6
adalah bahasa ibu. Bahasa ibu telah mempengaruhi pembelajaran pelafalan nada pada bahasa Mandarin. Ditengah bahasa yang ada di dunia ini, ada beberapa
bahasa yang memiliki pelafalan nada dan ada beberapa yang tidak memiliki pelafalan nada. Perbedaan tersebut yang menjadi faktor utama kesulitan
mempelajari pelafalan nada dalam bahasa Mandarin. Menurut Sidriana Handayana 2007:3 dalam skripsinya yang berjudul
“Analisis Kesalahan Pelafalan Dalam Bahasa Mandarin Pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara” menyatakan bahwa pada saat kita
berkomunikasi dalam bahasa Mandarin, sebuah kata yang kita ucapkan bisa sedikitnya memiliki empat arti yang berbeda-beda dikarenakan jenis nadanya.
Dalam bahasa Mandarin nada sangat penting dalam membedakan arti, jika salah mengucapkan nada dapat menyebabkan perbedaan arti dan kesalahpahaman.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang analisis kesalahan pelafalan nada dalam bahasa Mandarin yang sangat mendukung penulis
untuk dapat melihat kesalahan-kesalahan yang muncul.
2.2 Konsep
Menurut Singarimbun dan Effendi 2011:33 pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam
merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.
Universitas Sumatera Utara
7
Berikut ini adalah konsep tentang analisis kesalahan, pelafalan, pelafalan nada yang akan dijelaskan secara singkat.
2.2.1 Analisis Kesalahan
Dikemukakan oleh Corder 1973:85 bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini
bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum
menginternalisasikan kaidah bahasa kedua yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama
mempunyai kemungkinan berbuat kesalahan berbahasa. Sedangkan menurut Tarigan 1988: 179 Kesalahan berbahasa secara garis
besarnya dapat dikategorikan dengan berdasarkan kategori linguistik, pertimbangan mengenai pentingnya dalam pengkomunikasian pesan-pesan,
sumber, dan kemudahan koreksi. Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan
pemahaman siswa atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara
sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran
remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa
yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang
Universitas Sumatera Utara
8
dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan sering terjadi. Kesalahan akan berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik.
Untuk menganalisis bentuk-bentuk kesalahan penulis menggunakan teori bentuk kesalahan Tarigan
1988:148
yang berisi bentuk-bentuk kesalahan antara lain:
1 penghilangan omission
Penghilangan adalah kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam
ucapan yang baik dan benar. 2
Penambahan addition Penambahan adalah kebalikan dari penghilangan, yaitu kesalahan
penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar.
3 Salah formasi misformation
Kesalahan misformation ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsur itu tidak
ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan formasi ini sang pelajar menyediakan serta memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak
benar sama sekali. 4
Salah susun misodering Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem
atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau ujaran.
Universitas Sumatera Utara
9
2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa
Menurut Brown 1981 : 113, ada beberapa sumber kesalahan bahasa:
“Kesalahan yang dibuat oleh para pembelajar dating dari beberapa sumber- sumber yang umum, sumber-sumber kesalahan tersebut adalah : Interlingual
Transfer, Intralingual Transfer, konteks Pembelajaran dan Strategi komunikasi.”
1. Interlingual Transfer
Interlingual Transfer disebabkan oleh intregasi atau campur tangan dari bahasa pertama. Kesalahan ini biasanya terjadi pada tahap awal pembelajaran
bahasa dimana para pelajar belum familiar dengan tata bahasa baru. Tata bahasa pertama adalah satu-satunya yang dimiliki para pembelajar sehingga tata bahasa
terkadang digunakan untuk menyusun kalimat untuk bahasa kedua. 2.
Intralingual Transfer Intralingual Transfer disebabkan oleh bahasa target yang sedang dipelajari
para pembelajar. Kesalahan ini biasanya juga terjadi pada tahap awal pembelajaran. Kesalahan ini menunjukkan para pembelajar mengalami
perkembangan dalam proses pembelajarannya. 3.
Context of Learning Kesalahan ini diakibatkan oleh tidak adanya tutor dalam suatu proses
pembelajaran. Jadi para pembelajar menafsirkan sendiri apa yang telah mereka pelajari sendiri. Hal ini berbahaya dan sering mengakibatkan salah penafsirann
dan terjadinya kesalahankesalahan. 4.
Communicative Strategy Dalam menyampaikan gagasannya, terkadang para pembelajar
menggunakan cara yang berbeda-beda. Cara-cara ini terkadang bisa diterima, tapi juga terkadang tidak bisa diterima oleh penerima pesan. Hal ini akan
menyebabkan miskomunikasi.
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.3 Langkah-langkah Analisis
Kesalahan
Menurut Tarigan 1995:71 langkah-langkah dari analisis kesalahan adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data yang berupa kesalahan yang dibuat oleh siswa. b. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kesalahan, yaitu mengenali dan
memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata,
dan penyusunan kalimat. c. Menyusun kesalahan berdasarkan frekuensinya.
d. Menjelaskan kesalahan yaitu menggambarkan letak kesalahan dan penyebab kesalahan.
e. Mengoreksi kesalahan. f. Menyimpulkan hasil analisa data.
2.2.4 Pengertian Bahasa Pertama dan Kedua
Bahasa pertama merupakan bahasa ibu yang dimana bahasa tersebut telah dikuasai seseorang sejak lahir. Burlaga dan Klein 1986;4 menyebutkan bahwa
pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif dan sosial anak.
Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya. Jika dapat dilihat,
bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial.
Universitas Sumatera Utara
11
2.2.5 Aspek-aspek dalam Mempelajari Bahasa Kedua
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua:
1. Kemampuan bahasa.
Biasanya apabila seseorang memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua secara formal, ia akan melalui tes kemampuan bahasa yang dilakukan oleh
lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapanbakat bahasa yang dimiliki oleh orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi siswa-siswa
mana yang akan sukses di dalam pembelajaran bahasa kedua. Meskipun demikian masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemampuan itu sendiri. Apakah
kemampuan bahasa itu merupakan suatu kesatuan konsep, suatu properti organik di dalam otak manusia atau suatu komplek faktor termasuk di dalamnya motivasi
dan lingkungan. 2.
Usia. Sebagian besar masyarakat umum masih meyakini bahwa untuk belajar
bahasa kedua akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Belajar bahasa kedua ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian
yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuktikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut.
Mereka yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian yang
dilakukan mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu merubah aksen
Universitas Sumatera Utara
12
mereka seperti aksennya penutur asli, aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama yang sulit untuk dirubah.
Hal menarik yang dapat diambil dan penelitian-penelitian tersebut adalah jika program pembelajaran bahasa kedua yang diberikan berupa pembelajaran
bahasa kedua dengan terjun langsung di lingkungan penutur asli, orang dewasa cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibandingkan dengan anak-anak,
hal ini dikarenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempuma dibandingkan dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman
berbahasa dibandingkan dengan anak-anak. 3.
Strategi yang digunakan. Penggunaan strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran
bahasa kedua dapat berhasil. Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua dibagi menjadi dua, yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi.
Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk
menangkap siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan oleh siswa kelas bahasa
kedua dan penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi kebuntuan di dalam berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya akses terhadap bahasa
yang benar, misalnya dengan menggunakan mimik dan gerakan tangan. 4.
Motivasi. Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang
memutuskan untuk melakukan sesuatu, berapa lama ia rela melakukan aktivitas tersebut dan sejauh mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
13
telah dilakukan mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat dengan tingkat keberhasilan seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua.
Pelajar yang memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Motivasi bukanlah
sesuatu yang bersifat tetap, tetapi sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan ling- kungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah teknik instruksi
yang digunakan oleh guru.
2.2.6 Bahasa Mandarin
Bahasa Mandarin adalah bahasa resmi negara Republik Rakyat Cina RRC yang sekarang menjadi bahasa internasional kedua di dunia. Sebagian masyarakat
Tionghoa menganggap bahasa Mandarin sebagai bahasa ibu. Standar bahasa Mandarin menggangap logat yang digunakan para tetinggi di sebelah utara China
selama ratusan tahun sebagai dasar pembentukannya. Lafal standarnya adalah lafal Beijing.
2.2.7 Pelafalan Nada
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lafal adalah cara seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa.
Berbicara tentang pelafalan nada tentu saja tidak luput dari ilmu fonologi. Ilmu fonologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang berhubungan pelafalan
dan nada dalam berbicara.
Menurut Roger Lass 1984:65 Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang ”bunyi bahasa”. Lebih spesifik
Universitas Sumatera Utara
14
lagi fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang
agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang
membuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah ”Linguistik” alam pengertian bahwa sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik;
sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya.
Sedangkan menurut Chaer 1994:102 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa.
Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studi fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang
studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Fonemik lebih tepat untuk mengkaji pelafalan nada dalam bahasa mandarin karena nada di dalam bahasa Mandarin berfungsi sebagai pembeda
makna antara satu kata dengan kata yang lain. Membahas tentang pelafalan nada tentunya tidak lepas dari pembahasan
pelafalan pinyin dalam bahasa Mandarin. Pinyin merupakan aksara Mandarin yang ditulis kedalam huruf alfabet. Pinyin sangat membantu pembelajar asing
dalam mempelajari bahasa Mandarin. Bentuk penulisan pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan dalam Bahasa Mandarin, biasanya terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
15
inisial atau huruf konsonan 声母
Sh ēngmŭ , final atau vokal
韵母 yùnm
ŭ , dan juga Nada
声调 Sh
ēngdiào. Nada dalam bahasa Mandarin diletakkan di atas huruf vokal.
Huruf konsonan terdiri dari 21 huruf, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Huruf Konsonan Huruf vokal terdiri dari 40, yaitu
Tabel 2.2 Huruf vokal Dalam bahasa Mandarin pelafalan nada terbagi atas 4 yaitu nada pertama,
nada kedua, nada ketiga dan nada keempat. Keempat nada dalam satu kata memiliki makna yang berbeda. Keempat nada dapat dijelaskan sebagai berikut :
Huruf konsonan b p
m f
d t
n l
Lafal indonesia po
pho mo
fo de
the ne
le
Huruf konsonan g k h j q x
Lafal indonesia ke
khe he
ci chi
xi
Huruf konsonan z c s zh ch sh r
Lafal indonesia ce
cheu se
ceur cheur
sheur re
Huruf vokal a
o e
u ü
e er
i -i
-i Lafal indonesia
A o
e wu
yiu ê
er Yi
sì shì
Huruf vokal ai
ei ao
ou ia
ie ua
uo üe
Lafal indonesia Ai ei
ao ou
ya ye
wa wo
yue
Huruf vokal io
iao iou
uai uei
Lafal indonesia yo yao
you wai
wei
Huruf vokal an
ian uan
üan en
in uen
ün Lafal indonesia
an yan
yuan yiuan
en Yin
yen Yuin
Huruf vokal ang
iang uang
eng ieng
ueng ong
iong Lafal indonesia
ang yang
wang weng ying weng ong yiong
Universitas Sumatera Utara
16
1. Nada pertama disebut juga nada datar dengan lambang “
-
” di atas huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada datar dan panjang.
2. Nada kedua disebut juga nada naik dengan lambang “
” di atas huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada naik dan agak tinggi
dibandingkan nada datar. 3.
Nada ketiga disebut juga nada melengkung dengan lambang “
v
” di atas huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada naik kemudian
menurun atau mendayu. 4.
Nada keempat disebut juga nada menurun dengan lambang “
\
” di atas huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada menurun dan tegas.
Dalam bahasa Mandarin ada juga nada ringan, nada ringan ini dibacakan secara ringan dan pendek. Penulisan tanda nada ringan tidak diberikan tanda
apapun pada pinyin atau huruf bacanya. Berikut adalah contoh perbedaan makna dari keempat nada dalam satu kata
1. 衣
dibaca y ī nada datar, memiliki makna busana atau pakaian.
2. 姨
dibaca yí nada naik, memiliki makna bibi. 3.
椅 dibaca y nada melengkung, memiliki makna kursi.
4. 易
dibaca yì nada menurun, memiliki makna mudah. Kesalahan pelafalan nada tesebut dapat menyebabkan kesalahan penyampain
makna serta maksud yang ingin disampaikan si pembicara kepada pendengar.
2.3 Landasan Teori