Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Cacing Lumbricus rubellus

aerasi, faktor cahaya, kepadatan populasi dan predator. Rata-rata biomassa cacing tanah terendah adalah pada media B media 100 rumput manila. Hal ini disebabkan karena kelembaban dan aerasi yang buruk pada media ini. Kelembaban antara permukaan media dan bagian bawah tidak sama. Pada bagian permukaan media cenderung lebih cepat kering setelah dilakukan penyiraman dengan air, sedangkan bagian bawah sangat lembab. Hal ini menyebabkan tidak dapat dilakukannya penyiraman dengan jumlah air yang banyak dan akibatnya adalah bagian permukaan menjadi lebih kering. Berbeda dengan media rumput manila lain yang dikombinasikan dengan serbuk gergaji batang pohon kelapa yang tingkat kelembabannya tetap terjaga sebagai media hidup cacing tanah. Hal ini berarti bahwa serbuk gergaji batang pohon kelapa memiliki daya serap terhadap air lebih baik daripada rumput manila. Pada media rumput manila yang dikombinasikan dengan serbuk gergaji batang pohon kelapa teksturnya gembur sedangkan pada media rumput manila 100 ini teksturnya menggumpal. Menurut Sugiantoro 2012: 62, cacing tanah sangat membutuhkan media hidup sekaligus makanan yang lunak, gembur, dan tidak panas supaya lebih mudah dicerna atau terurai oleh alat cerna di tubuhnya. Media hidup yang gembur juga bisa menjaga porositas sarang, menjaga ketersediaan oksigen, dan menjaga sirkulasi udara di dalamnya. Berdasar pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa media B yang terlalu padat dan menggumpal menyebabkan ketersediaan oksigen berkurang sehingga cacing tanah sulit bernafas dan kesulitan mencerna atau mengurai bahan organik sebagai makanannya, hal ini terbukti dari rendahnya biomassa cacing tanah pada media B. Teori menyebutkan bahwa cacing tanah yang mengalami stress karena adanya tekanan dari lingkungan cenderung meningkatkan laju metabolisme dan diikuti dengan kebutuhan energi yang meningkat, sehingga berat badan turun Campbell, 2000: 259 Melalui data pertambahan biomassa cacing, didapatkan bahwa rata-rata biomassa cacing media A media 100 serbuk gergaji batang pohon kelapa, B media 100 rumput manila, C media 25 serbuk gergaji batang pohon kelapa + 75 rumput, D media 50 serbuk gergaji batang pohon kelapa + 50 rumput dan E media 75 serbuk gergaji batang pohon kelapa + 25 rumput mengalami kenaikan biomassa cacing lebih besar pada saat panen pertama dibandingkan pada panen kedua. Peningkatan rata-rata biomassa cacing ini dikarenakan ketersediaan nutrisi pada media yang mencukupi. Pada panen kedua rata-rata peningkatan biomassa cacing tanah mengalami penurunan dari panen pertama. Pada panen kedua rata-rata biomassa cacing mengalami penurunan diduga karena faktor ketersediaan nutrisi, faktor umur, dan kegiatan reproduksi. Pada bulan kedua, ketersediaan nutrisi pada media tidaklah sebanyak pada saat bulan pertama karena aktivitas makan oleh cacing tanah. Selain mendapat nutrisi dari media, cacing tanah juga mendapat nutrisi dari ampas tahu yang diberikan setiap hari. Menurut Barnes 1984 dalam Febrita 2015: 172-173, hewan-hewan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber pakan untuk kelangsungan hidupnya. Pakan tersebut dapat berupa kulit kayu yang terkelupas, tinja, bangkai hewan atau hasil tumbuhan yang tidak hidup seperti selulosa dan senyawa organik lain. Zat makanan yang dibutuhkan itu adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga air. Di samping bahan organik yang disediakan oleh media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila, menurut Sutardi 1997 dalam Haryono 2003: 69 ampas tahu mengandung protein 30,2, serat kasar 22,2, lemak 9,9 serta Beta-N 32,5 yang dapat mendukung pertumbuhan cacing Lumbricus rubellus. Menurut Saptono 2011: 78, pemberian pakan merupakan perhatian utama yang harus diutamakan. Pemberian pakan pada cacing tidak berlebih dan tidak boleh kurang. Karena kalau pemberian pakan secara berlebihan akan berakibat pada pembusukan. Media juga menjadi lebih basah. Jika media terlalu basah akhirnya media tidak beroksigen. Pada penelitian ini pemberian makan dengan ampas tahu juga tidak dilakukan dalam jumlah yang terlalu banyak untuk mencegah terjadinya pembusukan. Menurut Sugiantoro 2012: 18, seekor cacing tanah dapat menghabiskan pakan berupa bahan-bahan organik antara satu sampai dua kali lipat berat tubuhnya dalam tempo 24 jam. Berdasar teori tersebut selain dikarenakan kandungan nutrisi dari serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila yang semakin berkurang, diduga pemberian pakan ampas tahu yang tidak terlalu banyak menyebabkan semakin turunnya rata-rata biomassa cacing tanah pada panen kedua. Semakin besar biomassa cacing tanah maka kebutuhan akan nutrisi juga semakin besar, sedangkan pemberian makan pada saat bulan pertama dan bulan kedua dilakukan dengan porsi yang sama. Selain itu, cacing tanah yang hidup pada media juga melakukan proses reproduksi yang menyebabkan bertambahnya individu pada media pemeliharaan. Bertambahnya individu baru berarti bertambah pula kepadatan media dan semakin besar persaingan untuk mendapatkan pakan bagi setiap individu cacing tanah. Hal ini menyebabkan peningkatan biomassa cacing tanah pada panen kedua mengalami penurunan. Sesuai dengan pernyataan Gaddie dan Douglass 1977 yang mengemukakan bahwa setelah cacing dewasa, meskipun terjadi pertumbuhan maka pertumbuhannya berlangsung lambat. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan biomassa cacing adalah kegiatan reproduksi, karena untuk bereproduksi dibutuhkan energi yang berasal dari aktivitas metabolisme cacing tanah. Untuk mengetahui pengaruh media perlakuan terhadap biomassa cacing dilakukan dengan analisis ragam one way anova. Tabel 4. Uji Anova Pengaruh Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Pertambahan Biomassa Cacing Lumbricus rubellus Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Rata-rata F Sig. Antar Kelompok 5833,360 4 1458,340 258,571 0,000 Dalam Kelompok 112,800 20 5,640 Jumlah 594,160 24 Tabel di atas menunjukkan hasil uji Anova pengaruh variasi media terhadap pertambahan biomassa cacing Lumbricus rubellus dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang diperoleh ini lebih kecil dari 0,01 yang berarti bahwa variasi media memberikan pengaruh yang nyata pada biomassa cacing Lumbricus rubellus. Biomassa cacing pada setiap perlakuan media berbeda nyata sehingga dilakukan uji lanjut DMRT dengan taraf 5 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 5. Uji Lanjut Duncan DMRT dengan taraf 5 pada Pengaruh Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Kelapa dan Rumput Manila terhadap Pertambahan Biomassa Cacing Lumbricus rubellus Media N Nilai alfa = 0.05 1 2 3 B 5 7,4000 C 5 34,6000 D 5 45,6000 E 5 47,0000 A 5 47,6000 Sig. 1,000 1,000 0,222 Hasil uji DMRT tersebut menunjukkan bahwa rata-rata biomassa cacing pada media B berbeda nyata dengan biomassa cacing pada media A, C, D, dan E. Rata-rata biomassa cacing C berbeda nyata dengan biomassa cacing A, B, D, dan E. Rata-rata biomassa cacing D juga berbeda nyata dengan biomassa cacing pada media B dan C namun tidak berbeda nyata dengan biomassa cacing pada media A dan E. Pengaruh media yang terbaik terhadap biomassa cacing terdapat pada perlakuan media A media 100 serbuk gergaji batang pohon kelapa.

B. Pengaruh Media terhadap Produksi Kokon Cacing Lumbricus rubellus

Produksi kokon cacing Lumbricus rubellus diketahui melalui data jumlah kokon, berat kokon, dan ukuran kokon. Rata-rata jumlah kokon pada masing-masing media dapat dilihat pada histogram berikut: Gambar 8. Histogram Rata-Rata Jumlah Kokon Cacing Lumbricus rubellus butir pada Panen Pertama dan Panen Kedua Histogram di atas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kokon tertinggi terdapat pada media D media 50 serbuk gergaji batang pohon kelapa + 50 rumput manila yaitu 103,8 butir pada panen kedua. Sedangkan rata-rata jumlah kokon terendah terdapat pada media B media 100 rumput manila yaitu 2,2 butir pada panen pertama. Data produksi kokon berupa rata-rata jumlah kokon cacing Lumbricus rubellus menunjukkan bahwa kombinasi media serbuk gergaji batang pohon kelapa dan rumput manila dengan perbandingan dosis 50 : 50 menghasilkan jumlah kokon terbanyak dibandingkan media serbuk gergaji 41.4 2.2 44.6 53.8 48.6 59.2 3.4 71.4 103.8 73.2 20 40 60 80 100 120 A100 kelapa B100 rumput C25 kelapa + 75 rumput D50 kelapa + 50 rumput E75 kelapa + 25 rumput Ju m lah k o ko n b u tir Media Panen 1 Panen 2 batang pohon kelapa 100 dan rumput manila 100. Hal ini diduga karena kombinasi nutrisi dari kedua media baik untuk media pemeliharaan cacing tanah serta faktor suhu, pH, dan kelembaban yang sesuai sehingga dapat mendukung kelangsungan reproduksinya. Mashur 2001 dalam Dika 2006: 4 menyatakan bahwa produksi kokon selain dipengaruhi oleh jenis media atau pakan, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti pH, kelembaban, suhu media dan pakan. Jenis media, kandungan nutrisi media atau pakan sangat mempengaruhi produksi kokon. Menurut Minnich 1977 dalam Permata 2006: 6, suhu optimum yang dapat membantu pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah 15-25 ºC. Meskipun hasil pengukuran suhu yang didapat pada penelitian ini tidak sesuai dengan rentang suhu ideal yang disebutkan pada teori, namun suhu media masih cocok untuk tempat hidup cacing Lumbricus rubellus. Hal ini dikarenakan suhu media tidak terlalu jauh dari suhu ideal yaitu 15-25 ºC, selain itu kelembaban juga mendukung. Hanya saja pada media B terlalu lembab dan menggumpal sehingga kurang menunjang produksi kokon. Pada penelitan Brata 2003 yang disebutkan dalam Dika 2006: 6, menunjukkan bahwa kelembaban yang tinggi menyebabkan produksi kokon rendah, sebaliknya kelembaban yang sesuai menghasilkan produksi kokon yang cukup tinggi. Untuk menjaga kelembaban, selain dilakukan dengan cara penyiraman pada media juga dilakukan dengan penyiraman pada karung goni penutup yang diletakkan di atas permukaan. Selain suhu dan kelembaban, pH juga berpengaruh karena pH tanah berkaitan dengan ketersediaan bahan organik dan unsur hara pakan cacing tanah. Menurut Sugiantoro 2012: 60, pH ideal untuk pemeliharaan cacing tanah adalah 6,5-7,2. Pada tingkat keasaman seperti ini, kandungan bahan organik maupun unsur hara bisa dicerna dan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan cacing tanah untuk berproduksi. Sihombing 2002 dalam Dika 2006: 6 juga menyatakan bahwa cacing tanah memiliki enzim yang terbatas. Oleh karena itu, pH media harus dijaga antara 68-7,2 yaitu pH yang optimum bagi bakteri yang membantu dalam saluran pencernaan cacing tanah. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pH yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan syarat pH ideal untuk media tumbuh dan reproduksi cacing tanah seperti yang disebutkan dalam teori. Produksi kokon pada panen pertama dan panen kedua menunjukkan hasil yang berbeda. Pada panen pertama, rata-rata produksi kokon cenderung lebih sedikit dibandingkan pada panen kedua. Hal ini diduga karena pada bulan pertama cacing tanah baru memasuki masa awal reproduksi, sedangkan pada bulan kedua aktivitas reproduksi sudah lebih maksimal sehingga rata-rata kokon yang dihasilkan lebih banyak. Hal ini berbanding terbalik dengan rata- rata bobot cacing yang diperoleh yaitu pada panen pertama bobot cacing tanah mengalami peningkatan lebih besar daripada panen kedua. Hal ini diduga karena pada bulan pertama nutrisi yang diperoleh diutamakan untuk mencapai bobot dewasa untuk menghasilkan jumlah kokon yang lebih maksimal pada aktivitas reproduksi selanjutnya. Sehingga pada bulan pertama

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengaturan Populasi Dan Ukuran Lempengan Rumput Manila (Zoysia Matrella (L.) Merr) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangannya

0 7 8

Pertumbuhan Dan Perkembangbiakan Cacing Tanah Lumbricus Rubellus Dalam Media Kotoran Sapi Yang Mengandung Tepung Darah

1 6 73

Pengaruh Taraf Ampas Tahu Dalam Media Serbuk Sabut Kelapa Terhadap Produksi Kokon, Juvenil, Omega 3 Dan 6 Pada Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)

1 14 62

Pengaruh Taraf Ampas Tahu Dalam Media Serbuk Sabut Kelapa Terhadap Panjang, Diameter Tubuh, Produksi Dan Kualitas Kascing Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)

0 6 58

PENGARUH MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI POHON KELAPA (Cocos nucifera) DENGAN PASIR TERHADAP PENGARUH MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI POHON KELAPA (Cocos nucifera) DENGAN PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ZAMIA (Zamia kulkas).

0 1 15

Pengaruh Campuran Lumpur Biogas Sapi Perah dengan Serbuk Sabut Kelapa pada Vermicomposting terhadap Biomassa Cacing Tanah Lumbricus rubellus dan Kascing.

0 0 2

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON AREN (Arenga pinnata) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Lumbricus rubellus.

0 18 96

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON AREN (Arenga pinnata, Merr.) DAN LIMBAH RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING AFRIKA (Eudrilus eugeniae).

8 22 95

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON KELAPA (Cocos nucifera, L.) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Eudrilus eugeniae.

2 4 90

DAYA TETAS KOKON CACING TANAH (Lumbricus rubellus) DI BAWAH PENGARUH PEMBERIAN INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT.

0 0 1