Hubungan perkembangan anak balita dan pekerjaan ibu

penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu. termasuk pekerjaan keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usahakegiatan ekonomi. Menurut Marsha Sinetar cit Rich 2006 bahwa bekerja sebenarnya menjual waktu, tenaga, mental, spiritual untuk mendapatkan uang. Menurut UU Ketenagakerjaan 2003, waktu kerja adalah 7 jam sehari selama 6 hari atau 40 jam seminggu atau 8 jam sehari selama 5 hari atau 40 jam seminggu. Kesimpulan dari definisi ibu bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga baik secara langsung atau secara tidak langsung, dengan mengeluarkan tenaga atau energi dan mempunyai nilai waktu untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang barang atau keuntungan dengan waktu kerja adalah 7 jam sehari selama 6 hari atau 40 jam seminggu atau 8 jam sehari selama 5 hari atau 40 jam seminggu. Ibu yang tidak bekerja adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki aktifitas yang secara langsung menghasilkan uang atau barang yang dapat menyumbang penghasilan keluarga.

C. Hubungan perkembangan anak balita dan pekerjaan ibu

Pengaruh signifikan terhadap atmosfir di rumah adalah Bekerjanya salah satu atau kedua orang tua untuk mencari nafkah. Pekerjaan orang tua menentukan lebih banyak dari sekedar sumber keuangan keluarga. Banyak waktu, tenaga, dan keterlibatan emosional orang dewasa dicurahkan kepada pekerjaan mereka. Pekerjaan orang tua dan pengaturan pengasuhan anak mereka dapat mempengaruhi seorang anak. Ibu-ibu yang bekerja menyediakan berbagai persiapan untuk perawatan anak- anak mereka. Sebagian besar meninggalkan anak-anak mereka yang berusia prasekolah di rumah di bawah pengawasan seorang pengasuh atau seorang saudara selama mereka bekerja. Ibu-ibu lainnya menyerahkan anak-anak mereka ke pusat penitipan anak sepanjang hari. Jelaslah bahwa pengaruh bekerjanya ibu terhadap perkembangan anak sebagian besar tergantung pada kualitas perawatan pengganti. Hasil penelitian Gold,et.al.1979, Birnbaum 1975, dan Hoffman 1980 cit Atkinson,et.al.1983 menunjukkan bahwa memiliki seorang ibu yang bekerja nampaknya lebih menguntungkan bagi anak perempuan daripada bagi anak laki-laki. Anak-anak perempuan yang mempunyai ibu yang bekerja cenderung lebih dapat mandiri, lebih dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan, cenderung berprestasi baik secara akademis serta bercita-cita mencapai suatu karier dibandingkan dengan anak perempuan yang memiliki ibu yang tidak bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Brown 1970 dan Banducci 1967 cit Atkinson,et.al.1983 menunjukkan bahwa anak laki-laki yang memiliki ibu yang bekerja juga lebih mandiri dan lebih dapat menyesuaikan diri daripada anak-anak laki-laki yang memiliki ibu yang tidak bekerja, akan tetapi di sekolah dan dalam tes-tes kemampuan kognitif mereka tidak begitu baik. Penelitian yang dilakukan oleh Goldberg 1978 cit Atkinson,et.al.1983 mendukung pernyataan bahwa prestasi di sekolah dari anak laki-laki yang mempunyai ibu yang bekerja tidak sebaik anak dari ibu yang tidak bekerja adalah benar bagi anak- anak yang berasal dari keluarga kelas menengah, anak laki-laki yang berasal dari keluarga berpenghasilan sangat rendah, yang ibunya bekerja, sebaliknya mencapai skor lebih tinggi dalam tes-tes kemampuan kognitif. Sejumlah faktor ikut berpengaruh terhadap berbagai perbedaan yang diakibatkan oleh bekerjanya ibu, tetapi suatu faktor penting ialah peran ibu sebagai seorang guru. Para ibu kelas menengah lebih berpendidikan dibandingkan dengan ibu-ibu kelas rendah; mereka merupakan guru yang lebih efektif dan merupakan suatu sumber stimulasi intelektual yang lebih luas bagi anak-anak mereka. Jadi bekerjanya ibu mungkin lebih banyak merugikan anak dari kelas menengah daripada anak dari kelas rendah. Jika anak dari kelas rendah diberi suatu lingkungan yang memberi stimulasi yang lebih intelektual pada waktu ibunya tidak ada misalnya dititipkan pada suatu yayasan penitipan anak yang baik dengan guru-guru yang terlatih, dengan harapan terjadi perbaikan dalam ketrampilan akademis. Di beberapa negara seperti Cina, Rusia, Israel, para ibu dapat menitipkan bayi- bayi mereka pada tempat penitipan anak di tempat mereka bekerja begitu bayi mereka menginjak usia dua bulan. Para ibu mendatangi tempat penitipan anak pada waktu istirahat untuk menyusui bayi mereka. Menginjak usia 2 atau 3 tahun, sebagian besar bayi itu diantarkan ke yayasan penitipan anak dekat rumah pada pagi hari dan dijemput oleh orang tua mereka setelah selesai bekerja pada waktu petang hari. Di Israel, anak-anak dirawat sejak bayi oleh perawat profesional dalam rumah-rumah yang terpisah dari orang tua mereka. Selama satu tahun pertama, ibu menyediakan sebagian besar makanan dan perawatan anaknya, meskipun bayinya ditempatkan dalam tempat perawatan komunal. Setelah tahun pertama, ibu bekerja penuh dan orang tua bertemu dengan anak mereka terutama pada petang hari dan setiap hari Sabtu. Penelitian yang dilakukan oleh Kohen-Raz 1968 cit Papalia, et al. 2008 menunjukkan bahwa kemampuan fisik dan mental anak-anak dari tempat perawatan komunal sama dengan anak-anak Israel yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga sendiri, dan kedua kelompok lebih unggul jika dibandingkan dengan anak-anak yang dirawat di yayasan yatim piatu. Pada studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan di rumah yatim piatu menjadi terbelakang dalam perkembangan sosial dan intelektualnya, mereka yang bertanggung jawab terhadap pendirian yayasan penitipan anak dalam tempat perawatan komunal terutama mementingkan penyediaan hubungan hangat dengan pengganti ibu serta stimulasi intelektual yang cukup. Akibatnya, para perawat memperoleh pendidikan khusus dalam bidang perkembangan anak. National Longitudinal Survey of Youth NLSY adalah survei tahunan terhadap sekitar 12.600 wanita, diikuti dengan penilaian terhadap anak mereka. Sebuah analisis data NLSY tahun 1994 Papalia, et al., 2008, menemukan sedikit pengaruh atau bahkan tidak ada pengaruh dari ibu yang bekerja pada masa awal perkembangan bayi terhadap kepatuhan anak, masalah perilaku, kepercayaan diri, perkembangan kognitif, atau prestasi akademik. Bahkan dalam sejumlah studi lain, ibu yang bekerja pada masa awal anak tampaknya memberikan manfaat kepada anak yang berada dalam keluarga berpenghasilan rendah dengan meningkatkan sumber keuangan keluarga. Santrock 2002 berpendapat, anak-anak bertumbuh dalam keluarga yang berbeda-beda. Sebagian anak tinggal dalam keluarga yang belum pernah mengalami perceraian, sebagian anak yang lain sepanjang masa-masa awal anak-anak benar- benar tinggal dalam keluarga orang tua tunggal, dan sebagian anak tinggal dalam keluarga tiri. Beberapa anak hidup di dalam kemiskinan, anak-anak lain hidup dalam keluarga yang beruntung secara ekonomis. Sebagian ibu bekerja penuh waktu dan menitipkan anak-anaknya di panti rawat siang, sementara ibu-ibu lain tinggal di rumah bersama anak-anaknya. Beberapa anak bertumbuh dalam kebudayaan Anglo- Amerika, anak-anak lain bertumbuh di dalam kebudayaan minoritas etnis. Sebagian anak memiliki saudara kandung, yang lain tidak memiliki. Beberapa orang tua memperlakukan anak-anak dengan kasar dan menyiksa mereka, sementara anak-anak lain memiliki orang tua yang mengasuh dan mendukung mereka. Berdasarkan penelitian dari NICHD Early Child Care Reaserch Network 1997b cit Papalia, et al. 2008, efek dari penitipan anak di masa awal tergantung kepada tipe, jumlah, kualitas keseluruhan, dan stabilitas pengasuhan, serta usia saat si anak menerima pengasuhan tersebut. Dalam penyusunan rumah, tempat yang paling disukai si anak, kualitas dari pengasuh berkaitan dengan pemasukan keluarga. Dengan kata lain, semakin tinggi pemasukan, semakin baik pengasuhan yang akan diterima si anak. Hal ini tidak sepenuhnya benar dalam pusat penitipan anak, yang biasanya digunakan bagi anak-anak masa pra-sekolah, di tempat itu anak-anak keluarga miskin yang mendapatkan tunjangan subsidi federal akan menerima pengasuhan yang lebih baik dibanding dengan anak-anak yang berasal dari keluarga kelas menengah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bergen, et al. 2000 dan NICHD Early Child Care Reaserch Network 1998c cit Papalia, et al. 2008, sebagian besar pusat penitipan anak tidak memenuhi seluruh rekomendasi panduan tentang rasio anak-staf pengasuh, besar kelompok, pelatihan guru, dan pendidikan guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Burchinal, et al. 1996 dan Howes, et al. 1994 cit Papalia, et al. 2008, elemen paling krusial dalam pusat penitipan anak adalah kualitas pengasuh. Sebab, merangsang interaksi dengan orang dewasa yang responsif amat penting bagi perkembangan awal kognitif, bahasa, dan psikososial si anak. Rendahnya tingkat keluar-masuk staf pengasuhan juga merupakan hal penting, karena bayi membutuhkan pengasuhan yang konsisten untuk mengembangkan rasa percaya dan keterikatan yang aman. Penelitian yang dilakukan oleh Peth-Pierce 1998 cit Papalia, et al. 2008, untuk mengukur kontribusi yang dibuat oleh tempat penitipan anak terhadap perkembangan, terlepas dari pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik si anak, dan pengasuhan yang diterima oleh sang anak di rumah. Melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan tes, periset mengukur perkembangan fisik, emosional, dan kognitif anak dalam interval tertentu dari 1 bulan sampai kira-kira berusia 7 tahun. Kuantitas dan kualitas pengasuhan yang diterima si anak, juga tipe dan stabilitas pengasuhan, mempengaruhi aspek perkembangan tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network 1998a cit Papalia, et al. 2008, terdapat berbagai faktor yang terkait dengan pengasuhan anak tampaknya kurang berpengaruh dibandingkan dengan karakteristik keluarga, seperti pemasukan keluarga. Karakteristik-karakteristik ini dapat dengan kuat memprediksi hasil perkembangan, terlepas dari seberapa banyak waktu yang dihabiskan anak di tempat penitipan anak. Penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network, 1997a;2001b cit Papalia, et al. 2008, Sensitivitas maternal juga merupakan alat prediksi keterikatan yang paling kuat. Penitipan anak tidak memiliki efek langsung kepada keterikatan sebagaimana bayi-bayi berusia antara 15 sampai 30 bulan yang diukur dengan menggunakan strange situation, terlepas seberapa dini usia anak ketika memasuki pengasuhan anak dan berapa jam yang dihabiskannya di dalam tempat itu. Masalah kualitas dan stabilitas juga tidak menimbulkan pengaruh dalam diri atau mempengaruhi mereka. Akan tetapi jika ketidakstabilan, buruknya kualitas pengasuhan, atau jumlah jam pengasuhan yang melebihi batas minimal 10 jam atau lebih ditambahkan dengan pengaruh ibu yang kurang sensitif dan tidak responsif, maka keterikatan yang tidak aman cenderung terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network 2002; Peisner-Feinberg, etal.2001 cit Papalia, et al. 2008, kualitas pusat penitipan anak memang memberikan kontribusi terhadap perkembangan kognitif dan psikososial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network 1999a;2000;2002 cit Papalia, et al. 2008 menyimpulkan bahwa anak yang berada dalam tempat penitipan anak dengan rasio staf-anak yang lebih kecil, jumlah kelompok yang lebih kecil, dan pengasuh terlatih, sensitif, dan responsif, yang memberikan interaksi positif dan stimulasi bahasa, kognisi, dan kesiapan untuk bersekolah; serta lebih sedikit masalah dalam laporan ibu-ibu mereka. Penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network 2002 cit Papalia, et al. 2008, pemasukan keluarga, kosakata sang ibu, lingkungan rumah, dan jumlah stimulus mental yang diberikan oleh sang ibu memiliki pengaruh jauh lebih besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network 2001a cit Papalia, et al. 2008, bukanlah hal yang mengejutkan apabila apa yang di permukaan tampak sebagai efek dari penitipan anak sebenarnya merupakan efek dari karakteristik keluarga. Lagi pula, keluarga yang stabil dengan penghasilan besar dan latar belakang pendidikan yang tinggi serta lingkungan rumah yang nyaman lebih mampu, dan karena itu, lebih cenderung memberikan pengasuhan berkualitas tinggi kepada anaknya. Satu bidang yang tampaknya terpengaruh secara langsung oleh pengasuhan anak, terlepas dari karakteristik keluarga dan anak adalah interaksi dengan teman sebaya. Anak berusia antara 2 sampai 3 tahun yang memiliki pengasuh yang sensitif dan responsif cenderung menjadi lebih positif dan kompeten dalam cara mereka bermain bersama anak lain dibandingkan sebelum mereka diasuh. Sebagian besar keluarga dapat dikatakan sebagai keluarga inti. Keluarga inti didefinisikan sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakberadaan ayah dan ibu dan kebersamaan keluarga di rumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara psikologis. Ini diperlukan agar pengaruh, arahan, bimbingan, dan sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati, mewarnai sikap dan pola perilaku anak-anaknya. Peranan keluarga terutama ibu dalam mengasuh anak sangat menentukan tumbuh kembang anak. Suatu contoh klasik terjadi di Rusia tentang anak-anak yang berasal dari keluarga miskin yang ditampung di Panti Asuhan. Setiap petugas mengasuh rata-rata 20 anak yang berumur di bawah 3 tahun. Karena sangat sibuknya pengasuh, anak-anak jarang mendapat kasih sayang. Anak-anak jarang diajak berkomunikasi, dan harus diam. Anak yang diam adalah anak yang manis. Akhirnya anak menjadi anak yang pendiam, terlambat kemampuan berbahasa, terlambat perkembangan sosial dan motoriknya, dam mengalami gangguan pertumbuhan. Anak- anak tersebut kemudian diadopsi oleh keluarga-keluarga Kanada dan dibawa ke negerinya. Setelah satu tahun menetap di Kanada, pertambahan baik perkembangan anak tampak sangat nyata. Pertambahan baik ini tergantung kepada lamanya anak diasuh di Panti Asuhan sebelum diadopsi. Makin lama anak diasuh di panti makin persisten dan lambat perkembangannya, serta memerlukan waktu lebih lama untuk mengejar keterlambatan dalam hal sosialisasi dan berbahasa dibandingkan dengan anak yang tumbuh normal. Dari hasil pengamatan ini tampak bahwa pengasuhan, kesehatan, dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangat krusial untuk perkembangan anak. Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktekkan oleh pengasuh ibu, bapak, nenek, atau orang lain dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimuli serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh-kembang. Juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung-jawab orang-tua. Pendapat Najmulhayah 2010, pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh-kembang anak yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin, yang ketersediaan pangan di rumah tangga belum tentu mencukupi, namun ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh-kembang anak yang optimal. Sebagai contoh, menyusui anak adalah praktik memberikan makanan, kesehatan, dan pengasuhan yang terjadi bersamaan. Perilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, higiene makanan, kebersihan perorangan, dan praktik psikososial adalah faktor-faktor penting yang berpengaruh terhadap proses tumbuh-kembang anak. Demikian pula faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih di dalam rumah, bahan pangan yang tersedia untuk makanan sehari-hari, dan pengetahuan ibu atau pengasuh lainnya. Latar belakang pendidikan ibu, serta keadaan kesehatan fisik dan mental, dan kemampuan ibu mempraktikan pengetahuan yang dipunyainya dalam kehidupan sehari-hari, serta hubungan emosional anggota keluarga lainnya, tetangga dan masyarakat, semuanya berakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh kembang anak. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Halpern,et al. 2008, terjadi penurunan prevalensi perkembangan anak terlambat 37,1 pada 1993 menjadi 21,4 pada 2004. Penurunan prevalensi keterlambatan perkembangan mencerminkan adanya faktor antara lain; peningkatan perawatan neonatal, peningkatan cakupan pemantauan perkembangan pada tahun pertama kehidupan, dan durasi menyusui lama. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Schirmer, et al. 2006, anak- anak yang lahir preterm kurang bulan dengan berat badan lahir rendah memiliki resiko keterlambatan bahasa, dan juga menurunkan nilai kognitif dan perilaku anak. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Amel Yanis, dkk. 2008, dengan jumlah anak yang lebih banyak maka perhatian dan stimulasi yang diberikan ibu akan berkurang baik jumlah maupun kualitasnya, hal ini akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, dengan kata lain bahwa hubungan ibu dan anak mempunyai peran besar untuk terjadinya gagal tumbuh. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Gunanti, dkk 2005, tingkat pengetahuan dan keterampilan pembantu rumah tangga PRT tentang pengasuhan anak tergolong rendah. Sikap PRT tentang pengasuhan anak tergolong tinggi. Status gizi sebagian besar anak yang diasuh adalah normal, namun masih ditemukan adanya anak dengan status gizi lebih, sedang dan kurang. Perkembangan sebagian besar anak yang diasuh adalah normal tetapi masih djumpai adanya keterlambatan perkembangan pada sebagian anak yang diasuh. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Youngblut, et al. 2009, terdapat berbagai efek negatif dari ibu bekerja terhadap anak mempunyai alasan karena berbagai hal antara lain karena berpenghasilan rendah serta kondisi orang tua tunggal. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Rhum 2008, ibu yang bekerja keras di luar rumah diperkirakan lebih memiliki efek yang tidak begitu baik terhadap perkembangan kognitif anak sampai masa remaja dikarenakan kurangnya waktu berinteraksi dengan anak. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Daniel, et al. 2009, ibu yang kembali bekerja dengan pengaturan jadwal pada anak yang berusia 6 bulan mempunyai waktu rata-rata 35 jam per minggu selama 6 bulan sampai 3 tahun pada anak usia 2 tahun dan 3 tahun, ibu bekerja yang mempunyai anak-anak mempunyai jadwal non standar dapat mempengaruhi perilaku internal dan eksternal anak, dimana anak dengan ibu bekerja lebih reaktif temperamental. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Brooks-Gunn, et al. 2002, dengan subjek 900 anak Eropa-Amerika usia 15 bulan sampai 3 tahun dengan ibu yang bekerja selama 30 jam atau lebih pada tahun pertama menunjukkan bahwa kualitas perawatan anak, pengaruh lingkungan rumah dan sensitivitas ibu menjadi alasan terjadinya efek negatif terhadap perkembangan kognitif. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Harvey 1999, orang tua yang bekerja ditemukan sedikit pengaruh pada anak. Ibu yang bekerja keras yang tidak konsisten terhadap perkembangan anak dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku. Ibu bekerja yang dapat membagi waktu dapat mengetahui tingkat perkembangan anak walaupun menjadi orang tua tunggal dan berpenghasilan rendah. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Hill, et al. 2005, ibu yang setelah melahirkan dan bekerja penuh waktu setelah anak berusia 3 tahun mempunyai perkembangan kognitif yang lebih baik daripada ibu bekerja penuh waktu setelah anak berusia 1 tahun. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Han 2005, pengaturan jadwal ibu bekerja pada 1 tahun pertama berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak yang berusia 2 tahun dan kemampuan berbahasa anak pada usia 3 tahun. Pengaruh negatif terjadi karena kurangnya perawatan anak. Kesimpukan dari penelitian yang dilakukan oleh Yoshikawa 1999, tingkat kesejahteraan sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif anak, disamping pengaruh gender, dimana perkembangan kognitif anak laki-laki lebih rendah daripada anak perempuan walaupun orang tua bekerja di luar rumah tetapi apabila tingkat kesejahteraannya tinggi maka tidak akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak karena peranan baby siter dan terpenuhinya fasilitas anak terpenuhi dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan yang rendah.

D. Kerangka Pemikiran