a. Warna hijau
Achivement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. Kisaran nilai indikator suatu kinerja untuk kategori ini adalah 85 - 100
b. Warna kuning
Achiverment dari suatu indikator kinerja sudah tercapai, meskipun suatu nilainya sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus hati – hati
dengan adanya suatu kemukinan. Suatu kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 60 - 84.
c. Warna merah
Achiverment dari suatu indikator kinerja benar – benar dibawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran nilai
indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0 - 59.
Tabel 2.1. Kisaran Range Achivement
Kategori Range Achivement
Nilai rata-rata Hijau
85 - 100 2.7 - 3
Kuning 60 - 84
2.2 – 2.68 Merah
0 - 59 0 - 2.18
Untuk mengetahui tingkat implementasi program, dilakukan dengan menghitung rata – rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian
menghitung rata – rata nilai dari masing – masing kategori penilaian. Sedangkan untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian
merah, kuning, hijau maka nilai rata – rata tersebut harus dinornalisasikan dengan rumus normalisasi De Boer sebagai berikut :
Achivement kategori penilaian = minimum
skala -
maksimum skala
minimum skala
- aktual
nilai x100
2.4 Kecelakaan Kerja
Menurut Tjandra 2001 kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil maupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat tidak diinginkan.
Usaha – usaha yang dapat dilakukan dalam mencegah kecelakaan dan meningkatkan K3 adalah :
a. Membuat peraturan perundangan yaitu ketentuan – ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi – kondisi kerja pada umumnya serta melakukan pengawasan terhadap perundangan yang telah diwajibkan.
b. Mengurangi kecelakaan, kebakaran dan peledakan.
c. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada
lingkungan yang menggunakan peralatan berbahaya. d.
Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, serta mencegah
kebisingan. e.
Memberikan perawatan terhadap timbulnya pentakit. f.
Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keasrian lingkungan kerja. g.
Menciptakan suasana kerja yang membangun semangat kerja pegawai.
h. Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan,
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jiak tindakan – tindakan keselamatan sangat baik.
Perhitungan tingkat kecelakaan ada dua cara yaitu : 1.
Tradisional Indexes perhitungan secara tradisional
Untuk statis yang umum dikenal adalah frequncy dan severity. Frequncy mengukur jumlah kasus per jumlah jam kerja standart, dan severity mengukur
dampak total dari kasus – kasus ini dalam satuan ”hari kerja yang hilang” Perjumlah jam kerja standart. Beberapa kecelakaan injury, seperti amputasi
memang cukup parah severe tetapi kemungkinan berakibat pada sedikit atau tanpa kehilangan hari kerja untuk menghindari distorsi dalam tingkat severity
seperti dalam kasus semacam itu, ukuran standart hari kerja hilang ditentukan secara sekehendak hati untuk kecelakaan injury yang permanen seperti
amputasi atau kehilangan penglihatan. Hal tersebut merupakan kecelakaan fatal fatalities, karena sebenarnya
sebuah kecelakaan fatal buaknya kasus hilangnya hari kerja dalam arti yang sesungguhnya, tidak juga pada kasus ketidakmampuan total yang permanen
karena pekerja tersebut tidak pernah kerja lagi. Istilah kuno lainya adalah keseriusan, yang merupakan rasio severity
terhadap frequency. Ini menghasilkan sebuah ukuran kepentingan rata – rata relative dari injuries dan illness tanpa memperhitungkan jumlah jam kerja
selama periode yang diamati.
2. Incedence rate.
Incidence rate meliputi semua injury atau illness yang dibutuhkan perawatan medis ditambah kecelakaan fatal. Bandingkan hal ini dengan
frequency rate tradisional yang hanya memperhitungkan kasus dimana pekerja kehilangan paling sedikit satu hari kerja,perawatan medis tidak meliputi
pertolongan pertama sederhana, obat – obatan preventive misalnya suntikan tetanus, atau prosedur diqgnose medis dengan hasil negative. Pertolongan
pertama dideskripsikan sebagai perawatan satu kali dan observasi yang berkelanjutan terhadap goresan kecil, teriris, terbakar, terkena pecahan, dan
lain – lain yang tidak membutuhkan perawatan medis dan tidak dipertimbakan sebagai perawatan medis walaupun hal – hal tersebut dilakukan oleh dokter
atau personel yang profesional lainnya. Jika injury tersebut perlu dicacatkan. Untuk menghitung incidence rate jumlah injury dibagi dengan jumlah jam
kerja selama periode yang diamati dan kemudian dikalikan dengan sebuah faktor standart secara khusus.
Total injury = diamati
yang periode
selama karyawan
semua kerja
jam total
000 ,
200 ln
nfatalx kkecelakaa
esstermasu rydanil
jumlahinju 2.1
Pemilihan angka 200,000 adalah didasarkan pada jumlah jam kerja seorang pekerja full time yang bekerja sekitar 50 minggutahun dengan 40 jam
kerja per minggu. Sehingga jumlah jam kerja pertahun per pekerja adalah 40 jamminggu x 50 minggutahun = 2000 jamtahun
Sehingga 200,000 jam mewakili jumlah jam kerja yang dihabiskan oleh 100 pekerja dalm setahun. 100 pekerja x 2000 jam.tahun = 200,000 jamtahun
Degan demikian total injury incidence rate mewakili jumlah injury yang diharapkan dalam 100 orang pekerja dalam setahun. Dari persamaan 2.1 diatas,
periode aktual untuk mengumpulkan data incedence rate tidak harus satu per tahun per periode waktu spesifikasi lainnya. Periode yang cukup panjang
diperlukan untuk memperoleh jumlah kasus yang representative terutama jika kasusnya rendah.
Persamaan 2.1 diatas memperhitungkan semua kasus yang melibatkan perawatan medis tidak hanya kasus kehilangan hari kerja, juga hari dimana
pekerja masih dalam tugasnya tetapi tidak mampu untuk melakukan pekerjaan regulernya dikarenakan injury atau illness turut dimasukkan dalam perhitungan.
Hari kerja yang semacam itu disebut hari restricted work activity aktivitas kerja terbatas dan mungkin disatukan bersama dengan hari kerja yang hilang atau
dipertimbangkan terpisah, tergantung pada statistik yang diinginkan. Interpretasi tentang lost workday hari kerja yang hilang meliputi hari
dalam restricted work activity dan juga hari tanpa kerja. Istilah incidence rate sesungguhnya merupakan istilah yang umum sebagai tambahan dalam total injury
illness incidence rate meliputi hal-hal berikut: 1.
Injury incidence rate 2.
Illness 3.
Fatality 4.
Lost workday- cases incidence rate 5.
Number of lost workday rate
6. Spesific - hazards incidence rate
Seluruh rating diatas menggunakan faktor standar 200.000 perbedaan antara rating 4 dan 5 dalam daftar diatas adalah sebagai berikut rating 4
menghitung kasus dimana satu atau lebih hari kerja hilang atau dimana pekerja ditransfer kepekerrja yang lain, rating 5 menghitung jumlah total hari kerja yang
hilang atau dimana pekerja ditransfer kepekerjaan lain. Dalam menghitung jumlah hilangnya hari kerja, tanggal terjadinya injury
atau permulaan terjadinya illness tidak dihitung, walaupun pekerjanya meninggalkan tugasnya pada sebagaian besar waktu dalam hari itu, sehingga jika
pekerja kembali bekerja ke tugas regulernya dan mampu melakukan semua tugas regulernya sepanjang waktu dalam hari setelah injury atau illness, tidak ada hari
kerja hilang yang dihitung. Juga pekerja menghitung hari kerja yang hilang, akhir pekan atau hari libur normal lainnya tidak boleh dihitung jika pekerja memang
tidak harus bekerja pada hari tersebut. Pemilihan total jam kerja yang digunakan sebagai pembagi penyebut
dalam menghitung spesifikasi hazards incidence rate harus dilakukan dengan hati – hati. Karena hazards spesifik lebih sempit dan harus lebihsedikit pekerja yang
terekspos, data harus dikumpulkan selama beberapa tahun untuk memperoleh hasil yang berarti untuk spesifikasi hazards incidence rate.
Incidence rate standart yang dikenal luas adalah lost workday cases incedence rate LWDI, karakteristi LWDI adalah bahwa LWDI
mempertimbangkan injury saja, bukan illness. Illness lebih sulit dilacak untuk
membutikan keterkaitannya dengan pekerjaan untuk kejadian yang kronis, yang mana kemungkinan mempunyai variasi sebab – sebab yang
berkesinambungan.LWDI yang didasarkan pada bukti yang nyata, dipertimbangan sebagai ukuran yang lebih tepat untuk keefektifan program kesehatan dan
keselamatan kerja sebuah perusahaan juga, mungkin untuk alasan yang sama, LWDI mempertimbangkan hanya lost time injuries, tidak semua injury.
Walaupun kasus restricted work activity dipertimbangkan sebagai kasus lost time, LWDI tidak meliputi kecelakaan fatal fatalities baik yang ada karena
injury atau illness, kecelakaan fatal seharusnya dipertimbangkan sebagai kemunculan yang langka dan karena itu seharusnya tidak disamakan dengan
injury yang lebih umum yang menjadi dasar LWDI. Injury dan illness adalah dua hal yang berbeda, contoh injury adalah
terkoyak, keretakan tulang dan amputasi yang dihasilkan dari satu kecelakaan kerja atau terpapar sesuatu yang melibatkan kejadian tunggal dalam lingkungan
kerja. Gigitan binantang, semacam serangga maupun ular juga dipertimbangkan injury.
Illness adalah kondisi yang tidak normal atau tidak teratur, tidak diklasifikasikan sebagai injury, disebabkan oleh terpaparnya sesuatu kepada
faktor – faktor lingkungan. Illness biasanya dihubungkan dengan kejadian ekspos yang kronis, namun beberapa kejadian ekspos yang akut bisa dipertimbangkan
sebagai illness jika kejadian ekspos tersebut merupakan hasil dari lebih daeri satu kejadian atau kecelakaan tunggal.
Banyaknya kejadian kecelakaan merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat dikategorikan
dalam 3 kelompok seperti ditunjukkan dalam tabel. Banyaknya kejadian kecelakaan merupakan salah satu indikator
keberhasilan program keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat dikatagorikan dalam tiga kelompok seperti ditujukan dalam tabel berikut.
Tabel 2.2. Kategori Kecelakaan Kerja Kategori Parameter
penilaian keterangan
Hijau Terjadi kecelakaan
ringan injuries
Luka ringan atau sakit ringan tidak kehilangan hari kerja
Kuning Terjadi kecelakaan sedang
illness Luka berat atau parah atau
sakit dengan perawatan intensif kehilangan hari kerja
Merah Terjadi kecelakaan berat
fatalities Meninggal atau cacat seumur
hidup tidak mampu bekerja Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan
memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakan kerja kedalam Tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan. Tabel tersebut memetakan pengukuran dalam
6 level implementasi, level 1 menunjukan tingkat tertinggi dan level 6 merupakan tingkat terendah. Pada tingkat implementasi tingkat kecelakaan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
Tabel 2.3. Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan
TINGKAT IMPLEMENTASI HIJAU
KUNING MERAH
H IJ
A U
Level 1 aman nyaman
Level 2 cukup aman
Level 4 rawan
K U
N IN
G
Level 2 cukup aman
Level 3 hati- hati
Level 5 berbahaya
T IN
G K
A T
K E
CE L
A K
A A
N
M E
RA H
Level 4 rawan
Level 5 berbahaya
Level 6 sangat berbahaya
2.5 Bahaya Hazard di tempat kerja