– 2.68 Merah Kecelakaan Kerja TINJAUAN PUSTAKA

a. Warna hijau Achivement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. Kisaran nilai indikator suatu kinerja untuk kategori ini adalah 85 - 100 b. Warna kuning Achiverment dari suatu indikator kinerja sudah tercapai, meskipun suatu nilainya sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus hati – hati dengan adanya suatu kemukinan. Suatu kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 60 - 84. c. Warna merah Achiverment dari suatu indikator kinerja benar – benar dibawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran nilai indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0 - 59. Tabel 2.1. Kisaran Range Achivement Kategori Range Achivement Nilai rata-rata Hijau 85 - 100 2.7 - 3 Kuning 60 - 84

2.2 – 2.68 Merah

0 - 59 0 - 2.18 Untuk mengetahui tingkat implementasi program, dilakukan dengan menghitung rata – rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata – rata nilai dari masing – masing kategori penilaian. Sedangkan untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian merah, kuning, hijau maka nilai rata – rata tersebut harus dinornalisasikan dengan rumus normalisasi De Boer sebagai berikut : Achivement kategori penilaian = minimum skala - maksimum skala minimum skala - aktual nilai x100

2.4 Kecelakaan Kerja

Menurut Tjandra 2001 kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat tidak diinginkan. Usaha – usaha yang dapat dilakukan dalam mencegah kecelakaan dan meningkatkan K3 adalah : a. Membuat peraturan perundangan yaitu ketentuan – ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi – kondisi kerja pada umumnya serta melakukan pengawasan terhadap perundangan yang telah diwajibkan. b. Mengurangi kecelakaan, kebakaran dan peledakan. c. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan berbahaya. d. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, serta mencegah kebisingan. e. Memberikan perawatan terhadap timbulnya pentakit. f. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keasrian lingkungan kerja. g. Menciptakan suasana kerja yang membangun semangat kerja pegawai. h. Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jiak tindakan – tindakan keselamatan sangat baik. Perhitungan tingkat kecelakaan ada dua cara yaitu : 1. Tradisional Indexes perhitungan secara tradisional Untuk statis yang umum dikenal adalah frequncy dan severity. Frequncy mengukur jumlah kasus per jumlah jam kerja standart, dan severity mengukur dampak total dari kasus – kasus ini dalam satuan ”hari kerja yang hilang” Perjumlah jam kerja standart. Beberapa kecelakaan injury, seperti amputasi memang cukup parah severe tetapi kemungkinan berakibat pada sedikit atau tanpa kehilangan hari kerja untuk menghindari distorsi dalam tingkat severity seperti dalam kasus semacam itu, ukuran standart hari kerja hilang ditentukan secara sekehendak hati untuk kecelakaan injury yang permanen seperti amputasi atau kehilangan penglihatan. Hal tersebut merupakan kecelakaan fatal fatalities, karena sebenarnya sebuah kecelakaan fatal buaknya kasus hilangnya hari kerja dalam arti yang sesungguhnya, tidak juga pada kasus ketidakmampuan total yang permanen karena pekerja tersebut tidak pernah kerja lagi. Istilah kuno lainya adalah keseriusan, yang merupakan rasio severity terhadap frequency. Ini menghasilkan sebuah ukuran kepentingan rata – rata relative dari injuries dan illness tanpa memperhitungkan jumlah jam kerja selama periode yang diamati. 2. Incedence rate. Incidence rate meliputi semua injury atau illness yang dibutuhkan perawatan medis ditambah kecelakaan fatal. Bandingkan hal ini dengan frequency rate tradisional yang hanya memperhitungkan kasus dimana pekerja kehilangan paling sedikit satu hari kerja,perawatan medis tidak meliputi pertolongan pertama sederhana, obat – obatan preventive misalnya suntikan tetanus, atau prosedur diqgnose medis dengan hasil negative. Pertolongan pertama dideskripsikan sebagai perawatan satu kali dan observasi yang berkelanjutan terhadap goresan kecil, teriris, terbakar, terkena pecahan, dan lain – lain yang tidak membutuhkan perawatan medis dan tidak dipertimbakan sebagai perawatan medis walaupun hal – hal tersebut dilakukan oleh dokter atau personel yang profesional lainnya. Jika injury tersebut perlu dicacatkan. Untuk menghitung incidence rate jumlah injury dibagi dengan jumlah jam kerja selama periode yang diamati dan kemudian dikalikan dengan sebuah faktor standart secara khusus. Total injury = diamati yang periode selama karyawan semua kerja jam total 000 , 200 ln nfatalx kkecelakaa esstermasu rydanil jumlahinju 2.1 Pemilihan angka 200,000 adalah didasarkan pada jumlah jam kerja seorang pekerja full time yang bekerja sekitar 50 minggutahun dengan 40 jam kerja per minggu. Sehingga jumlah jam kerja pertahun per pekerja adalah 40 jamminggu x 50 minggutahun = 2000 jamtahun Sehingga 200,000 jam mewakili jumlah jam kerja yang dihabiskan oleh 100 pekerja dalm setahun. 100 pekerja x 2000 jam.tahun = 200,000 jamtahun Degan demikian total injury incidence rate mewakili jumlah injury yang diharapkan dalam 100 orang pekerja dalam setahun. Dari persamaan 2.1 diatas, periode aktual untuk mengumpulkan data incedence rate tidak harus satu per tahun per periode waktu spesifikasi lainnya. Periode yang cukup panjang diperlukan untuk memperoleh jumlah kasus yang representative terutama jika kasusnya rendah. Persamaan 2.1 diatas memperhitungkan semua kasus yang melibatkan perawatan medis tidak hanya kasus kehilangan hari kerja, juga hari dimana pekerja masih dalam tugasnya tetapi tidak mampu untuk melakukan pekerjaan regulernya dikarenakan injury atau illness turut dimasukkan dalam perhitungan. Hari kerja yang semacam itu disebut hari restricted work activity aktivitas kerja terbatas dan mungkin disatukan bersama dengan hari kerja yang hilang atau dipertimbangkan terpisah, tergantung pada statistik yang diinginkan. Interpretasi tentang lost workday hari kerja yang hilang meliputi hari dalam restricted work activity dan juga hari tanpa kerja. Istilah incidence rate sesungguhnya merupakan istilah yang umum sebagai tambahan dalam total injury illness incidence rate meliputi hal-hal berikut: 1. Injury incidence rate 2. Illness 3. Fatality 4. Lost workday- cases incidence rate 5. Number of lost workday rate 6. Spesific - hazards incidence rate Seluruh rating diatas menggunakan faktor standar 200.000 perbedaan antara rating 4 dan 5 dalam daftar diatas adalah sebagai berikut rating 4 menghitung kasus dimana satu atau lebih hari kerja hilang atau dimana pekerja ditransfer kepekerrja yang lain, rating 5 menghitung jumlah total hari kerja yang hilang atau dimana pekerja ditransfer kepekerjaan lain. Dalam menghitung jumlah hilangnya hari kerja, tanggal terjadinya injury atau permulaan terjadinya illness tidak dihitung, walaupun pekerjanya meninggalkan tugasnya pada sebagaian besar waktu dalam hari itu, sehingga jika pekerja kembali bekerja ke tugas regulernya dan mampu melakukan semua tugas regulernya sepanjang waktu dalam hari setelah injury atau illness, tidak ada hari kerja hilang yang dihitung. Juga pekerja menghitung hari kerja yang hilang, akhir pekan atau hari libur normal lainnya tidak boleh dihitung jika pekerja memang tidak harus bekerja pada hari tersebut. Pemilihan total jam kerja yang digunakan sebagai pembagi penyebut dalam menghitung spesifikasi hazards incidence rate harus dilakukan dengan hati – hati. Karena hazards spesifik lebih sempit dan harus lebihsedikit pekerja yang terekspos, data harus dikumpulkan selama beberapa tahun untuk memperoleh hasil yang berarti untuk spesifikasi hazards incidence rate. Incidence rate standart yang dikenal luas adalah lost workday cases incedence rate LWDI, karakteristi LWDI adalah bahwa LWDI mempertimbangkan injury saja, bukan illness. Illness lebih sulit dilacak untuk membutikan keterkaitannya dengan pekerjaan untuk kejadian yang kronis, yang mana kemungkinan mempunyai variasi sebab – sebab yang berkesinambungan.LWDI yang didasarkan pada bukti yang nyata, dipertimbangan sebagai ukuran yang lebih tepat untuk keefektifan program kesehatan dan keselamatan kerja sebuah perusahaan juga, mungkin untuk alasan yang sama, LWDI mempertimbangkan hanya lost time injuries, tidak semua injury. Walaupun kasus restricted work activity dipertimbangkan sebagai kasus lost time, LWDI tidak meliputi kecelakaan fatal fatalities baik yang ada karena injury atau illness, kecelakaan fatal seharusnya dipertimbangkan sebagai kemunculan yang langka dan karena itu seharusnya tidak disamakan dengan injury yang lebih umum yang menjadi dasar LWDI. Injury dan illness adalah dua hal yang berbeda, contoh injury adalah terkoyak, keretakan tulang dan amputasi yang dihasilkan dari satu kecelakaan kerja atau terpapar sesuatu yang melibatkan kejadian tunggal dalam lingkungan kerja. Gigitan binantang, semacam serangga maupun ular juga dipertimbangkan injury. Illness adalah kondisi yang tidak normal atau tidak teratur, tidak diklasifikasikan sebagai injury, disebabkan oleh terpaparnya sesuatu kepada faktor – faktor lingkungan. Illness biasanya dihubungkan dengan kejadian ekspos yang kronis, namun beberapa kejadian ekspos yang akut bisa dipertimbangkan sebagai illness jika kejadian ekspos tersebut merupakan hasil dari lebih daeri satu kejadian atau kecelakaan tunggal. Banyaknya kejadian kecelakaan merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat dikategorikan dalam 3 kelompok seperti ditunjukkan dalam tabel. Banyaknya kejadian kecelakaan merupakan salah satu indikator keberhasilan program keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat dikatagorikan dalam tiga kelompok seperti ditujukan dalam tabel berikut. Tabel 2.2. Kategori Kecelakaan Kerja Kategori Parameter penilaian keterangan Hijau Terjadi kecelakaan ringan injuries Luka ringan atau sakit ringan tidak kehilangan hari kerja Kuning Terjadi kecelakaan sedang illness Luka berat atau parah atau sakit dengan perawatan intensif kehilangan hari kerja Merah Terjadi kecelakaan berat fatalities Meninggal atau cacat seumur hidup tidak mampu bekerja Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakan kerja kedalam Tabel Tingkat Implementasi Kecelakaan. Tabel tersebut memetakan pengukuran dalam 6 level implementasi, level 1 menunjukan tingkat tertinggi dan level 6 merupakan tingkat terendah. Pada tingkat implementasi tingkat kecelakaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini Tabel 2.3. Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan TINGKAT IMPLEMENTASI HIJAU KUNING MERAH H IJ A U Level 1 aman nyaman Level 2 cukup aman Level 4 rawan K U N IN G Level 2 cukup aman Level 3 hati- hati Level 5 berbahaya T IN G K A T K E CE L A K A A N M E RA H Level 4 rawan Level 5 berbahaya Level 6 sangat berbahaya

2.5 Bahaya Hazard di tempat kerja