Proses Pemotongan Proses Pemberian Obat Proses Pengeringan Proses Pemotongan menjadi Bagian yang Lebih Kecil Proses Moulding Pengetaman

1. Proses Pemotongan

Kayu karet yang merupakan bahan baku dalam produksi ini dipotong menjadi potongan-potongan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dengan menggunakan mesin sawmill.

2. Proses Pemberian Obat

Kayu yang telah dipotong kemudian diletakkan di troli dan dimasukkan ke dalam mesin vacuum untuk Proses pemberian obat. Angin yang berada di dalam mesin disedot agar kondisinya berada dalam keadaan hampa udara. Obat yang digunakan yaitu borak dan borik dicampur dengan air dengan perbandingan 2 : 1 dan dimasukkan kedalam tabung mesin, kemudian diberi tekanan sebesar 10 bar. Proses pemberian obat dilakukan agar kayu tidak mudah diserang oleh hama.

3. Proses Pengeringan

Potongan kayu kemudian dikeluarkan dari mesin vacuum dan dikeringkan dengan beberapa tahap. Tahap pertama, kayu dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari dengan cara kayu disusun menggunakan stick di ruang terbuka. Proses pengeringan dengan sinar matahri dapat dilakukan dengan kisaran waktu 7-15 hari sesuai dengan ukuran kayu yang dipotong. Tahap kedua, kayu dikeringkan diruang tertutup ruang pengeringan dengan menggunakan boiler. Boiler berasal dari tungku pemanasan air sampai 100 C dengan menggunakan potongan-potongan kayu yang rusak dari Proses produksi. Kemudian kayu di cek dengan menggunakan alat pengecekan kadar air Mcmeter untuk mengetahui tingkat kekeringan kayu. Ketentuan kayu Universitas Sumatera Utara dikatakan kering jika kelembaban berkisar diantar 5-6 C dan tingkat kekeringan berkisar antara 8-10 C.

4. Proses Pemotongan menjadi Bagian yang Lebih Kecil

Potongan kayu yang sudah kering kemudian dipotong sesuai dengan permintaan konsumen dengan menggunakan mesin proscat.

5. Proses Moulding Pengetaman

Proses pengetaman dilakukan untuk menghaluskan bagian permukaan kayu agar lebih merata. Kayu yang sudah dipotong kemudian diketam dengan menggunakan mesin ketam dan mesin molding. Mesin molding digunakan untuk pesanan yang berasal dari luar negeri ekspor karena tingkat kerataan permukaan kayu lebih akurat dengan mesin molding.

7. Proses Pengeleman

Dokumen yang terkait

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM) dalam Penentuan Prioritas Pengerjaan Order di PT. Sumatera Wood Industry

6 138 175

Analisis Pemilihan Supplier Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) di PT. Indo CafCo

12 57 78

Studi Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Di Rumah Sakit Bina Kasih Medan-Sunggal

4 41 149

Pendekatan Fuzzy-Analytic Hierarchy Process Dalam Pemilihan Konsep Produk.

1 47 59

Pemilihan Supplier Bahan Baku Kayu Tetap dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Vendor Performance Review (VPR) di PT. Putra Flora Rimba Tani

0 0 20

Pemilihan Supplier Bahan Baku Kayu Tetap dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Vendor Performance Review (VPR) di PT. Putra Flora Rimba Tani

0 0 1

Pemilihan Supplier Bahan Baku Kayu Tetap dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Vendor Performance Review (VPR) di PT. Putra Flora Rimba Tani

0 0 10

Pemilihan Supplier Bahan Baku Kayu Tetap dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Vendor Performance Review (VPR) di PT. Putra Flora Rimba Tani

0 0 29

Pemilihan Supplier Bahan Baku Kayu Tetap dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Vendor Performance Review (VPR) di PT. Putra Flora Rimba Tani

0 0 11