teknik ini memiliki teknik lanjutan yaitu teknik rekam, yaitu merekam semua bahasa yang digunakan oleh anak usia 4
— 5 tahun dengan alat perekam yaitu sebuah handphone Samsung dengan tipe J1 ace. Terakhir peneliti
melakukan teknik catat untuk mencatat semua data yang diperlukan.
3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul peneliti akan menganalisis data- data yang sudah terkumpul lalu mengklasifikasikan data tersebut berdasarkan jenis prefiks
yang telah diperoleh anak. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar,
terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan Sudaryanto 1993: 13.
Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu atau teknik PUP. Adapun alat dari teknik pilah unsur penentu ini adalah daya pilah yang
bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya Sudaryanto,1993:13. Data yang dikumpulkan akan dipilah-pilah berdasarkan hasil percakapan yang dilakukan
peneliti untuk mengumpulkan kata- kata yang memunyai afiks yang diucapkan oleh anak usia 4
— 5 tahun. Teknik PUP ini peneliti gunakan untuk menganalisis permasalahan pertama. Kemudian dilanjutkan dengan teknik lanjutan yaitu teknik
hubung banding menyamakan Sudaryanto, 1993: 27. Teknik hubung banding menyamakan yaitu menyamakan dan membandingkan jenis prefiks yang telah
diperoleh oleh anak di TK helvetia anak usia 4 — 5 tahun dengan yang paling
Universitas Sumatera Utara
21
dominan anak gunakan dalam percakapan sehari-hari, teknik ini peneliti gunakan untuk menganalisis permasalahan kedua.
Analisi data dapat dilihat dari contoh percakapan di bawah ini: Percakapan Peneliti dengan Au Konteks Anak sedang belajar mencocokkan garis
ke gambarnya, peristiwa ini terjadi di dalam kelas
Au: Buk, aku enggak bisa membaca.
Guru: Enggak apa nak, kenal huruf-hurufnya saja dulu. Peneliti: Kenapa Aurel?
Au: Tak bisa membaca kak.
Peneliti: Ooh, ini gambar apa? Au: Bintang.
Peneliti: Yang mana tulisan bintang? Au: Enggak tahu.
Peneliti: Bintang itu hurufnya yang ini b, i, n, t, a, n, g. Tariklah garisnya kesini. Pada percakapan di atas tampak bahwa Au telah telah memeroleh prefiks
meN- dengan alomorf mem- yaitu membaca. Pemerolehan prefiks meN- ini sesuai dengan kaidah perubahan prefiks meN- yang ditetapkan oleh Putrayasa 2008.
Tampak bahwa anak sudah memiliki kompetensi dalam dirinya untuk menggunakan prefiks meN- sehingga anak sudah dapat mengucapkan kata
membaca. Berdasarkan teori genetik kognitif Chomsky menyatakan bahwa otak
manusia telah dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa, untuk itu otak manusia dilengkapi dengan struktur bahasa universal dan LAD language
acquisition device . Dalam proses pemerolehan bahasa LAD menerima “ucapan-
ucapan” dan data-data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian
dinuranikan sebagai keluaran. Pada data di atas tampak bahwa anak sudah memiliki pemahaman dalam dirinya untuk mengucapkan kata membaca,
Universitas Sumatera Utara
22
pemahaman anak ini menunjukkan bahwa anak sudah memiliki kompetensi dalam dirinya untuk menggunakan prefiks meN-, kompetensi anak ini sejalan dengan
kognitif anak itu yang telah berkembang dengan baik sehingga anak telah mampu untuk mengucapkan kata membaca.
3.3.3 Metode dan Teknik Penyajian Data
Setelah data dianalisis maka tahap berikutnya adalah penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal.
Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda- tanda dan lambang- lambang, sedangkan metode penyajian informal adalah perumusan dengan
menggunakan kata- kata biasa Sudaryanto, 1993: 145. Dengan menggunakan metode tersebut hasil analisis data akan dapat disajikan dengan baik dan pembaca
dapat dengan mudah memahami.
Universitas Sumatera Utara
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemerolehan Prefiks Bahasa Indonesia pada Anak Usia 4 — 5 Tahun.
Dalam perkembangannya setiap anak yang normal akan mengalami yang namanya pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa adalah proses yang
berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak, ketika dia memeroleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa berbeda dengan
pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa terjadi setelah seorang anak menguasai bahasa pertamanya atau bahasa ibunya, sedangkan pemerolehan
bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang terjadi tanpa disadari atau alamiah. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia oleh
sebab itu bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan sehari- hari oleh rakyat Indonesia. Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya proses
pengimbuhan atau afiksasi. Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks imbuhan pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal
maupun kompleks Putrayasa, 2008: 5. Robins 1992 dalam Putrayasa, 2008: 7 mengemukakan, afiks dapat dibagi secara formal menjadi tiga kelas utama sesuai
dengan posisi yang didudukinya dalam hubungan dengan morfem dasar, yaitu prefiks, infiks, dan sufiks.
Prefiks awalan, yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Contohnya: meN, peN-, ber-, ter-, di-, per-,dan se- Putrayasa, 2008:10. Bentuk
pemerolehan prefiks bahasa Indonesia anak usia 4 — 5 tahun sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
24
4.1.1 Pemerolehan Prefiks meN- pada Anak Usia 4 — 5 Tahun
Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya. N kapital pada prefiks meN- tidak bersifat bebas, tetapi
akan mengalami perubahan bentuk sesuai dengan inisial morfem yang mengikutinya. Prefiks meN- dapat berubah menjadi me-, mem-, men-, meny-,
meng-, dan menge- Putrayasa, 2008: 10. Berikut pemerolehan alomorf prefiks meN- pada anak usia 4
— 5 tahun. Berikut contoh percakapan pemerolehan prefiks meN- pada anak usia 4
— 5 tahun.
1. Percakapan Peneliti, dan Ru konteks peneliti mengajak anak bercerita pada saat anak sedang mengerjakan tugas di dalam kelas
Peneliti : Kau suka pelajaran apa Ruth?
Ru : Gelas suka, bola suka.
Peneliti : Apa?
Ru : Gelas suka.
Peneliti : Bukan, pelajaran seperti menulis, menggambar, dan menyanyi.
Ru : Menulis suka, menyanyi suka, menari bisa.
Peneliti : Pandai kau nari? Ru
: Nari gini memeragakan menortor. Peneliti
: Oh tor- tor, dimana kau nortor? Ru
: Di gedung.
Pada percakapan 1 di atas tampak bahwa Ru telah memeroleh prefiks meN- dengan alomorf men-, yaitu menulis dan menari, serta prefiks meN- dengan
alomorf me-, yaitu menyanyi. Pemerolehan prefiks meN- ini sesuai dengan kaidah
Universitas Sumatera Utara
25
perubahan yang ditetapkan oleh Putrayasa 2008, tampak bahwa anak sudah dapat memunculkan prefiks meN- yang menunjukkan bahwa anak sudah memiliki
kompetensi dalam dirinya untuk menggunakan prefiks meN-. Berdasarkan teori genetik kognitif Chomsky menyatakan bahwa otak
manusia telah dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa, untuk itu otak manusia dilengkapi dengan struktur bahasa universal dan LAD language
acquisition device . Dalam proses pemerolehan LAD menerima “ucapan- ucapan”
dan data-data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus- rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian
dinuranikan sebagai keluaran. Pada data di atas tampak bahwa anak sudah dapat mengucapkan kata menulis, menari dan menyanyi yang menunjukkan bahwa anak
sudah memahami kata tersebut, pemahaman anak mengenai prefiks meN- ini menunjukkan bahwa anak telah memiliki kompetensi dalam dirinya dan
kompetensi ini menunjukkan bahwa kognitif anak juga telah berkembang dengan baik sehingga anak sudah mampu untuk mengucapkan kata menulis, menari dan
menyanyi.
2. Percakapan Peneliti dengan Gr dan Ld konteks peneliti bertanya mengenai kesukaan anak ketika anak sedang bermain
Peneliti : Grace di rumah suka nonton apa?
Gr : Barbie, Marsha, Upin.
Peneliti : Kalau pelajaran suka pelajaran apa?
Gr : Pelajaran? terdiam sejenak
Ld : Saya suka pelajarannya menggambar, menulis.
Peneliti : Ooh, menggambar , menulis.
Universitas Sumatera Utara
26
Gr : Aku sukanya baca.
Peneliti : Terus?
Ld : Membaca kau suka?
Gr : Baca, ngeja, nulis.
Peneliti : Terus?
Gr : Hitung.
Pada percakapan 2 di atas tampak bahwa Ld telah memeroleh prefiks meN- dengan alomorf meng- yaitu menggambar, prefiks meN- dengan alomorf
men- yaitu menulis, dan prefiks meN- dengan alomorf mem- yaitu membaca. Kaidah perubahan prefiks meN- ini sesuai dengan teori Putrayasa 2008.
Berdasarkan data di atas tampak bahwa anak sudah memiliki kompetensi dalam dirinya untuk menggunakan prefiks meN-.
Berdasarkan teori genetik kognitif Chomsky menyatakan bahwa otak manusia telah dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa, untuk itu otak
manusia dilengkapi dengan struktur bahasa universal dan LAD language acquisition device. Dalam pemerolehan bahasa LAD ini menerima ucapan-
ucapan dan data- data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus- rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian
dinuranikan sebagai keluaran. Dari data di atas tampak bahwa anak sudah dapat mengucapkan kata menggambar yang menunjukkan bahwa anak sudah memiliki
kompetensi dalam dirinya untuk menggunakan prefiks meN-, kompetensi anak ini sejalan dengan perkembangan kognitifnya sehingga anak sudah mampu
mengucapkan kata menggambar, menulis, dan membaca.
Universitas Sumatera Utara
27
3. Percakapan peneliti dengan Ld dan Gr konteks anak bercerita film frozen
Ld : Kak kan si Olaf di dekat api nyalahin api jadi tinggal tangannya
satu lagi yang disini, jadi kata si Ana awas jangan disitu Nanti kau meleleh jadi hidungnya uda mau meleleh katanya nanti.
Wekkk.
Peneliti : Hehehe.
Gr : Kak, kan si Olaf cabut hidungnya wortel tiba- tiba kepalanya
meleleh, siap itu ditaruknya hidungnya, tangannya ada, semua
badannya ada, kakinya sama tangannya ada. Macam mana itu dibuat? Hidungnya ditaruk batu, siap itu batu semua tangannya.
Pada percakapan 3 di atas tampak bahwa Ld dan Gr telah memeroleh prefiks meN- dengan alomorf {me-}. Anak sudah dapat mengucapkan kata
meleleh dengan tepat. Kaidah perubahan prefiks ini sesuai dengan teori Putrayasa 2008. Pada data di atas tampak bahwa anak telah memiliki kompetensi dalam
dirinya untuk menggunakan prefiks meN- sehingga anak telah mampu mengucapkan kata meleleh.
Berdasarkan teori genetik kognitif Chomsky menyatakan bahwa otak manusia telah dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa, untuk itu otak
manusia dilengkapi dengan struktur bahasa universal dan LAD language acquisition device. Dalam pemerolehan bahasa LAD ini menerima ucapan-
ucapan dan data- data lain yang berkaitan melalui pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus- rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian
dinuranikan sebagai keluaran. Pada data tampak bahwa LAD dan kognitif anak telah berkembang dengan baik sehingga anak telah mampu mengucapkan kata
meleleh.
Universitas Sumatera Utara
28
4.1.2 Pemerolehan Prefiks peN- pada Anak Usia 4 — 5 Tahun
Prefiks peN- juga mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi bentuk yang mengikutinya. Prefiks peN- dapat berubah menjadi pe-, pen-, pem-,
peng-, peny-, dan penge-. Berikut contoh percakapan pemerolehan prefiks peN- pada anak usia 4
— 5 tahun.
4. Percakapan Peneliti dengan Al konteks subjek penelitian sedang belajar menggambar