Sifat Udara Temperatur pada Kentang

4.1. Analisa Perpindahan Panas dan Perpindahan Massa pada Kentang

Perpindahan panas yang terjadi disebabkan perpindahan panas secara konveksi yaitu adanya aliran fluida dengan temperatur yang lebih tinggi dialirkan ke arah kentang yang temperaturnya lebih rendah, dan kemudian pada kentang akan terjadi perpindahan panas konduksi dari permukaannya yang terkena panas yang menyebabkan panas akan mengalir ke bagian dalam kentang.

4.1.1. Sifat Udara

Sifat udara yang digunakan untuk melakukan proses pengeringan ini diambil dengan menggunakan RH Meter. Sifat udara yang dapat diperoleh dari RH meter adalah temperatur udara dan RH udara. Pada gambar 4.3 dapat dilihat sifat udara pada tanggal 12 Mei 2014. Gambar 4.3 Sifat udara pada tangal 12 Mei 2014 Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa temperatur selama 10 menit pertama merupakan waktu yang digunakan untuk melakukan pengaturan pada RH Meter dan kemudian dipasang pada drying chamber dan pengukuran temperatur yang sebenarnya, dikarenakan RH Meter juga menyerap panas yang dialirkan oleh udara pada awal pengaktifan blower. Setelah itu, sifat udara yang diperlihatkan oleh gambar 4.3 cenderung konstan, sehingga sifat udara ini yang digunakan untuk menjadi input dalam proses simulasi, yaitu 57,5 o C dan 20 RH. Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Temperatur pada Kentang

Data temperatur yang diambil sebagai acuan dalam mensimulasikan proses pengeringan yaitu pada tanggal 12 Mei 2014. Data diambil dengan menggunakan alat Agilent untuk merekam perubahan temperatur yang terjadi setiap 1 menit pada lokasi 5 titik termokopel yang telah ditentukan pada gambar 4.2. Grafik perubahan temperatur yang terjadi pada setiap titik termokopel dapat dilihat pada gambar 4.4. Gambar 4.4 Perubahan temperatur pada titik termokopel yang berbeda Pada gambar 4.4 menunjukkan grafik temperatur pada tanggal 12 Mei 2014 yang terjadi pada titik termokopel yang lokasinya telah ditentukan pada gambar 4.2. Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa temperatur cenderung meningkat apabila waktu pengeringan bertambah. Temperatur yang diperoleh dari pengujian proses pengeringan ini dilakukan terhadap udara yang memiliki kecepatan, temperatur serta RH yang konstan selama proses pengeringan berlangsung. Perubahan temperatur pada gambar 4.4 dapat dilihat pada lampiran 3. Temperatur yang paling tinggi terletak pada titik 120 yang berada pada permukaan kentang dikarenakan posisi ini bersentuhan dengan udara panas secara langsung serta mengalami laju perpindahan panas konduksi terbesar dan temperatur yang paling rendah terletak pada titik 114 dikarenakan posisi ini tidak Universitas Sumatera Utara bersentuhan dengan udara panas secara langsung serta mengalami laju perpindahan panas konduksi yang paling kecil. Distribusi temperatur pada setiap bagian kentang yang diperoleh melalui simulasi dapat dilihat pada gambar 4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8. Kontur temperatur yang ditampilkan adalah kondisi temperatur awal kentang, kondisi kentang setelah 600 detik proses pengeringan, kondisi kentang setelah 3600 detik proses pengeringan dan kondisi kentang setelah 7200 detik proses pengeringan, Temperatur yang dihasilkan dari proses simulasi ini kemudian akan divalidasikan dengan hasil yang diperoleh melalui eksperimen. Gambar 4.5 Distribusi kontur temperatur awal pada kentang Gambar 4.6 Kontur temperatur pada kentang yang diperoleh dari hasil simulasi setelah 600 detik proses pengeringan Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Kontur temperatur pada kentang yang diperoleh dari hasil simulasi setelah 3600 detik proses pengeringan Gambar 4.8 Kontur temperatur pada kentang yang diperoleh dari hasil simulasi setelah 7200 detik proses pengeringan

4.1.3. Perubahan Massa pada Kentang