Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment Di PT. Kreasi Kotak Megah.

(1)

ANALISIS PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PENDEKATAN SMK3 DAN RISK

ASSESSMENT DI PT. KREASI KOTAK MEGAH

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

ADRIAN AKBAR NST NIM. 110423022

P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N S I

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis memperoleh pengetahuan, kesehatan dan kesempatan untuk bisa menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana merupakan salah satu dari kurikulum dan salah satu syarat khusus untuk menyelesaikan Tugas Akhir di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas sarjana yang berjudul “Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment Di PT. Kreasi Kotak Megah”.

Walaupun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis juga menyadari kemungkinan terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata penulis mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Februari 2015 Penulis


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk dukungan dan bantuan yang luar biasa, pada kesempatan kali ini penulis ingin beterima kasih kepada pihak dan nama-nama dibawah ini.

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Dosen Pembimbing I, Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc. yang telah menyediakan waktunya untuk membimbing dan mengajarkan banyak ilmu serta banyak memotivasi penulis dalam melakukan penelitian dan pengerjaan laporan tugas akhir ini.

4. Dosen Pembimbing II, Bapak Buchari, ST. M.Kes yang telah membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc selaku koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

6. Manager Produksi dan pihak SMK3 PT. Kreasi Kotak Megah, Bapak Eko Hidayat, Bapak Rizky dan segenap karyawan PT. Kreasi Kotak Megah yang membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.


(8)

7. Kedua orangtua penulis Papa (Chaidir Nst) dan Mama (Ratmah), serta adik-adik Yuni Rahmaida Nst, dan Randi Anwar Nst yang tidak henti mendukung penulis baik moril, materil, serta memberi motivasi terbesar bagi penulis hingga akhirnya mampu menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

8. Big Thank’s untuk sepupu penulis, Gambol, Rio, Rais, Mita, Tami, Bang Isan (kodok), Dedek (boneng), Dani (gerot) dan barisan para sahabat yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. 9. Teman-teman dekat seperjuangan penulis di Teknik Industri Bang Ario,

Parlik (Abdi), Salem (Taufik), Gembong (Reza), Nikot Crots (Niko), Kasino (Syafi’i), Adlan, dan Madteng (Ahmad) yang selalu ada untuk membantu penulis dalam banyak hal, serta banyak memotivasi penulis sehingga mampu menyelesaian penelitian ini.

10. Seluruh mahasiswa Teknik Industri Ekstensi USU 2010 dan 2011.

11. Bang Nurman, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, Bang Ridho, Kak Rahma, Bang Kumis dan Kak Mia atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

Terima kasih dan rasa syukur terbesar kepada Tuhan yang telah menghadirkan orang-orang yang luar biasa di hidup penulis.

Medan, Februari 2015 Penulis,


(9)

ABSTRAK

PT. Kreasi Kotak Megah merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang carton box yang telah menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Walaupun perusahaan ini telah menerapkan beberapa standar atau prosedur keselamatan kerja, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa potensi bahaya yang dapat menimbulkan kasus kecelakaan kerja. Apabila potensi bahaya yang timbul dapat diidentifikasi dan dikendalikan, maka angka kemunculan kecelakaan dapat menurun. Identifikasi dan pengendalian potensi bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cocok (checklist) menurut persepsi karyawan bagian produksi, mengetahui tingkat loss rate akibat terjadinya kecelakaan kerja. dan yang terakhir menggunakan checklist SMK3 berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012. Selain itu juga perlu dilakukan proses perangkingan hazards dengan pendekatan

Risk Assessment untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada dan tingkat resiko masing-masing bahaya. Hasil penelitian ini adalah nilai pencapaian tingkat implementasi program K3 di PT. Kreasi Kotak Megah sebesar 57,89% (kategori merah), pencapaian tingkat kehilangan/kerugian (loss rate) berada pada kategori kuning, sementara itu, pencapaian tingkat penerapan program SMK3 berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012 sebesar 86,14% (kategori hijau). Hasil identifikasi

hazards pada stasiun pengeleman mendapat kategori “negligible”, stasiun printing

dan pemotongan, dan unit kerja turbin mendapat kategori “minor”, dan stasiun pencetakan dan unit kerja boiler mendapat kategori :moderate”. Dari hazards

tersebut dapat direkomendasi pada perusahaan dalam penanganan, seperti: pemakaian APD secara rutin, perawatan dan pengawasan secara intensif, dan program pelatihan dan panduan tentang Kesehatan dan Kelamatan Kerja (K3). Kata kunci : Checklist, K3,SMK3, risk assessment, loss rate, hazards.


(10)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-5 1.3. Tujuan Penelitian ... I-5 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-6 1.5. Manfaat Penelitian ... I-7 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-7

II LANDASAN TEORI ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Daerah Pemasaran ... II-2 2.5. Proses Produksi ... II-2 2.5.1. Standar Mutu Bahan/Produk ... II-3 2.5.2. Bahan yang Digunakan ... II-4 2.5.2.1. Bahan Baku... II-4 2.5.2.2. Bahan Penolong ... II-4 2.5.3. Uraian Proses Produksi ... II-5 2.5.4. Mesin dan Peralatan ... II-7 2.5.4.1. Mesin Produksi ... II-7 2.5.5. Utilitas ... II-13 2.5.6. Safety and Fire Protection ... II-15 2.6. Struktur Organisasi ... II-16 2.6.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-18 2.6.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-26

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Keselamatan Kerja ... III-1 3.2. Kesehatan Kerja ... III-3 3.3. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam-macam Kecelakaan


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 3.3.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ... III-5 3.3.2. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ... III-9 3.3.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja ... III-12 3.4. Program Keselamatan Kerja ... III-13

3.4.1. Sifat Pentingnya Program Keselamatan Kerja Menurut

Hammer ... III-13 3.4.2. Unsur-unsur yang Mendukung Program Keselamatan

Kerja ... III-14 3.5. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) .... III-16

3.5.1. Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... III-18 3.6. Perhitungan Tingkat Implementasi Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja ... III-19 3.7. Perhitungan Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Kerja ... III-20 3.8. Penentuan Level Tingkat Penerapan Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) ... III-21 3.9. Bahaya (Hazard)... III-22 3.9.1. Identifikasi Bahaya dan Resiko ... III-24 3.10.Pendekatan Risk Assessment ... III-25 3.11.Kuesioner ... III-27


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 3.12. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... III-29 3.12.1. Uji Validitas ... III-29 3.12.2. Uji Reliabilitas ... III-30 3.13. Teknik Penentuan Jumlah Sampel ... III-31

IV METODOLOGI PENELITIAN ...IV-1 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1 4.3. Jenis Penelitian ... IV-1 4.4. Penentuan Jumlah Sampel ... IV-2 4.5. Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-2 4.6. Metodologi Penelitian ... IV-4 4.7. Instrumen Penelitian ... IV-6 4.8. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.9. Metode Pengolahan Data ... IV-7 4.10.Analisis Pemecahan Masalah ... IV-9 4.11.Kesimpulan dan Saran ... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Perancangan Daftar Cocok (Checklist) ... V-1


(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 5.1.1.1. Kisi-kisi Daftar Cocok (Checklist) ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-8 5.2.1. Uji Validitas ... V-8 5.2.2. Uji Reliabilitas ... V-10 5.2.3. Penilaian Tingkat Penerapan Program Manajemen Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja ... V-15 5.2.4. Perhitungan Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) ... V-26 5.2.5. Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) ... V-30 5.2.6. Identifikasi Sumber Bahaya (Hazard) ... V-32

5.2.6.1. Pengkategorian dan Perangkingan Sumber Bahaya (Hazard) ... V-34

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...VI-1 6.1. Analisis ... VI-1

6.1.1. Analisis Tingkat Penerapan Program Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) ... VI-1 6.1.2. Analisis Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) ... VI-4 6.1.3. Analisis Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


(15)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 6.1.4. Analisis Level Tingkat Penerapan Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) ... VI-9 6.1.5. Analisis Pengkategorian dan Perangkingan Sumber Bahaya VI-14 6.1.6. Analisis Hubungan Antara Program K3, SMK3, dan Risk

Assessment ... VI-16 6.2. Pembahasan ... VI-18 6.2.1. Pembahasan Sumber Bahaya (Hazard) ... VI-18

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Rekapitulasi Jumlah Kecelakaan Kerja PT. Kreasi Kotak Megah

Dari Tahun 2009-2013 ... I-4 2.1. Jumlah Karyawan PT. Kreasi Kotak Megah ... II-27 3.1. Kategori Keparahan Kecelakaan Kerja... II-20 3.2. Kategori Kerugian Materil ... II-21 3.3. Level Tingkat Penerapan K3 ... II-22 3.4. Risk Assessment Code ... II-25 5.1. Kisi-kisi Daftar Cocok (Checklist) ... V-1 5.2. Hasil Rekapitulasi Daftar Cocok (Checklist) Pertanyaan K3 Umum ... V-5 5.3. Uji Validitas Bagian I Pertanyaan K3 Umum ... V-9 5.4. Uji Reliabilitas Bagian I Pertanyaan K3 Umum ... V-10 5.5. Rekapitulasi Uji Reliabilitas Bagian Pertanyaan K3 Umum, Sikap,

dan Tindakan ... V-14 5.6. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

K3 Umum ... V-17 5.7. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Human Factors ... V-17 5.8. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan


(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.9. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Suhu Ekstrim ... V-18 5.10. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Elektrikal ... V-18 5.11. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Api/Kebakaran ... V-19 5.12. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Getaran dan Kebisingan ... V-19 5.13. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Jatuh, Kejatuhan Benda, dan Penglihatan ... V-19 5.14. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Sikap ... V-20 5.15. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Mekanik ... V-21 5.16. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Suhu Ekstrim ... V-21 5.17. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Elektrikal ... V-22 5.18. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan


(18)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.19. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Kebisingan dan Getaran ... V-23 5.20. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Bahaya Jatuh, Kejatuahan Benda, dan Penglihatan ... V-23 5.21. Nilai Tingkat Kinerja Bagian I Penerapan Program K3 Pertanyaan

Tindakan ... V-24 5.22. Tingkat Implementasi Program K3 PT. Kreasi Kotak Megah ... V-25 5.23. Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Berdasarkan Data

Kecelakaan Tahun 2009 ... V-27 5.24. Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Berdasarkan Data

Kecelakaan Tahun 2010 ... V-27 5.25. Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Berdasarkan Data

Kecelakaan Tahun 2011 ... V-28 5.26. Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Berdasarkan Data

Kecelakaan Tahun 2012 ... V-28 5.27. Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Berdasarkan Data

Kecelakaan Tahun 2013 ... V-29 5.28. Rekapitulasi Audit SMK3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 50 Tahun 2012 ... V-31 5.29. Risk Assessment Codes (RAC) Stasiun Pengeleman ... V-36


(19)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.30. Risk Assessment Codes (RAC) Stasiun Pencetakan ... V-37 5.31. Risk Assessment Codes (RAC) Stasiun Printing dan Pemotongan... V-38 5.32. Risk Assessment Codes (RAC) Unit Kerja Boiler ... V-39 5.33. Risk Assessment Codes (RAC) Unit Kerja Turbin ... V-40 5.34. Rekapitulasi Pengkategorian Sumber Bahaya (Hazard) ... V-40 6.1. Nilai Rata-rata Tingkat Implementasi Program K3 PT. Kreasi

Kotak Megah ... VI-2 6.2. Rekapitulasi Jumlah Kecelakaan Kerja PT. Kreasi Kotak Megah

Dari Tahun 2009-2013 ... VI-3 6.3. Pemetaan Tingkat Implementasi Program K3 – Tingkat Kehilangan/ Kerugian (Loss Rate)... VI-10 6.4. Pemetaan Tingkat Implementasi Program K3 – Tingkat Keberhasilan

Kinerja Penerapan Program SMK3 ... VI-11 6.5. Pemetaan Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) - Tingkat

Keberhasilan Kinerja Penerapan Program SMK3... VI-13 6.6. Usulan Tindakan Pencegahan Terhadap Resiko yang Mungkin

Terjadi ... VI-19 6.7. Tindakan Pengendalian Terhadap Resiko yang Mungkin dapat


(20)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1.Blok Diagram Proses Produksi Carton Sheet PT. Kreasi Kotak

Megah ... II-6 2.2. Box Type A1 ... II-12 2.3.Struktur Organisasi Perusahaan PT. Kreasi Kotak Megah ... II-17 3.1.Siklus SMK3 ... III-17 4.1.Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-2 4.2.Metodologi Penelitian ... IV-5 5.1. Radar Chart Penilaian Tingkat Kinerja Program K3 PT. Kreasi

Kotak Megah ... V-26 6.1. Radar Chart Penilaian Tingkat Kinerja Program K3 PT. Kreasi

Kotak Megah ... VI-3 6.2.Hubungan Antara Program K3, SMK3, dan Risk Assessment ... VI-16


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner Penelitian ... L-1 2. Hasil Rekapitulasi Uji Daftar Cocok (Checklist), Uji Reliabilitas

dan Validitas ... L-2 3. Tabel r Product Moment Pada Sig. 0,05 (Two Tail) ... L-3 4. Audit Checklist Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 .. L-4 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 ... L-5 6. Surat Permohonan Tugas sarjana... L-6 7. Formulir Penetapan Tugas Sarjana. ... L-7 8. Surat Penjajakan Pabrik ... L-8 9. Surat Balasan Pabrik ... L-9 10. Surat Keputusan Tentang Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-10


(22)

ABSTRAK

PT. Kreasi Kotak Megah merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang carton box yang telah menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Walaupun perusahaan ini telah menerapkan beberapa standar atau prosedur keselamatan kerja, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa potensi bahaya yang dapat menimbulkan kasus kecelakaan kerja. Apabila potensi bahaya yang timbul dapat diidentifikasi dan dikendalikan, maka angka kemunculan kecelakaan dapat menurun. Identifikasi dan pengendalian potensi bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cocok (checklist) menurut persepsi karyawan bagian produksi, mengetahui tingkat loss rate akibat terjadinya kecelakaan kerja. dan yang terakhir menggunakan checklist SMK3 berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012. Selain itu juga perlu dilakukan proses perangkingan hazards dengan pendekatan

Risk Assessment untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada dan tingkat resiko masing-masing bahaya. Hasil penelitian ini adalah nilai pencapaian tingkat implementasi program K3 di PT. Kreasi Kotak Megah sebesar 57,89% (kategori merah), pencapaian tingkat kehilangan/kerugian (loss rate) berada pada kategori kuning, sementara itu, pencapaian tingkat penerapan program SMK3 berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012 sebesar 86,14% (kategori hijau). Hasil identifikasi

hazards pada stasiun pengeleman mendapat kategori “negligible”, stasiun printing

dan pemotongan, dan unit kerja turbin mendapat kategori “minor”, dan stasiun pencetakan dan unit kerja boiler mendapat kategori :moderate”. Dari hazards

tersebut dapat direkomendasi pada perusahaan dalam penanganan, seperti: pemakaian APD secara rutin, perawatan dan pengawasan secara intensif, dan program pelatihan dan panduan tentang Kesehatan dan Kelamatan Kerja (K3). Kata kunci : Checklist, K3,SMK3, risk assessment, loss rate, hazards.


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam era modern seperti sekarang ini, manusia dituntut untuk bekerja sesuai dengan standar prosedur operasional dari satu pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting dari suatu pekerjaan. Dalam pemenuhan kebutuhannya, suatu industri tidak boleh hanya tertuju pada tujuannya dalam mencari profit, namun juga harus memperhatikan faktor manusia yang memiliki peran penting dalam mencapai suatu tujuan.

Perusahaan dalam menjalankan suatu kegiatan sesuai dengan tujuan perusahaan tidak luput dari kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang di derita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang besar karena manusia adalah salah satu sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh sumber daya lain.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang dibentuk sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit kerja dan kecelakaan kerja dengan cara melihat dan menganalisis hal-hal yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan serta tindakan antisipasi apabila terjadi hal


(24)

tersebut. Tujuan akhir dari dibuatnya program K3 tersebut adalah untuk mengurangi biaya perusahaan dari penyakit kerja dan kecelakaan kerja.

Pada penelitian sebelumnya dengan pendekatan yang sama oleh Yohana Bolu Tena dari Universitas Cendana, Program Studi Teknik Sipil yang berjudul “Kajian Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Jasa Konstruksi Di Kota Kupang” Dari penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Persentase implementasi SMK3 pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Kupang adalah sebesar 62,38 %. Dari persentase ini implementasi SMK3 dikategorikan kuning sesuai konsep

Traffic Light System. Dengan tingkat kecelakaan yang berada pada kategori hijau maka dapat diketahui bahwa tingkat implementasi SMK3 Kota Kupang berada pada level 2 yaitu cukup aman. Berdasarkan penggolongan menurut kategori usia perusahaan, perusahaan dengan usia 5-10 tahun memiliki persentase implementasi SMK3 sebesar 47,85 %; perusahaan dengan usia 10–20 tahun memiliki persentase 54,18 %; dan perusahaan dengan usia di atas 20 tahun memiliki persentase 79,74 %. Hal ini dapat membuktikan bahwa semakin tinggi usia perusahaan maka implementasi SMK3 semakin baik.

Dengan penelitian yang sama oleh Bayu Nugroho Pujiono, Ishardita Pambudi Tama, dan Remba Yanuar Efranto dari Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Program Studi Teknik Industri yang berjudul “Analisis Potensi Bahaya Serta Rekomendasi Perbaikan Dengan Metode Hazard and Operability Study (Hazop) Melalui Perangkingan OHS Risk Assessment and Control” yang dilakukan pada PT. Ekamas Fortuna dengan hasil produksi kertas. Setelah


(25)

dilakukan obervasi ditemukan 43 potensi bahaya (hazard) dan kemudian digolongkan menjadi 15 sumber hazard. Berdasarkan penilaian level resiko, terdapat 3 sumber hazard yang tergolong "Ekstrim", 4 sumber hazard yang tergolong "Resiko Tinggi", 6 sumber hazard yang tergolong "Resiko Sedang", dan 2 sumber hazard yang tergolong "Resiko Rendah". Penelitian ini menghasilkan rekomendasi perbaikan berupa pembuatan Standard Operating Procedure (SOP), jadwal pelatihan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), jadwal pelaksanaan safety talk, worksheet penggunaan APD, lembar kontrol penggunaan APD, checklisthandrail, dan checklist lantai plat.

Sedangkan pada penelitian ini dilakukan di PT. Kreasi Kotak Megah merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi carton box dengan bahan baku paper roll. Perusahaan ini telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), namun kurangnya pengawasan mengakibatkan masih terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh dua faktor yaitu kecelakaan kerja karena diakibatkan oleh keadaan yang berbahaya (unsafe condition) dimana beberapa mesin dan peralatan yang digunakan memiliki potensi bahaya seperti mesin

boiler, flexo, corrugated, ball press, NC slitter, dan NC cutter sebanyak 11 frekuensi, sedangkan faktor yang kedua adalah perilaku yang membahayakan (unsafe action) seperti tidak disiplin atau lalai dalam bekerja sebanyak 5 frekuensi. Terlepas dari program keselamatan dan kesehatan kerja dan potensi bahaya tersebut perusahaan ini memiliki 16 kasus kecelakaan yang tejadi selama


(26)

kurun waktu 5 tahun terakhir. Berikut rekapitulasi jumlah kecelakaan kerja dari tahun 2009 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Rekapitulasi Jumlah Kecelakaan Kerja PT. Kreasi Kotak Megah Dari Tahun 2009-2013

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013

Kecelakan Kerja (Frekuensi) 3 4 4 2 3

Sumber: PT. Kreasi Kotak Megah

Dari Tabel 1.1. kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2009 terdapat 3 frekuensi kecelakaan kerja yaitu mata operator boiler terkena tetesan minyak

residu (bahan bakar boiler), jari tangan operator terjepit pada mesin single face

(press roll), dan tangan operator terkena pipa steam. Tahun 2010 terdapat 4 frekuensi kecelakaan kerja yaitu terpeleset karena air yang berceceran dalam pembuatan lem, tangan terkena steam, jari tangan terkena mata pisau pada mesin

NC slitter, dan terjatuh dari tangga. Tahun 2011 terdapat 4 frekuensi kecelakaan kerja yaitu jari tangan terjepit pada mesin slitter unit, jari tangan terjepit pada mesin NC slitter, tangan terkena steam ketika melakukan pengecekan pada mesin

heating plate, dan mata operator terkena lontaran potongan carton sheet pada mesin cut off. Tahun 2012 terdapat 2 frekuensi kecelakaan kerja yaitu jari tangan terkena mata pisau pada mesin NC slitter, dan jari tangan terjepit pada mesin

single face. Tahun 2013 terdapat 3 frekuensi kecelakaan kerja yaitu jari tangan terkena mata pisau pada mesin cut off, jari tangan terjepit pada mesin NC slitter, dan terjatuh dari tangga ketika mengecek temperatur steam pada mesin heating plate. Dari kasus kecelakaan kerja dan sumber bahaya di perusahaan PT. Kreasi


(27)

Kotak Megah maka penulis ingin menganalisis penerapan program K3 dengan pendekatan SMK3 dan risk assessment (penilaian resiko).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan pada perusahaan adalah jumlah kecelakaan kerja yang terjadi selama kurun waktu 5 tahun terakhir sebanyak 16 kasus kecelakaan kerja yang terdiri dari 5 frekuensi kecelakaan disebabkan oleh manusia/karyawan (unsafe action) dan 11 frekuensi kecelakaan yang diakibatkan oleh peralatan yang digunakan/lingkungan kerja (unsafe condition).

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian yaitu untuk menganalisis penerapan program K3 dengan pendekatan konsep traffic light system berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3 dan risk assessment melalui perangkingan bahaya untuk mengidentifikasi dan mengendalikan potensi bahaya.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Menghitung tingkat penerapan program K3 berdasarkan persepsi karyawan dengan menggunakan kuesioner K3.

2. Menghitung tingkat penerapan program K3 dengan dengan audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012.


(28)

4. Identifikasi dan menentukan rangking bahaya (hazard) dengan menggunakan pendekatan risk assessment (penilaian resiko).

5. Membuat usulan perbaikan program K3.

1.4. Batasan Masalah dan Asusmsi

Agar penyelesaian masalah tidak menyimpang dari tujuan dan menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti, maka penulis membuat batasan masalah dan asusmsi.

Batasan masalah yang digunakan yaitu:

1. Penelitian dilakukan pada pekerja bagian produksi atau semua peralatan/mesin yang ada pada bagian produksi di PT. Kreasi Kotak Megah.

2. Penelitian yang dilakukan adalah mengenai bahaya-bahaya yang terjadi yang disebabkan oleh manusia atau peralatan yang digunakan dan lingkungan kerja. 3. Data kecelakaan kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kecelakaan kerja dari tahun 2009 - 2013.

Asusmsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi perusahaan tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. 2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan

oleh PT. Kreasi Kotak Megah tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.

3. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan dan sumber lain adalah benar setelah dipertimbangkan kelayakannya.


(29)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan metode ilmiah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan mengaplikasikannya dilapangan.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan atau rekomendasi bagi pihak perusahaan untuk mengetahui seberapa besar tingkat penerapan K3 sebelumnya, langkah perbaikan program K3 serta potensi dan pengendalian bahaya (hazard) yang ada.

c. Bagi Departemen Teknik Industri

Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan untuk menambah literatur perpustakaan.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Untuk memudahkan penelitian, pembahasan dan penelitian tugas akhir ini, maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah yang terjadi, tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian, batasan masalah dan asusmsi serta sistematika laporan. BAB II Gambaran umum perusahaan memaparkan mengenai sejarah


(30)

perusahaan, struktur organisasi, tugas dan wewenang dan produk perusahaan.

BAB III Tinjauan pustaka menguraikan teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah atau pencapaian tujuan dari penelitian.

BAB IV Metodologi penelitian memaparkan tentang pelaksanaan penelitian yang meliputi tempat dan waktu dilakukan penelitian, rancangan penelitian, objek penelitian yang digunakan, variabel penelitian, instrumen penelitian, pelaksanaan penelitian, cara pengolahan data serta analisis.

BAB V Pengumpulan dan pengolahan data memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI Analisis pemecahan masalah memuat pembahasan hasil dari pengolahan data dan pemecahan masalah serta usulan perbaikan. BAB VII Kesimpulan dan saran memuat hasil identifikasi permasalahan dan

saran-saran perbaikan dan tahapan upaya pencegahan/pengendalian yang dapat diusulkan kepada industri.


(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Kreasi Kotak Megah di bangun diatas lahan seluas 18.159 m2 pada tahun 1991, dan mulai beroperasi tanggal 01 November 1993.

PT. Kreasi Kotak Megah merupakan perusahaan group Asia Pulp & Paper Co. Ltd. (APP) di bawah divisi BU# 17 milik dari perusahaan PT. Sinarmas Group, yang secara spesifik bergerak dalam bidang converting manufacturing. APP adalah satu dari perusahaan pulp & kertas yang merupakan produsen pulp & kertas terintegrasi terbesar di tingkat Asia.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Kreasi Kotak Megah bergerak dalam bidang pengolahan paper roll

menjadi carton box. PT. Kreasi Kotak Megah memasarkan produknya dengan anak perusahaan PT. Sinarmas Group seperti PT. Smart. Tbk, PT. Smart Telkom, PT. Socimas, PT. Cakrawala Megah Indah, PT. Sinar Dunia dan perusahaan lainnya. Penjualan produk carton box ini dilakukan oleh bagian marketing PT. Kreasi Kotak Megah bagian pusat yang terletak di Jalan Soekarno Hatta No. 791 km 12,5 Gedebage Bandung 40294.


(32)

2.3. Daerah Pemasaran

Seluruh hasil produksi PT. Kreasi Kotak Megah produknya dipasarkan didalam negeri. PT. Kreasi Kotak Megah berada dibawah naungan PT. Sinarmas Group yang berpusat di Jalan Soekarno Hatta No. 791 Km 12,5 Gedebage Bandung 40294. Jadi semua hasil produksi dari pabrik ini harus dilaporkan kekantor pusat. Pelanggan yang akan membeli carton box berurusan dengan kantor pusat, dan nantinya bagian marketing yang berada di kantor pusat akan memerintahkan kepada devisi PT. Kreasi Kotak Megah.

PT. Kreasi Kotak Megah mengimplementasikan sistem SAP OTC (Order to Cash) untuk menjamin bahwa order yang diterima dapat dikirim tepat waktu, dan dapat melakukan kontrol disemua proses produksi. Selain itu PT. Kreasi Kotak Megah juga menggunakan sistem berbasis Web Base.

2.4. Proses Produksi

Tujuan dari proses proses pengolahan paper roll di PT. Kreasi Kotak Megah adalah untuk memperoleh produk carton box yang berkualitas. Proses produksi yang terjadi di pabrik ini akan menghasilkan tiga jenis produk carton box, yaitu:

1. A1/Standart

2. A3/Over Flap

3. Die Cut

Adapun tipe-tipe carton box yaitu : 1. Berdasarkan tinggi Flute yaitu:


(33)

b. B Flute : 2,7 – 3 mm c. C Flute : 3,7 – 4 mm d. E Flute : 1,2 – 1,5 mm 2. Berdasarkan Face yaitu : a. Single Face

b. Double Face

3. Berdasarkan Wall

a. Single Wall

b. Double Wall

2.4.1. Standar Mutu Bahan/Produk

PT. Kreasi Kotak Megah mempunyai dua standar mutu produk yang berbeda. Untuk jenis carton box yang akan diisi dengan produk snack maka dikompres dengan mesin bertekanan 8 kg selama waktu 3 menit, dan untuk jenis

carton box yang akan diisi dengan produk minyak dan barang elektronik maka harus dikompres dengan tekanan 10 kg selama waktu 10 menit.

2.4.2. Bahan yang Digunakan 2.4.2.1. Bahan Baku

Paper roll adalah bahan baku yang digunakan di PT. Kreasi Kotak Megah.

Supply paper roll sebagai bahan baku utama PT. Kreasi Kotak Megah dilakukan oleh perusahaan PT. Indah Kiat Pulp and Paper Product & PT. Ekamas Fortuna Malang, Stock paper roll berkisar pada 9.500 ton per bulan. Kapasitas gudang

paper roll pada PT. Kreasi Kotak Megah mampu menampung sebanyak 10.000 ton.


(34)

2.4.2.2. Bahan Penolong

Adapun bahan penolong yang digunakan PT. Kreasi Kotak Megah dalam proses produksi carton box, yaitu:

1. Steam (Uap)

Steam (uap) memegang peranan penting dalam proses produksi di PT. Kreasi Kotak Megah. Steam ini digunakan antara lain untuk:

a. Memanaskan pada saat proses penyambungan antara liner dengan fluting

pada mesin Pre Heater.

b. Memanaskan permukaan luar liner agar rekat dengan single face, yang mana

single face membawa lem dari glue roll di double backer di mesin Heating Plate.

2. Glue (lem) berfungsi sebagai perekat antara wall dan face. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan glue (lem) adalah sebagai berikut:

a. Air

Penggunaan air pada PT. Kreasi Kotak Megah yaitu sebagai media pelarut dalam proses pembuatan glue (lem).

b. Tepung Tapioka (Tepung Kanji)

Berfungsi sebagai perekat yang memiliki viskositas rekat tinggi, kejernihan tinggi, dan stabilitas pembekuan tinggi.


(35)

Merupakan senyawa polimer termoplastik yang memiliki sifat tahan panas, daya regang tinggi, serta larut dalam pelarut organik.

d. Kostik Soda (Natrium Hidroksida)

Bersifat cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas, dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Sehingga glue (lem) lebih cepat kering.

e. Pressure Sensitif Adhesives (PSA)

PSA adalah salah satu jenis bahan perekat dimana aplikasinya hanya membutuhkan tekanan yang ringan dan cepat tanpa melalui pemanasan.

2.4.3. Mesin dan Peralatan

Proses produksi PT. Kreasi Kotak Megah menggunakan mesin-mesin dan juga peralatan-peralatan yang sangat berperan dalam menghasilkan produknya yaitu carton box.

2.4.3.1. Mesin Produksi

Spesifikasi mesin produksi yang ada di PT. Kreasi Kotak Megah adalah sebagai berikut:

1. Corrugator Machine

Corrugator adalah mesin yang berfungsi untuk membuat kertas bergelombang (Carton Sheet). Bagian-bagian mesin corrugators adalah:


(36)

Berfungsi untuk membuat gelombang satu muka atau disebut juga dengan

Single Face. Unit ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: a. Corrugating Roll

Berfungsi untuk membuat Fluting. Corrugating Roll bekerja dengan didukung oleh tekanan hydrolic dan tekanan steam (uap) yang berasal dari boiler.

b. Paper Roll

Berfungsi untuk melapisi fluting dengan liner. Saat proses di single face, press roll bisa rata dan bisa juga cembung, tergantung dari kondisi Corrugating Rollnya.

Hal-hal yang dapat menyebabkan Press Roll cepat aus adalah :

• Tidak disesuaikan lebar kertas dengan tekanan (pressure) di Press Roll.

• Kemiringan Press Roll jarang di kontrol. • Sering produksi memakai lebar minimal. • Tekanan hydrolic tidak stabil.

c. Glue Roll

Berfungsi sebagai pengantar lem dari fluting ke liner.

d. Pre Heater

Berfungsi untuk memanasi lapisan liner agar pada saat penyambungan antara liner dengan fluting dan lem dapat rekat menjadi Single Face.


(37)

(uap). Jika terjadi penurunan temperatur steam, maka cek kondisi

steam trap atau kemiringan Syphone.

e. Pre Conditioner

Berfungsi untuk memanasi kertas bagian Medium agar moisture kertas dapat lebih stabil dan cepat kering pada saat membentuk fluting dan saat menyatu dengan liner.

Pada unit ini penentuan tingkat panas temperatur sama dengan di Pre Heater. Jika ada penurunan temperatur steam maka cek kondisi steam trap dan cek kemiringan syphone setiap saat.

f. Mill Roll Stand

Berfungsi sebagai pembersihan kotoran/debu sebelum masuk pada mesin Pre Heater dengan bantuan media angin.

B. Double Backer

Berfungsi untuk merekatkan lapisan kerta outer liner dengan single face.

Hasil pengeleman akan baik tergantung dari kondisi dan posisi contact roll

atau contact bar, tidak aus dan tidak miring.

C. Heating Plate

Unit ini terdiri dari blok heating plate yang dipanaskan oleh steam (uap). Berfungsi untuk memanaskan permukaan luar liner agar rekat dengan

single face, yang mana single face membawa lem dari glue roll di double backer dan sebagai penarik agar single face dan outer liner masuk dan keluar bersama-sama dengan ditarik oleh canvas belt.


(38)

Putaran antara glue roll dengan canvas belt minimal harus sama atau lebih rendah glue roll. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengeleman yang lebih merata dan dapat tepat ditengah-tengah fluting.

Canvas belt berfungsi bukan hanya sebagai penarik single face dan liner

saja, akan tetapi juga berfungsi untuk menghisap dan mengeluarkan

moisture kertas pada saat berputar dan pada saat berada dibagian atas

heating plate.

D. Rotary Shear

Berfungsi untuk membuang single face yang reject atau memotong pada saat akan change order (ganti ukuran) agar tidak tersangkut pada unit Nc slitter score dan cut off (speed cut).

E. NC Slitter Score

Berfungsi untuk mendesain/membuat ukuran lebar dan tinggi box

(membentuk) slitter dan scoring. Unit ini terdiri dari pisau (slitter) score

(line scoring) pembuat garis tekukan.

F. Cut Off (Speed Cut)

Berfungsi untuk membuat atau membentuk ukuran panjang. Pada unit ini hanya terdiri dari pisau yang bentuknya memanjang dengan model yang bermacam-macam, tergantung dari bentuk dan model mesin pembuatnya. G. Down Stacker


(39)

Berfungsi untuk menyusun tumpukan sheet yang akan dikeluarkan dari mesin. Bentuk dan tinggi tumpukan dapat di setting tergantung dari tinggi

flute dan tebal kertasnya (substance). 2. Flexo

Flexo adalah mesin yang berfungsi untuk memproses corrugated carton sheet

dengan cara mencetak, membuat tekukan, dan membuat potongan, sehingga membentuk box. Mesin flexo terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

A. Semi auto feeder

Berfungsi untuk mengangkat sheet dari conveyor dan mentransfer sheet

tersebut ke unit feeder.

B. Feeder unit

Feeder unit adalah salah satu bagian dari mesin flexo yang mempunyai fungsi men-supply sheet pada tumpukan terbawah dengan menggunakan

feeder belt atau kicker plate ke unit berikutnya yaitu printing unit. Feeder unit mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a. Back stop dan feed gate yang secara bersamaan berfungsi untuk menahan kertas agar tidak miring saat masuk ke dalam mesin.

b. Untuk mencegah lebih dari satu sheet yang masuk ke dalam mesin. c. Side guide berfungsi untuk merapikan posisi kertas yang tidak rata

pada saat supply menjadi rata dan sejajar.

d. Kicker (TYC) dan feeder belt (WARD) berfungsi sama yaitu sebagai sarana untuk men-supply sheet kedalam mesin. TYC menggunakan


(40)

kicker plate untuk membawa sheet pada tumpukan yang terbawah masuk kedalam printing unit, sedangkan WARD menggunakan belt.

e. Feeder roll upper dan lower, berfungsi untuk menarik sheet ke dalam mesin. Renggangan antara upper dan lower roll dapat di setting secara otomatis (melalui layar touchscreen) maupun manual (menggunakan

feed roll adjuster). C. Printing unit

Printing unit menerima supply sheet dari feeder unit. Printing unit

berfungsi untuk mencetak desain ke sheet.

Bagian-bagian terpenting yang harus diperhatikan pada unit printing, yaitu:

a. Anylox cylinder berfungsi untuk mentransfer tinta dari rubber roll ke

printing plate sehingga dapat timbul cetakan pada carton sheet.

b. Rubber roll berfungsi untuk memeberikan tekanan pada anylox roll/anylox cylinder, sehingga dapat diatur tingkat ketebalan tinta yang ditransfer ke printing plate.

c. Doctor blade memiliki fungsi yang sama dengan rubber roll yaitu untuk memberikan tekanan pada anylox roll/anylox cylinder, sehingga dapat diatur tingkat ketebalan tinta yang ditransfer ke printing plate.

D. Slotter unit

Slotter unit mempunyai beberapa fungsi diantaranya, yaitu: a. Membuat slotter


(41)

Berfungsi sebagai pemotong/membuat sobekan sesuai dengan ukuran

box yang diminta. b. Membuat creasing

Berfungsi untuk membentuk garis/line pada carton sheet yang berguna sebagai tekukan yang akan membentuk box.

c. Membuat trimming

d. Membuat kupingan

Gambar 2.2. Box Type A1

E. Die Cut unit

Berfungsi sebagai pengganti unit slotter dalam membuat tekukan maupun potongan dan sobekan untuk membentuk box sesuai ukuran yang diminta.

Die cut juga digunakan untuk membentuk box-box dengan ukuran dan model khusus (bukan tipe A1).

Secara garis besar die cut unit terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

a. Die drum digunakan sebagai tempat mereketnya die cut board. Pada bagian O.S terdapat angka-angka yang berfungsi sebagai register

untuk memudahkan pemasangan die cut board.


(42)

c. Anvil blanket berfungsi untuk melindungi anvil dan pisau pada saat kontak. Blanket yang baik akan menghasilkan potongan yang baik pula.

F. Stacker unit

Stacker unit berfungsi untuk menyusun sheet setelah proses printing dan

sloting pada mesin flexo.

2.4.4. Utilitas

Utilitas dalam suatu pabrik merupakan unit pembantu produksi yang tidak terlihat secara langsung sebagai bahan baku, tetapi penunjang proses agar produksi dapat berjalan dengan lancer. Utilitas yang terdapat pada PT. Kreasi Kotak Megah adalah sebagai berikut:

1. Unit Pengolahan Air (Water Treatment)

PT. Kreasi Kotak Megah membutuhkan air bersih sebagai air umpan boiler

yang membutuhkan kemurnian air yang memenuhi persyaratan. Air umpan

boiler memerlukan perlakuan kimia yang aman (foot grade). Air merupakan salah satu bagian yang penting untuk mendukung proses produksi carton box

dan fungsinya tidak dapat tergantikan oleh senyawa lain.

Selain digunakan untuk proses produksi, air juga digunakan untuk keperluan sebagai berikut:

a. Air proses, yaitu air yang digunakan didalam boiler untuk menghasilkan


(43)

b. Air domestik, yaitu air yang digunakan diluar kegiatan pabrik (kantor dan kantin)

Sumber air yang digunakan PT. Kreasi Kotak Megah berasal dari Sungai Deli yang terletak ± 4,5 km dari lokasi pabrik.

2. Unit Pembangkit Tenaga.

Merupakan salah satu sumber tenaga yang digunakan untuk dapat mengoperasikan seluruh alat dan mesin. Listrik yang diperoleh dari PLN dan mesin diesel dengan bahan bakar solar, sedangkan tenaga uap diperoleh dengan mengoptimalkan uap sebagai tenaga penggerak. PT. Kreasi Kotak Megah menggunakan uap untuk mesin corrugating roll, pre heater, pre conditioner, dan heating plate.

2.4.5. Safety and Fire Protection

Safety and fire protection di PT. Kreasi Kotak Megah didukung atas sarana dan prasana yang disediakan oleh perusahaan. Adapun sarana dan prasarana tersebut antara lain:

1. Keamanan

Kegiatan keamanan dilaksanakan oleh security yang bekerja secara bergantian yakni petugas keamanan dibagi atas 3 shift dalam waktu 24 jam.

2. Keselamatan

Kegiatan keselamatan kerja dilengkapi peralatan kerja pendukung yang minimal seperti : sarung tangan, kacamata pelindung, helm, dan safety shoes.


(44)

Untuk kegiatan penaggulangan bahaya kebakaran, perusahaan juga melengkapi dengan peralatan kerja pendukung seperti : racun api, mesin pompa, dan hydrant.

3. Kondisi Lingkungan Kerja

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja berhubungan dengan gangguan terhadap pengaman mesin yang berputar, temperatur, sirkulasi udara dan kebisingan (noise) yang terdapat di area kerja. PT. Kreasi Kotak Megah sebenarnya telah memiliki kebijakan dalam hal safety terhadap bahaya. Namun, pelaksanaannya belum maksimal, karena para pekerja belum seluruhnya mematuhi kebijakan yang telah dibuat. Kemungkinan terjadinya potensi kebisingan adalah pada bagian unit pembangkit tenagadan sebagian besar di lantai produksi. Kesadaran para pekerja akan pentingnya kebijakan yang dibuat masih sangat rendah. Sama halnya dengan sistem manajemen yang belum maksimal dalam mensosialisasikan pentingnya kebijakan keselamatan kerja yang telah dibuat. 2.5. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tangggung jawab. Organisasi ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha dan besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan.


(45)

Setiap perusahaan yang mempunyai tujuan tertentu akan berusaha semaksimal mungkin membuat suatu hubungan kerjasama yang baik dan harmoni. Demikian juga halnya dengan PT. Kreasi Kotak Megah. Untuk menciptakan hubungan kerjasama yang baik dan harmonis dalam operasionalnya, maka perusahaan ini memiliki struktur organisasi. Dengan adanya struktur organisasi, uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang akan tergambar dengan jelas sehingga mempermudah dalam menentukan, mengarahkan dan mengawasi jalannya operasional perusahaan agar berjalan dengan baik dan terkendali. Suatu manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Struktur organisasi bagi perusahaan mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan.


(46)

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Perusahaan PT. Kreasi Kotak Megah Mill Head

Business Head

Sales

Iner

PPIC

QC

Delivery

Mill Service Head

Finance

Acounting

IT Production Head

Corrugated

Flexo

Ware House

MME / MTC

Mill Office

MBOS

Humas

HRD & GA

Purchasing


(47)

2.6.2. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam kerja

Tenaga kerja yang bekerja di PT. Kreasi Kotak Megah dibagi menjadi 2 jenis jam kerja, yaitu jam kerja karyawan produksi dan jam kerja karyawan bagian administrasi. Pada masa produksi, jam kerja yang diberlakukan bagi setiap karyawan produksi adalah dengan pembagian jam kerja menjadi 3 shift selama 6 hari kerja, yaitu sebagai berikut:

1. Shift I : Pukul 07.00 WIB – 15.00 WIB 2. Shift II : Pukul 15.00 WIB – 23.00 WIB 3. Shift III : Pukul 23.00 WIB – 07.00 WIB

Sedangkan untuk karyawan dibagian administrasi masa kerja selama 5 hari kerja dalam satu minggu adalah sebagai berikut:

1. Senin – Kamis

Pukul 07.00 WIB – 17.00 WIB : Jam kerja Pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB : Jam istirahat

Pukul 13.00 WIB – 17.00 WIB : Jam kerja setelah istirahat 2. Jumat

Pukul 07.00 WIB – 11.30 WIB : Jam kerja Pukul 11.30 WIB – 13.30 WIB : Jam istirahat


(48)

Jumlah keseluruhan tenaga kerja pada perusahaan PT. Kreasi Kotak Megah pada saat ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Karyawan PT. Kreasi Kotak Megah

No. Keterangan Total Karyawan (Orang)

1. Mill Head 1

2. Production Head 1

3. Corrugated (Shift I, II, dan III) 57 4. Flexo (Shift I, II, dan III) 21

5. Ware House 6

6. MME/MTC 4

7. Business Head 1

8. Sales 8

9. Iner 4

10. QC 9

11. Delivery 6

12. Mill Service Head 1

13. Finance 8

14. Acounting 8

15. IT 5

16. Mill Office 5

17. MBOS 7

18. Humas 6

19. HRD & GA 9

20. Purchasing 4

Total 171


(49)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Keselamatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.

Keselamatan adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja besasaran segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, maupun diudara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi baik barang maupun jasa. Sehingga keselamatan dan kesehatan kerja merupakan sarana untuk mencegah terjadinya kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.

Kecelakaan selain menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian tidak langsung yaitu kerusakan-kerusakan mesin


(50)

dan peralatan-peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan lingkungan kerja dan lain-lain. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaan sehari-hari untuk meningkatkan hasil produksi dan produktivitas secara nasional. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan diri dari masalah sekitarnya dari pada dirinya yang dapat menimpa dan mengganggu pelaksanaan pekerjaannya. Maka jelaslah keselamatan kerja adalah suatu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini bahaya yang timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjaan harus sejauh mungkin diberantas atau dikendalikan.

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi keselamatan tenaga kerja didalam melaksanakan tugasnya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 2. Melindungi keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerja.

3. Melindungi keamanan peralatan dan sumber produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien. Sumber produksi diperiksa dan dipergunakan secara aman dan efisien.


(51)

3.2. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang di akibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Ada dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu: 1. Penyakit umum

Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, masih sekolah atau menganggur. Pencegahan penyakit ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Untuk mengurangi biaya mengatasi penyakit umum, setiap calon karyawan diwajibkan mengikuti pemeriksaan atas dirinya oleh dokter perusahaan.

2. Penyakit akibat kerja

Penyakit ini dapat timbul setelah seorang melakukan pekerjaan. Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin pengganggu kerja dan kesehatan atau dengan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.

Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Pencengahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.

b. Mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja.


(52)

3.3. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam-macam Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga atau tidak diharapkan. Tak terduga maksudnya dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan atau tanpa suatu perencanaan. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Macam-macam kecelakaan kerja, yaitu: a. Berdasarkan selang waktu akibat:

1. Kecelakaan berlangsung.

Kecelakaan yang terjadi berakibat langsung/terdeteksi, contohnya korban manusia, mesin yang rusak atau kegagalan produksi.

2. Kecelakaan tidak langsung.

Kecelakaan terdeteksi setelah selang waktu dari kejadian, contohnya mesin cepat rusak, lingkungan tercemar.

b. Berdasarkan korban:

1. Kecelakaan dengan korban manusia. a. Kecelakaan ringan

Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan P3K atau paling jauh dibawa ke poliklinik.

b. Kecelakaan sedang

Korban biasanya dibawa ke poliklinik setelah itu jika perlu diberi waktu untuk istirahat.


(53)

Korban dibawa ke rumah sakit yang telah bekerja sama dan paling dekat dengan perusahaan.

2. Kecelakaan tanpa korban manusia.

Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan berdasarkan besar kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak-dampak yang diakibatkannya.

3.3.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Oraganisasi Perburuhan Internasional (1962) adalah sebagai berikut:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan. a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh. d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

i. Jenis-jenis termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut. 2. Klasifikasi menurut penyebab.

a. Mesin.

1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik. 2. Mesin penyalur


(54)

3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam. 4. Mesin-mesin pengolah kayu

5. Mesin-mesin pertanian 6. Mesin-mesin pertambangan

7. Mesin-mesin yang tidak termasuk klasifikasi tersebut. b. Alat angkat dan angkut

1. Mesin angkat dan peralatannya 2. Alat angkutan di atas rel

3. Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api 4. Alat angkutan udara

5. Alat angkutan air 6. Alat-alat angkutan lain c. Peralatan lain

1. Bejana bertekanan

2. Dapur pembakaran dan pemanas 3. Instalasi pendingin

4. Instalasi listrik, termasuk motor litsrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan).

5. Alat-alat listrik (tangan)

6. Alat-alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat-alat lsitrik. 7. Tangga

8. Perancah


(55)

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi 1. Bahan peledak

2. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak. 3. Benda-benda melayang

4. Radiasi

5. Bahan-bahan dan zat-zat yang belum termasuk golongan tersebut. e. Lingkungan kerja

1. Diluar bangunan 2. Didalam bangunan 3. Dibawah tanah

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut. 1. Hewan

2. Penyebab lain

g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan. a. Patah tulang

b. Dislokasi/keseleo c. Regang otot/urat

d. Memar dan luka dalam yang lain e. Amputasi

f. Luka-luka lain g. Luka dipermukaan


(56)

h. Gegar dan remuk i. Luka bakar

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut) k. Akibat cuaca dan lain-lain.

l. Mati lemas

m. Pengaruh arus listrik n. Pengaruh radiasi

o. Luka-luka yang banyak dan berlaianan sifatnya 4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh

a. Kepala b. Leher c. Badan d. Anggota atas e. Anggota bawah f. Banyak tempat g. Kelainan umum

h. Letak lain yang tidak dimasukkan dalam klasifikasi tersebut

Klasifikasi menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut.

Klasifikasi kecelakaan berguna untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan dapat dilakukan dengan analisa


(57)

kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Klasifikasi kecelakaan yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu, melainkan berbagai faktor.

3.3.2. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah lingkungan atau tingkah laku pekerja, dimana terdapat kondisi yang tidak aman atau tindakan pekerja yang tidak sesuai standar. Studi yang telah dilakukan untuk mengetahui situasi apa saja yang dapat mengakibatkan kecelakaan, maka hasilnya memperlihatkan bahwa frekuensi kecelakaan bervariasi berdasarkan pada faktor pekerja, jadwal kerja, situasi sosial, faktor pekerjaan lainnya. Sehingga faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu:

a. Faktor manusia

Tenaga kerja manusia merupakan suatu alat produksi yang rumit serta membutuhkan penanganan yang khusus ditinjau dari aspek tenaga, keluwesan, ketahanan, fisik dan mental serta aspek psikologi dan aspek sosial dan moral. Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja. Adapun faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja dari manusia antara lain:

1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja.

2. Gangguan psikologis seperti kebosanan, jenuh, benci, dan tidak bergairah. 3. Usia pengalaman


(58)

5. Sikap kerja yang tidak baik sehingga menimbulkan kelelahan, membosankan dan kelainan fisik.

6. Bekerja sambil bermain-main, bertengkar, berbincang-bincang atau mengganggu dan sebagainya.

b. Faktor lingkungan kerja

Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kecelakaan kerja serta lingkungan yang kurang nyamanpun dapat menyebabkan manusia mengalami eksploitasi yang berlebihan, serta dapat menimbulkan akses negatif dan dapat pula menimbulkan penyakit.

Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada lingkungan kerja antara lain:

1. Kebisingan

2. Lantai licin dan kotor

3. Suhu dan kelembaban yang tidak baik

4. Tata ruang yang tidak terencanya dengan baik 5. Penerangan kurang cukup

c. Faktor mesin dan peralatan

Sistem kerja mesin dan peralatan merupakan pusat perhatian dalam menghasilkan tingkat kerja yang diinginkan. Dalam operasinya tidak jarang mesin dan peralatan merupakan potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan. Keamanan dimulai dengan keamanan alat, keamanan mesin, keamanan proses, dan keamanan lingkungan bukanlah suatu hal yang menjadi salah satu pertimbangan, tetapi pengamanan mekanik dan perbaikan rekayasa teknik


(59)

adalah merupakan faktor penting dalam pencegahan kecelakaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja dari mesin dan peralatan antara lain: 1. Tidak tersedianya sarana keselamatan kerja pada mesin.

2. Tidak tersedianya peralatan perlindungan diri

3. Mesin, peralatan adn perlengkapan kerja tidak terawat dengan baik. 4. Letak mesin dan peralatan tidak teratur.

d. Faktor beban

Dalam suatu tempat kerja bahan merupakan benda yang menjadi pusat pengerjaan atau pengolahan. Dalam setiap industri maka bahan yang harus diolah dalam beraneka ragam sifat fisik dan kimia. Untuk jenis bahan yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula. Dalam hal ini diperlukan perancangan alat material handling (penanganan material) yang sesuai dengan sifat fisik dan kimianya.

e. Faktor tata cara kerja

Faktor yang meyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain: 1. Prosedur kerja yang kurang baik.

2. Sikap kerja yang tidak baik

3. Tidak mengikuti aturan atau prosedur kerja yang aman 4. Prosedur kerja yang sulit dilakukan.

3.3.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Mencegah kecelakaan kerja merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan dengan upaya lainnya. Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan:


(60)

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada berbagai jenis industri atau alat pelindung diri.

3. Pengawasan, yakni tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan. 4. Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan

keadaan fisik lain mengakibatkan kecelakaan.

5. Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

6. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan, mengenai siapa saja dan lain-lain.

7. Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.

8. Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya. 9. Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja,

antara lain bagi pekerja baru.

10. Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menumbuhkan sikap selamat.

11. Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika keselamatan kerjanya baik.

12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada permasalahannya,


(61)

kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan-kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

3.4. Program Keselamatan Kerja

3.4.1. Sifat Pentingnya Program Keselamatan Kerja Menurut Hammer Adapun sifat pentingnya program keselamatan kerja menurut Hammer menyebutkan bahwa “safety program are undertaken for three fundamental reason; moral, legal, and economic’.

a. Moral

Perusahaan dalam melaksanakan pencegahan atas dasar rasa kemanusiaan, sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral, juga perusahaan mengusahakan tindakan pencegahan guna tidak akan terjadi suatu kecelakaan yang sama.

b. Hukum

Suatu landasan hukum yang mengatur hubungan antara pengusaha, karyawan, dan pemerintah. Dalam hal mengatur perburuhan, terutama untuk menegakkan keadilan yang seadil-adilnya dalam menangani masalah yang berkaitan dengan ganti rugi, kecelakaan dan sesuatu hal yang menyebabkan karyawan tersebut meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU No. 1 Tahun 1970.


(62)

c. Ekonomi

Perusahaan mengadakan kesehatan dan keselamatan kerja, apabila terjadi kecelakaan maka perusahaan mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi dan juga terganggu produkstivitasnya.

3.4.2. Unsur-unsur yang Mendukung Program Keselamatan Kerja

Sementara itu menurut (Flippo, 1994:124) berpendapat bahwa tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat dicapai, jika ada unsur-unsur yang mendukung, yaitu:

1. Dukungan manajemen puncak

Manajemen puncak haruslah memberikan dukungan secara aktif pada program keselamatan dapat tetap hidup dan menjadi efektif. Ditandai antara lain dengan kehadiran secara pribadi pada rapat yang membahas masalah keselamatan kerja, dan pemeriksaan pribadi secara periodik, penekanan pada laporan tetap tentang keselamatan pada agenda rapat dewan direksi perusahaan.

2. Pengangkatan seksi keselamatan

Seksi keselamatan kerja/safety engineer memberikan perhatian kepada aspek manusianya dan bukan hanya aspek tekniknya. Hubungan antara direktur keselamatan kerja berhak memerintah dan memaksakan perintahnya untuk menjalankan peraturan-peraturan dalam bidang keselamatan kerja.

3. Rekayasa suatu pabrik dan operasi yang aman.

Syarat-syarat dan usaha keselamatan adalah rekayasa yang sehat dan berorientasi ke masa depan. Semua itu meliputi tempat-tempat kerja bersih, penerangan baik, pemasangan ventilasi dengan tepat, semua peralatan yang


(63)

berbahaya haruslah dilakukan sejauh mungkin, pekerjaan dengan menggunakan perlindungan diri digunakan sebagaimana mestinya dan semua perlindungan yang direkayasa harus dilaksanakan dengan baik agar kecelakaan kerja tidak terjadi dan proses operasi dapat berjalan secara aman.

4. Pendidikan karyawan agar bertindak secara aman.

Pendidikan karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya pencegahan kecelakaan maka biasanya perusahaan memberikan pendidikan agar bertindak, berpikir dan bekerja secara aman. Dan segala bentuk latihan seharusnya dilengkapi dengan berbagai peringatan yang menyangkut tentang bahaya dari pelaksanaan dari suatu pekerjaan. Tindakan pimpinan merupakan contoh, dan atasan langsung haruslah memberikan contoh tentang perlunya keselamatan kerja, baik dalam kata maupun perbuatan. Demikian juga untuk pendidikan akan membantu untuk menanamkan pengertian agar bekerja dengan hati-hati.

5. Analisis kecelakaan.

Apabila terjadi kecelakaan, berarti tindakan pencegahan tidak berhasil. Walaupun demikian manajemen mempunyai kesempatan untuk mempelajari apa yang salah. Kecelakaan tersebut dapat dipelajari dari beberapa aspek yaitu pekerjaan yang menimbulkan kecelakaan, alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dan akibatnya. Analisa hendaknya digunakan untuk maksud-maksud perbaikan dimasa yang akan datang.


(64)

6. Pelaksanaan peraturan.

Peraturan-peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja yang ada, harus dilaksanakan apabila ada perusahaan yang tidak menerpakan peraturan tersebut akan dikenakan sanksi.

3.5. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Dalam penerapan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan: 1. Penetapan kebijakan K3.

2. Perencanaan K3.

3. Pelaksanaan rencana K3.

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3. 5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.


(65)

Gambar 3.1. Siklus SMK3

Adapun penerapan SMK3 bertujuan untuk:

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh dan atau serikat pekerja atau serikat buruh.

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktivitas.

Adapun tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut: 1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0% - 59% termasuk tingkat penilaian

penerapan kurang (merah).

2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60% - 84% termasuk tingkat penilaian penerapan baik (kuning).

3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85% - 100% termasuk tingkat penilaian penerapan memuaskan (hijau).


(66)

3.5.1. Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan. Tujuan dilaksanakannya audit terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yaitu:

1. Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi bahaya potensial dalam sistem kegiatan operasi perusahaan.

2. Memastikan bahwa pengelolaan SMK3 di perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pemerintah, standar teknis yang ditentukan, standar K3 yang berlaku dan kebijakan yang ditentukan oleh manajemen perusahaan. 3. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul

gangguan atau kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan maupun gangguan operasi serta rencana respon terhadap keadaan gawat sehingga mutu pelaksanaan K3 dapat meningkat.

Dalam audit SMK3 berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012 terdapat 12 elemen dan kriteria audit, yaitu:

1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen. 2. Strategi pendokumentasian.

3. Peninjauan ulang perancangan (design) dan kontrak. 4. Pengendalian dokumen.

5. Pembelian.


(67)

7. Standar pemantauan.

8. Pelaporan dan perbaikan keuangan.

9. Pengelolaan material dan perpindahannya. 10. Pengumpulan dan penggunaan data. 11. Audit SMK3.

12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan.

3.6. Perhitungan Tingkat Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Perhitungan tingkat penerapan program K3 diperoleh dengan membandingkan setiap pertanyaan dalam dengan standar penerapan yang digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk menerapkan program K3. Nilai tertinggi diberikan jika penerapan memenuhi standar yang telah ditentukan dan sebaliknya nilai terendah diberikan jika penerapan sama sekali tidak dapat memenuhi standar.

Perhitungan dilakukan dengan menghitung rata-rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata-rata dari nilai masing-masing kategori penelitian. Untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam kriteria tertentu maka nilai rata-rata tersebut harus di normalisasi dengan rumus normalisasi De Boer sebagai berikut:

Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian di rata-ratakan sehingga diperoleh suatu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukkan tingkat penerapan program. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85% - 100%


(68)

maka penerapan program dikategorikan hijau (memuaskan), jika berkisar antara 60% - 84% maka dikategorikan kuning (baik) dan jika nilainya kurang dari 60% maka dikategorikan merah (kurang).

3.7. Perhitungan Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Kerja

Dalam perhitungan loss rate kerja, perhitungan dilakukan dengan menggunakan dua parameter. Adapun dua parameter tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tingkat keparahan kecelakaan 2. Tingkat kerugian materil

Kategori besarnya tingkat keparahan kecelakaan kerja dapat dilihat dalam Tabel 3.1. sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kategori Keparahan Kecelakaan Kerja

Kategori Parameter Penilaian Keterangan

Hijau Terjadi kecelakaan ringan (injuries) Luka ringan (tidak kehilangan hari kerja) Kuning Terjadi kecelakaan sedang (illnesses) Luka parah atau sakit (kehilangan hari kerja)

Merah Terjadi kecelakaan berat (fatalities) Meninggal/cacat seumur hidup

Sedangkan untuk kategori kerugian materil dapat dilihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Kerugian Materil

Kategori Parameter Penilaian Keterangan

Hijau Kerugian kecil Kerugian < Rp. 5.000.000,-

Kuning Kerugian sedang Kerugian antara Rp. 5.000.000,- s.d Rp. 10.000.000,- Merah Kerugian besar Kerugian > Rp. 10.000.000,-


(69)

3.8. Penentuan Level Tingkat Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Penentuaan level tingkat penerapan program K3 dilakukan dengan memetakan hasil perhitungan tingkat penerapan program K3 dan kategori kecelakaan kerja ke dalam Tabel 3.3. berikut. Ada 6 level tingkat penerapan program K3. Level 1 menunjukkan tingkat tertinggi dan level 6 merupakan level terendah.

Tabel 3.3. Level Tingkat Penerapan K3 TINGKAT IMPLEMENTASI T ING K AT K AN P E NG O NT RO L AN DAN K E S E S UAI AN P RO S E DUR

HIJAU KUNING MERAH

T ING K AT K E CE L AK

AAN HIJA

U Level 1 (Aman & Nyaman) Level 2 (Cukup Aman) Level 4 (Rawan) K UNI

NG Level 2

(Cukup Aman) Level 3 (Hati-hati) Level 5 (Berbahaya) M E

RAH Level 4

(Rawan) Level 5 (Berbahaya) Level 6 (Sangat Berbahaya) PERBAIKI PROGRAM IMPLEMENTASI (PROSES)

3.9. Bahaya (Hazard)

Menurut L. M. Deshmukh dalam bukunya yang berjudul Industrial Safety Management: Hazard Identification and Risk Control, bahaya (hazard) adalah “A source or situation with potential to cause harm in term of human injury or ill health, damage to the environment or a combination of these”.


(70)

Hazards berupa kondisi pasif yang dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem, produk, fasilitas atau proses produksi itu sendiri, dimana ketika terjadi kontak maka akan berubah menjadi hazards yang berkondisi aktif yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Hazards primer atau utama adalah hazards yang biasa secara langsung dan segera menyebabkan:

1. Kematian

2. Kerusakan peralatan, kendaraan, struktur atau fasilitas.

3. Degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya operasi dalam pabrik). 4. Kerugian material.

Berikut beberapa kategori bahaya (hazards) dalam industri, yaitu: 1. Bahaya fisik

Kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu panas. 2. Bahaya kimia

Bahan-bahan berbahaya dan beracun, debu, uap kimia, larutan kimia. 3. Bahaya biologi

Virus, bakteri, jamur, dan parasit. 4. Bahaya ergonomi

Ruangan sempit dan terbatas, pengangkatan barang, mekanik, cahaya tidak memadai.

5. Bahaya mekanis


(71)

6. Bahaya psiko-sosial

Pola gilir kerja (shift kerja), pengorganisasian pekerjaan, jam kerja panjang, dan truma.

7. Bahaya lingkungan sekitar

Gelap, permukaan tidak rata, kemiringan, kondisi permukaan berlumpur dan basah, cuaca.

8. Bahaya tingkah laku

Ketidakpatuhan terhadap standar, kurang keahlian, tugas baru tidak rutin.

3.9.1. Identifikasi Bahaya dan Resiko

Untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari bahaya-bahaya. Tujuannya adalah mengidentifikasi semua bahaya, baik yang dihasilkan dari lingkungan maupun dari yang berhubungan dengan prosedur kerja.

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan resiko adalah melakukan penilaian setiap laporan survei atau inspeksi K3 atau lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi resiko antara lain:

1. Analisis prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau didekat lokasi kerja. 2. Laporan kecelakaan atau insiden dari area umum dilokasi.

3. Laporan pengamatan kerja. 4. Peraturan kerja khusus di lokasi. 5. Kebutuhan alat pelindung diri.


(72)

3.10. Pendekatan Risk Assessment

Asfahl (1999) menyatakan bahwa perangkingan hazards akan lebih berguna jika bobot ditempatkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kejadian. Hazards yang dikatakan fatal jika berdampak yang parah (severe). Studi analisa resiko dimana Angkatan Udara Amerika Serikat telah menetapkan “Risk Assessment Codes (RAC)”. Sistem RAC mempertimbangkan 4 level kepaarahan kecelakaan dan 4 level kemungkinan kecelakaan, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.4. sebagai berikut:

Tabel 3.4. Risk Assessment Code Risk Assessment Code Matrix

(RAC)

Probability Code

Severity Code

Frequent (A) Immediate danger to health and safety of the public, staff or property

and resources.

Likely (B) Probably will occur in time if not corrected, or probably will occur one

or more times.

Occasional (C) Possible to occur in

time if not corrected.

Rarely (D) Unlikely to occur; may

assume exposure, will not occur. Catastrophic

Imminent and immediate danger of

death or permanent disability.

I 1

CRITICAL 1 2 3

Critical

Permanent partial disability, temporary

total disability.

II 1 2

SERIOUS 3 4

Significant

Hospitalized minor injury, reversible

illness.

III 2 3

MODERATE

4

MINOR 5

Minor

First aid or minor

medical treatment. IV 3 4 5

5

NEGLIGIBLE

Sumber : Risk Assessment Code (RAC)

Severity Code, yaitu:

I. Kematian atau ketidakmampuan bekerja secara keseluruhan yang permanen, kerugian sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran lebih dari Rp. 1.000.000.000,-.


(1)

Tabel 6.7. Tindakan Pengendalian Terhadap Resiko yang Mungkin dapat Terjadi (Lanjutan)

No. Resiko Bahaya yang

Mungkin Terjadi Tindakan Pengendalian

7. Pipa steam (uap)

Tutup/beri peredam panas pada pipa agar radiasi panas yang keluar tidak menyebabkan luka bakar pada pekerja apabila tersentuh.

8. Tumpahan air/tinta

Taburkan pasir pada daerah tumpahan, jika memungkinkan dilakukan pembersihan dengan menggunakan alat penyedot atau penghisap cairan.


(2)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan persepsi karyawan pada PT. Kreasi Kotak Megah dengan menggunakan kuesioner daftar cocok (checklist) berada pada kategori merah (penilaian penerapan kurang) dengan nilai tingkat pencapaian 57,89%.

2. Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan audit SMK3 berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012 menunjukkan PT. Kreasi Kotak Megah berada pada kategori hijau (memuaskan) dengan nilai pencapaian sebesar 86,14%.

3. Tingkat kehilangan/kerugian (loss rate) berdasarkan data kecelakaan kerja untuk tahun 2009 – 2013 pada PT. Kreasi Kotak Megah berada pada kategori kuning (kerugian sedang).

4. Berdasarkan pendekatan Risk Assessment pada bagian produksi PT. Kreasi Kotak Megah terdapat 1 stasiun kerja yang berada pada kategori negligible (tidak perlu diperhatian) yaitu stasiun kerja Pengeleman. Selanjutnya terdapat 2 stasiun kerja yang berada pada kategori moderate (bahaya sedang) yaitu stasiun kerja Pencetakan, dan Unit Kerja Boiler. Kemudian terdapat 2 stasiun kerja yang berada pada kategori minor (bahaya kecil) yaitu stasiun kerja Printing dan Pemotongan, dan Unit Kerja Turbin.


(3)

5. Usulan perbaikan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut:

a. Dari 16 kategori program K3 berdasarkan persepsi karyawan hanya terdapat 5 kategori yang berada pada kategori kuning (penerapan baik), sedangkan 11 kategori dalam kategori merah (penerapan kurang). Maka perlu ditingkatkan dan perbaikan yang dapat diberikan adalah dengan cara memperketat disiplin penerapan program K3 tersebut.

b. Untuk tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan audit SMK3 berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012 dalam kondisi memuaskan sehingga perlu dipertahankan.

c. Untuk tingkat kehilangan/kerugian (loss rate) yaitu berada pada ketegori kuning (kerugian sedang) sehingga perbaikan yang dapat diberikan adalah memberikan prosedur tata cara kerja yang baik kepada karyawan, penggunaan APD menurut potensi bahaya yang berbeda-beda, dan memberi tutup pengaman pada mesin yang memiliki potensi bahaya.

d. Untuk hasil perangkingan sumber bahaya, maka perbaikan yang dapat diberikan adalah membuat prosedur kerja yang baik, dan membuat tingkatan bahaya kerja pada setiap stasiun kerja.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini anata lain: 1. Audit internal K3 perlu dilakukan manajemen K3 dalam menilai efektivitas

pelaksanaan program K3 dan dapat dilakukan peningkatan berkelanjutan kedepannya seperti penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan


(4)

rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan peningkatan kinerja SMK3. Oleh karena itu diharapkan manajemen K3 untuk menyusun prosedur program audit internal K3 dan pedoman elemen-elemen yang akan diaudit, serta personel yang akan melakukan audit dimana hasil audit dijadikan bahan tinjauan ulang oleh manajemen K3 terhadap program-program K3. 2. Penegakan disiplin perlu ditingkatkan mengingat kecelakaan kerja yang terjadi

akibat dari ketidakpatuhan karyawan/pekerja terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

3. PT. Kreasi Kotak megah harus melakukan siklus Plan, Do, Check, Action (PDCA), serta continous improvement terhadap Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

4. Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat terhadap setiap aktivitas dan sumber bahaya (hazard) yang telah diidentifikasi dengan pendekatan Risk Assessment, dengan prioritas pada sumber bahaya (hazard) yang mendapat ranking tertinggi (moderate/bahaya sedang), yaitu stasiun Kerja Pencetakan dan Unit Kerja Boiler.

5. Perlu dilakukan tindakan pengontrolan, pengawasan, pelatihan K3, serta pelaksanaan yang lebih ketat dalam penerapan program manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), karena tingkat pencapaian penerapan masih berada pada kategori merah (penerapan kurang).


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anton, Thomas J 1989. Occupational Safety and Health Management. United State Of America. Irwin/MacGraw Hill.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asfahl, C. Ray, 1999. “Industrial Safety and Health Management”. Fourth Edition. Prentice-Hall, Inc., New Jersey.

Bayu Nugroho Pujiono, dkk. Hazard Potential Analysis And Improvement Recommendation Through Hazard And Operability Study (Hazop) Method With Ranking System From Ohs Risk Assessment And Control. Pdf

Dedy Oktrianto Effendi, dkk., “Pengukuran Tingkat Kesiapan Perusahaan Terhadap Bahaya Di Tempat Kerja Dan Penanganan Hazard Studi Kasus PT. Otsuka Indonesia”. pdf

Deshmukh, L. M. 2006. Industrial Safety Management: Hazard Identification and Risk Control, Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited. Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Hammer, Willie,1989. “Occupational Safety Manangement and Engineering”. Fourth Edition, Prentice-Hall, Inc., New Jersey.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Rijanto, B. Boedi. 2011. Pedoman Kecelakaan Kerja di Industri. Jakarta: Mitra Wacana Media.


(6)

DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung.

Undang – Undang Nomer 1 tahun 1970. Tentang: “Keselamatan Kerja”.

Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang : UMM Press.

Yohana Bolu Tena, “Kajian Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan Jasa Konstruksi Di Kota Kupang”. Pdf


Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Penerapan Program Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Pengendalian Hazards dengan Pendekatan Risk Assessment pada PKS Torgamba PT. Perkebunan Nusantara III

5 84 153

IDENTIFIKASI PENGUKURAN PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DI PT. IPS, Pasuruan.

0 0 12

Pengukuran Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dan Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment.

1 1 8

Pengukuran Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (k3) dan Pengkategorian Hazard dengan Pendekatan Risk Assessment Di PT Filtrona INDONESIA.

0 2 8

Analisis Tingkat Penerapan Program Kesetan Kesehatan Kerja (K3) dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) PKS Kebun Pagar Merbau

0 1 23

Analisis Tingkat Penerapan Program Kesetan Kesehatan Kerja (K3) dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) PKS Kebun Pagar Merbau

0 0 1

Analisis Tingkat Penerapan Program Kesetan Kesehatan Kerja (K3) dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) PKS Kebun Pagar Merbau

0 2 69

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment Di PT. Kreasi Kotak Megah.

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment Di PT. Kreasi Kotak Megah.

0 1 8

Analisis Penerapan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan SMK3 dan Risk Assessment Di PT. Kreasi Kotak Megah.

0 4 21