Aspek-aspek perkembangan anak balita

2. Definisi Perkembangan Anak

Menurut Soetjiningsih 1995, perkembangan adalah bertambahnya kemampuan skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Pendapat Alva 2005, dalam istilah psikologi, perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang progresif akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Dengan kata lain tidak sekedar pertumbuhan fisik melainkan proses yang kompleks dan terintegrasi. Menurut Mussen,etal. 1984, perkembangan dapat didefinisikan sebagai perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku dan sifat yang terbentuk secara teratur dan berlangsung terus. Kesimpulan dari definisi Perkembangan anak balita adalah perubahan yang progresif dari bertambahnya kemampuan skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks berupa perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku dan sifat dalam pola yang teratur, berlangsung terus dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan dan pengalaman pada masa anak usia 0 – 59 bulan.

3. Aspek-aspek perkembangan anak balita

Sutji 1991 berpendapat, perkembangan anak balita pada tahun pertama yang bisa kita amati adalah pertumbuhan fisik. Pertumbuhan fisik ini berupa pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot, yang diikuti oleh perkembangan kemampuan bergerak yang lebih luas. Pada masa ini faktor kematangan biologis sangat berperan, artinya tanpa latihan-latihan yang berarti, bayi akan menguasai gerakan-gerakan tertentu misal: tengkurap, duduk, merangkak dan lain sebagainya. Dalam hal ini faktor gizi sangat memegang peranan penting. Pendapat Soetjiningsih 1995, perkembangan anak balita berdasarkan skala yaumil-mimi sebagai berikut: 1 Dari lahir sampai 3 bulan, - belajar mengangkat kepala - belajar mengikuti obyek dengan matanya - melihat ke muka orang dengan tersenyum - bereaksi terhadap suarabunyi - mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak - menahan barang yang dipegangnya - mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh 2 Dari 3 sampai 6 bulan, - mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan - mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar jangkauannya - menaruh benda-benda di mulutnya - berusaha memperluas lapangan pandangan - tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain - mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang 3 Dari 6 sampai 9 bulan, - dapat duduk tanpa dibantu - dapat tengkurap dan berbalik sendiri - dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang - memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain - memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk - bergembira dengan melempar benda-benda - mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti - mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asinglain - mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian 4 Dari 9 sampai 12 bulan, - dapat berdiri sendiri tanpa dibantu - dapat berjalan dengan dituntun - menirukan suara - mengulang bunyi yang didengarnya - belajar menyatakan satu atau dua kata - mengerti perintah sederhana atau larangan - memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya - berpartisipasi dalam permainan 5 Dari 12 sampai 18 bulan, - berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah - menyusun 2 atau 3 kotak - dapat mengatakan 5 – 10 kata - memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing 6 Dari 18 sampai 24 bulan - naik turun tangga - menyusun 6 kotak - menunjuk mata dan hidungnya - menyusun dua kata - belajar makan sendiri - menggambar garis di kertas atau pasir - mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecilkencing - menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar - memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka 7 Dari 2 sampai 3 tahun, - belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki - membuat jembatan dengan 3 kotak - mampu menyusun kalimat - mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya - menggambar lingkaran - bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya 8 Dari 3 sampai 4 tahun, - berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga - berjalan pada jari kaki - belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri - menggambar garis silang - menggambar orang hanya kepala dan badan - mengenal 2 atau 3 warna - bicara dengan baik - menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya - banyak bertanya - bertanya bagaimana anak dilahirkan - mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang - mendengarkan cerita-cerita - bermain dengan anak lain - menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudararnya - dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana 9 Dari 4 sampai 5 tahun, - melompat dan menari - menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan - menggambar segi empat dan segitiga - pandai bicara - dapat menghitung jari-jarinya - dapat menyebut hari-hari dalam seminggu - mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita - minat kepada kata baru dan artinya - memprotes bila dilarang apa yang diingininya - mengenal 4 warna - memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil - menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa. Aspek-aspek perkembangan anak antara lain: a. Perkembangan Motorik Perkembangan Motorik. Pendapat Santrock 2007, menurut teori sistem dinamik, perkembangan motorik bukanlah proses pasif di mana gen menentukan penyempurnaan urutan keterampilan seiring berjalannya waktu, sebaliknya anak secara aktif membangun keterampilan mencapai tujuan dalam batas yang ditentukan oleh tubuh anak dan lingkungannya. Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. 1 Perkembangan motorik kasar. Perkembangan bayi tahun pertama. Pendapat Santrock 2007, bayi yang baru lahir tidak dapat dengan sengaja mengendalikan posturnya. Meskipun demikian, dalam beberapa minggu, bayi dapat menegakkan kepala dan segera setelahnya bayi dapat mengangkat kepala ketika sedang menelungkup. Duduk. Pada usia 2 bulan, bayi dapat duduk jika disangga di atas pangkuan atau dalam kursi bayi, tetapi mereka tidak dapat duduk sendiri hingga usia 6 sampai 7 bulan. Merangkak dan merayap. Mussen 1984 berpendapat, usia rata-rata untuk dapat merangkak bergerak dengan perut terletak pada lantai kurang lebih 9 bulan, merayap dengan tangan dan lutut terlihat sekitar usia 10 bulan. Berdiri. Pendapat Santrock 2007, berdiri juga berkembang secara bertahap selama tahun pertama kehidupan. Saat usianya 8 bulan, bayi biasanya belajar mengangkat dirinya sendiri ke atas dan berpegangan pada kursi dan banyak yang sudah dapat berdiri sendiri sekitar usia 10 hingga 12 bulan. Belajar Berjalan, menurut Santrock 2007, gerakan dan kendali postur tubuh berhubungan dekat, terutama dalam berjalan lurus. Untuk berjalan lurus, bayi harus mampu menyeimbangkan diri di atas satu kaki saat yang lain berayun ke depan dan juga memindahkan berat badan dari satu kaki ke kaki yang lain. Bahkan bayi yang masih kecil dapat membuat gerakan kaki yang berganti-ganti yang diperlukan ketika berjalan. Jalan saraf yang mengendalikan pergantian kaki telah ada sejak usia yang sangat dini, mungkin bahkan sejak lahir atau sebelumnya. Pendapat Mussen 1984, rata-rata anak berdiri sendiri pada usia 11 bulan, berjalan dengan dituntun satu tangan pada usia 1 tahun dan dapat berjalan sendiri, walaupun dengan kesulitan pada usia 13 bulan. Hasan 2009 berpendapat, anak akan belajar mundur pada usia 12 bulan 1 minggu sampai 16 bulan. Menurut Mussen 1984, pada usia 18 bulan seorang anak dapat naik dan turun tangga tanpa bantuan dan biasanya tidak terjatuh dan dapat menarik mainan sepanjang lantai. Menurut Santrock 2007, bayi melakukan gerakan menendang berganti-ganti yang cukup sering sepanjang enam bulan pertama kehidupan saat mereka berbaring telentang. Juga ketika bayi berusia 1 atau 2 bulan dipegangi dengan kaki menyentuh treadmill yang sedang bergerak, mereka menunjukkan langkah berganti-ganti yang terkoordinasi dengan baik. Meskipun memiliki kemampuan dini ini, kebanyakan bayi tidak belajar berjalan hingga sekitar ulang tahun pertama mereka Perkembangan anak di tahun kedua. Santrock 2007 berpendapat, pencapaian motorik pada tahun pertama menyebabkan meningkatnya kemandirian, memungkinkan bayi untuk menjelajahi lingkungannya dengan lebih leluasa dan untuk memulai interaksi dengan orang lain dengan lebih siap. Pada tahun kedua kehidupan, anak balita menjadi lebih terampil secara motorik dan lebih aktif. Mereka tidak lagi diam di satu tempat tetapi ingin bergerak ke seluruh ruangan. Ahli perkembangan anak percaya bahwa aktivitas motorik selama tahun kedua berperan penting bagi perkembangan kompetensi anak dan bahwa hanya sedikit batasan, kecuali untuk keamanan, yang perlu diberikan dalam petualangan mereka. Saat berusia 13 hingga 18 bulan, anak dapat menarik sebuah mainan yang melekat pada seutas tali dan menggunakan tangan dan kakinya untuk memanjat sejumlah anak tangga. Saat berusia 18 hingga 24 bulan, anak dapat berjalan cepat atau berlari dengan kaku dengan jarak pendek, seimbang di atas kaki dalam posisi jongkok saat bermain dengan objek di lantai, berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, berdiri dan menendang bola tanpa jatuh, berdiri dan melempar bola, serta melompat- lompat di tempat. Saat berusia 3 tahun, anak menikmati gerakan sederhana, seperti loncat- loncatan, melompat, dan lari ke sana kemari hanya demi kesenangan murni melakukan aktivitas tersebut. Mereka mendapatkan rasa bangga dalam menunjukkan bagaimana mereka dapat berlari melintasi ruangan dan melompat sejauh 6 inci. Aktivitas berlari melompat tersebut merupakan sumber kebanggaan. Saat berusia 4 tahun, anak masih menikmati aktivitas yang sama, tetapi mereka menjadi lebih suka berpetualang. Mereka memanjat dengan tangkas, meskipun mereka sudah lama mampu memanjat tangga dengan satu kaki di setiap anak tangga, mereka baru mulai mampu menuruni tangga dengan cara yang sama. Di usia 5 tahun, anak semakin menyukai petualangan dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Bukanlah hal yang luar biasa bagi anak usia 5 tahun yang percaya diri untuk melakukan adegan yang menakutkan seperti memanjat suatu objek. Mereka berlari cepat dan menyenangi balapan satu sama lain dan dengan orang tua. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya. 2 Perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Menggenggam mainan, mengancingkan baju atau melakukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik halus. Masa Bayi, Santrock 2007 berpendapat, bayi sangat sedikit memiliki kontrol terhadap keterampilan motorik halus sewaktu lahir, tetapi mereka memiliki banyak komponen hal yang akan menjadi gerakan lengan, tangan dan jari yang terkoordinasi. Awal mula meraih dan menggenggam menandai prestasi yang penting dalam interaksi bayi. Selama dua tahun pertama kehidupan, bayi memperhalus tindakan meraih dan menggenggam mereka Sistem menggenggam bayi sangat fleksibel. Bayi membedakan genggamannya pada objek tergantung pada ukuran dan bentuk objek tersebut, juga ukuran tangan mereka sendiri dibandingkan dengan ukuran objek. Bayi menggenggam objek yang kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk mereka dan kadang jari tengah mereka juga , sedangkan objek yang besar dengan seluruh jari pada satu atau dua tangan. Pengalaman memainkan peran penting dalam meraih dan menggenggam. Masa kanak-kanak. Pendapat Santrock 2007, pada usia 3 tahun, anak telah memiliki kemampuan untuk mengambil objek terkecil di antara ibu jari dan telunjuk untuk beberapa waktu, tetapi mereka masih canggung melakukannya. Anak umur 3 tahun dapat membangun menara balok yang tinggi secara mengejutkan, tiap balok diletakkan dengan konsentrasi tinggi tetapi sering tidak sepenuhnya berada pada garis lurus. Saat anak berumur 3 tahun bermain dengan gambar bongkar pasang sederhana, mereka agak kasar dalam meletakkan kepingan-kepingannya. Saat mereka mencoba meletakkan sebuah keping pada tempat yang kosong, mereka sering mencoba memaksakan keping tersebut atau menekannya dengan kuat. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak lebih tepat. Kadang anak berumur 4 tahun bermasalah dalam membangun menara tinggi dengan balok karena keinginan mereka untuk meletakkan setiap balok dengan sempurna sehingga mereka membongkar lagi balok yang sudah tersusun. Saat berumur 5 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat. Tangan, lengan dan jari semua bergerak bersama di bawah perintah mata. Menara sederhana tidak lagi menarik minat anak, sekarang anak ingin membangun sebuah rumah atau gereja, lengkap dengan menaranya. b. Perkembangan kognitif. Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa bahasa lisan maupun isyarat, memahami kata, dan berbicara. Menurut Santrock 2007, Tahapan sensorimotor menurut Piget dibagi menjadi enam sub tahapan yaitu: 1 Refleks-refleks sederhana sub tahapan sensorimotor pertama, terjadi pada masa-masa bulan pertama setelah kelahiran. Pada sub tahap ini, sensasi dan tindakan dikoordinasikan melalui perilaku refleks seperti gerakan refleks menyusu. Segera setelah itu, bayi menunjukkan perilaku-perilaku menyerupai gerak-gerak refleks tersebut tanpa memerlukan stimulus yang lazimnya harus ada untuk memunculkan gerak-gerak refleks tersebut. Contohnya, seorang bayi akan menyusu dari puting susu ibunya atau dari botol dot hanya ketika benda-benda tersebut dimasukkan ke dalam mulut bayi atau disentuhkan ke bibirnya. Akan tetapi segera setelah itu, bayi mungkin akan melakukan gerakan menyusu ketika botol atau puting susu berada di dekatnya. Bayi tersebut sedang mempelajari sebuah tindakan dan secara aktif sedang menyusun berbagai pengalaman pada bulan pertama hidupnya. 2 Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi-reaksi sirkuler primer sub tahapan sensorimotor kedua, berkembang pada usia 1 sampai 4 bulan. Dalam sub tahap ini, bayi mengkoordinasi sensasi dengan dua tipe skema yaitu reaksi-reaksi sirkuler primer dan kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan adalah skema yang didasarkan pada suatu refleks yang seluruhnya terpisah dari stimulus yang mendatangkannya. Contohnya bayi-bayi pada sub tahap 1 melakukan gerak menyusu ketika botol susu didekatkan pada bibir mereka atau ketika mereka melihat botol. Bayi-bayi pada sub tahapan 2 mungkin melakukan gerak menyusu bahkan ketika tidak ada botol. Reaksi sirkuler primer adalah sebuah skema yang didasarkan pada usaha menghasilkan kembali suatu kejadian yang awalnya terjadi secara kebetulan. Contohnya seorang bayi tiba-tiba menghisap jarinya ketika jari itu diletakkan dekat mulut. Selanjutnya ia mencari jari- jarinya untuk dihisap lagi, tetapi jari-jari tersebut tidak dapat bekerja sama karena bayi itu belum dapat mengkoordinasikan tindakan-tindakan manual dan visual. Reaksi-reaksi sirkuler dan kebiasaan dilakukan dengan duplikasi: bayi mengulangi tindakan-tindakannya selalu dengan cara yang sama. Pada sub tahap ini tubuh bayi sendiri merupakan perhatian sentral si bayi. Tidak ada ketertarikan terhadap kejadian- kejadian di luar lingkungannya. 3 Reaksi sirkuler sekunder sub tahap sensorimotor ketiga, berkembang antara usia 4 hingga 8 bulan. Pada sub tahap ini, bayi lebih berorientasi pada objek, berpindah dari keasyikan pada dirinya sendiri. Secara kebetulan, seorang bayi mungkin menggoyangkan mainannya hingga bergemerincing. Bayi akan mengulang tindakan ini untuk kesenangannya. Bayi juga akan menirukan beberapa gerakan sederhana seperti celoteh atau gumaman-gumaman orang dewasa dan gerakan-gerakan fisik dengan meniru gerakan yang telah mampu dilakukannya. Saat bayi dihadapkan pada objek-objek di lingkungannya, skema yang dibentuk oleh bayi tidaklah dibentuk dengan sengaja. 4 Koordinasi reaksi-reaksi sirkuler sekunder sub tahapan sensorimotor keempat, berkembang antara usia 8 sampai 12 bulan. Untuk berkembang hingga sub tahap ini bayi harus mengkoordinasikan pandangan dan sentuhan, tangan dan mata. Gerakan- gerakan menjadi lebih terarah. Perubahan-perubahan penting selama sub tahap ini meliputi koordinasi skema-skema dan kesengajaan. Contohnya bayi menggunakan sebuah tongkat untuk mengambil mainan yang berada di luar jangkauannya atau merubuhkan sebuah balok untuk mengambil dan memainkan mainan yang lain. 5 Reaksi-reaksi sirkuler tersier, kesenangan baru dan keingintahuan sub tahapan sensorimotor kelima, berkembang pada usia 12 hingga 18 bulan. Pada sub tahap ini bayi tergugah minatnya dengan banyaknya objek di lingkungannya. Sebuah balok dapat dijatuhkan, diputar, dipukulkan ke objek lain dan dilemparkan ke lantai. Sub tahap ini merupakan skema di mana bayi secara sadar mengeksplorasi berbagai kemungkinan baru atas objek-objek di sekitarnya. Pada tahap ini menandai dimulainya masa keingintahuan manusia dan minat terhadap kesenangan baru. 6 Skema Internalisasi sub tahapan sensorimotor keenam dan terakhir, berkembang antara usia 18 hingga 24 bulan. Pada sub tahap ini bayi mengembangkan kemampuan menggunakan simbol-simbol primitif. Bagi Piaget simbol adalah sebuah gambar sensorik yang diinternalkan atau kata yang mewakili sebuah kejadian. Simbol-simbol primitif menjadikan bayi mampu memanipulasi dan mengubah kejadian-kejadian yang ada dalam cara-cara yang sederhana. Contoh bayi melihat kotak korek api dibuka dan ditutup. Ia menirukan kejadian tersebut dengan membuka dan menutup mulutnya. Ini merupakan ekspresi yang jelas atas gambarannya terhadap kejadian tersebut. Permanensi Objek, pada akhir periode sensorimotor, bayi-bayi mulai memahami bahwa objek-objek terpisah dari dirinya dan bersifat permanen. Permanensi objek adalah suatu pemahaman bahwa objek-objek akan tetap eksis bahkan ketika objek-objek tersebut tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Permanensi objek merupakan salah satu pencapaian terpenting bagi bayi. Contoh ketika objek yang menarik minatnya hilang dari pandangannya, maka bayi akan mencari objek tersebut, diasumsikan bahwa bayi tersebut yakin objek tadi masih ada. c. Perkembangan Emosi. Menurut Santrock 2007, terdapat pembagian emosi menjadi 2 klasifikasi yaitu: 1 Emosi primer, yang sering muncul pada manusia dan juga binatang, yang termasuk emosi primer adalah terkejut, tertarik, senang, marah, sedih, takut dan jijik. Semua emosi ini muncul pada usia 6 bulan pertama. 2 Emosi yang disadari, yang memerlukan kognisi, terutama kesadaran diri. Yang termasuk jenis emosi ini adalah empati, cemburu dan kebingungan yang muncul pada 1½ tahun pertama setelah timbulnya kesadaran diri, selain itu ada juga bangga, malu dan rasa bersalah yang mulai muncul pada 2½ tahun pertama. Masa Bayi. Pendapat Santrock 2007, tangisan dan senyuman merupakan ekspresi emosional awal yang ditampilkan oleh bayi ketika mereka berinteraksi dengan orang tua atau orang-orang di sekitarnya. Tangisan adalah mekanisme penting yang dimiliki oleh anak yang baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Tangisan pertama bayi menunjukkan bahwa paru-parunya sudah terisi udara. Tangisan juga memberikan informasi mengenai sistem saraf pusat bayi. Ada tiga jenis tangisan bayi: 1 Tangisan biasa: pola ritmis yang biasanya terdiri dari tangisan, diikuti oleh periode diam yang singkat, diikuti oleh desisan singkat lalu tangisan bernada lebih tinggi dari tangisan awal, lalu istirahat sejenak sebelum diikuti dengan set berikutnya. Rasa lapar merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan tangisan ini. 2 Tangisan marah: beberapa variasi tangisan biasa dengan lebih banyak udara yang dipaksa melewati pita suara. 3 Tangisan kesakitan: tangisan tiba-tiba yang keras dan panjang, diikuti dengan menahan nafas, tidak ada rengekan awal sebelum tangisan ini. Biasanya disebabkan oleh stimulus dengan intensitas yang tinggi. Senyuman, Santrock 2007 berpendapat, senyuman merupakan cara penting dari seorang bayi untuk mengkomunikasikan emosi. Ada dua macam senyuman bayi: 1 Senyuman refleksif: senyuman yang tidak disebabkan oleh stimulus internal dan muncul pada masa 1 bulan awal sesudah kelahiran, biasanya pada saat tidur. 2 Senyuman sosial: senyuman yang muncul karena stimulus eksternal, biasanya adalah wajah yang dilihat oleh bayi yang masih muda. Ketakutan. Pendapat Santrock 2007, katakutan merupakan salah satu emosi awal pada bayi, yang biasanya muncul pada usia 6 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 18 bulan, ekspresi ketakutan yang paling sering muncul biasanya berkaitan dengan kecemasan terhadap orang asing, di mana seorang bayi menunjukkan ketakutan dan kegelisahan terhadap orang asing. Hal ini biasanya timbul secara bertahap. Pertama kali muncul sekitar usia 6 bulan dalam bentuk reaksi gelisah. Pada usia 9 bulan, ketakutan terhadap orang asing ini sering kali menjadi lebih sering dan terus meningkat sampai ulang tahun pertama bayi tersebut. Tidak semua bayi menunjukkan kegelisahan ketika menghadapi orang asing. Bayi akan lebih berani berhadapan dengan orang asing jika mereka berada di lingkungan yang familiar. Ketika bayi merasa aman maka akan lebih tahan menghadapi kecemasan terhadap orang asing. Kemarahan, Hurlock 1980 berpendapat, perangsang yang lazim membangkitkan kemarahan bayi adalah campur tangan terhadap gerakan-gerakan, menghalangi keinginannya, tidak mengijinkannya mengerti sendiri dan tidak memperkenankannya melakukan apa yang dia inginkan. Bentuk kemarahan bayi berupa menjerit, meronta-ronta, menendangkan kaki, mengibaskan tangan dan memukul atau menendang apa saja yang ada di dekatnya. Pada tahun kedua bayi dapat juga melonjak-lonjak, berguling-guling, meronta-ronta dan menahan nafas. Rasa ingin tahu. pendapat Hurlock 1980, setiap mainan atau barang baru dan tidak biasa adalah perangsang untuk keingintahuan, kecuali barang tersebut terlalu tegas sehingga menimbulkan ketakutan. Bila rasa takut berkurang, maka akan digantikan oleh rasa ingin tahu. Bayi mudah mengungkapkan rasa ingin tahunya terutama melalui ekspresi wajah dengan menegangkan otot muka, membuka mulut dan menjulurkan lidah. Kemudian bayi akan menangkap barang yang membangkitkan rasa ingin tahunya tersebut, memegang, membolak-balik, melempar atau memasukkannya ke dalam mulutnya. Kegembiraan, menurut Hurlock 1980, kegembiraan dirangsang oleh kesenangan fisik. Pada bulan kedua atau ketiga, bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda, menggelitik, mengamati dan memperhatikannya. Mereka mengungkapkan rasa senang atau kegembiraan dengan tersenyum, tertawa dan menggerakkan lengan serta kakinya. Bila rasa senang sangat besar, bayi berteriak dengan gembira dan semua gerakan tubuh menjadi makin intensif. Referensi sosial. Pendapat Santrock 2007, referensi sosial adalah cara membaca petunjuk emosional dari orang lain sebagai referensi bagaimana berperilaku dalam situasi tertentu. Bayi tidak hanya mengekspresikan emosi misalnya rasa takut tetapi juga membaca tanda emosi dari orang lain. Misalnya ketika bayi berhadapan dengan orang asing, apakah mereka harus merasa takut atau tidak terhadap orang tersebut. Kemampuan melakukan referensi sosial ini akan berkembang dengan lebih baik pada tahun kedua. Afeksi kasih sayang, Hurlock 1980 berpendapat, setiap orang yang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya atau memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Kemudian mainan dan hewan kesayangan keluarga mungkin juga menjadi objek cinta bagi mereka. Umumnya bayi mengungkapkan afeksinya dengan memeluk, menepuk dan mencium barang atau orang yang dicintai. Pengaturan emosi dan coping. Santrock 2007 berpendapat, dalam kurun waktu satu tahun pertama, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menahan atau mengurangi intensitas dan durasi reaksi emosional. Dari masa awal kehidupannya bayi sudah bisa meletakkan ibu jari dalam mulut untuk menenangkan dirinya. Meskipun begitu, biasanya bayi tetap tergantung kepada pengasuhnya untuk menenangkan reaksi emosi yang dirasakannya, terutama di masa awal kehidupan, seperti dengan mengayun-ayunkan bayi ketika menidurkan, menyanyikan lagu nina bobo, membelai-belai, dan lain sebagainya. Pada usia dua tahun, seorang balita sudah mampu menggunakan bahasa untuk menjelaskan keadaan emosi dan situasi yang menggangu mereka. Misal seorang balita mungkin akan berkata ”Takut. Anjing galak” Jenis komunikasi seperti ini akan membantu pengasuh dalam membantu anak mengatur emosi mereka. Bayi akan sangat mudah terpengaruh oleh kelelahan, rasa lapar, waktu, orang-orang yang ada di sekitar dan juga lingkungan di mana mereka sedang berada. Bayi harus belajar untuk beradaptasi terhadap berbagai macam situasi yang memerlukan pengaturan emosi, seiring dengan bertambahnya usia. Sebagai contoh, jika bayi berusia 6 bulan tiba-tiba menjerit di tengah restoran maka orang tuanya akan menganggap hal ini wajar, tetapi tidak wajar jika anak yang menjerit itu sudah berusia 1½ tahun. Masa Kanak-kanak awal usia 2 sampai 5 tahun. Pendapat Santrock 2007 bahwa emosi yang disadari adalah emosi yang membutuhkan kesadaran diri anak bahwa mereka berbeda dengan orang lain. Misalnya bangga, malu, rasa bersalah, pertama kali muncul pada usia 2½ tahun. Rasa bangga muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu. Rasa malu muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu. Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut. Rasa bersalah biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan. Ketika anak mengalami perasaan bersalah maka mereka biasanya akan melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka. Bahasa dan pemahaman emosi pada anak-anak. Santrock 2007 berpendapat, pada rentang usia 2-4 tahun, terjadi penambahan jumlah istilah yang digunakan untuk menggambarkan emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami. Ketika menginjak usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksi emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda. Lebih dari itu mereka juga mulai menunjukkan kesadaran bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi. d. Perkembangan sosial. Hurlock 1978 berpendapat, perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Tiga proses sosialisasi antara lain: 1 Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima. 2 Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta bagi guru dan murid. 3 Perkembangan sikap sosial. Untuk bermasyarakatbergaul dengan baik anak-anak harus menyukai orang dan aktivitas sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri. Perkembangan sosial pada masa bayi: 1 Meniru. Bayi menjadi bagian dari kelompok sosial dengan cara menirukan bayi lain. Pertama-tama mereka menirukan ekspresi wajah, kemudian isyarat dan gerakan, selanjutnya suara pembicaraan dan akhirnya pola keseluruhan perilaku. 2 Rasa malu. Pada usia tiga atau enam bulan bayi dapat membedakan antara wajah yang sudah biasa dikenal dengan yang tidak dikenal. Sampai pada akhir tahun pertama mereka bereaksi terhadap orang yang tidak dikenal dengan cara merengek, menangis, menyembunyikan kepala dan bergayut pada orang yang membopong mereka. 3 Perilaku kelekatan. Tatkala bayi mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang dengan ibu mereka atau pengganti ibu, kesenangan yang mereka peroleh dari hubungan ini mendorong mereka untuk berusaha membina hubungan yang bersahabat dengan oranganak lain. 4 Ketergantungan. Semakin bayi diasuh oleh seseorang, semakin bergantung ia kepada orang tersebut. Bayi memperlihatkan ketergantungan dengan bergayut kepada orang yang mengasuhnya, menangis apabila ditinggalkan bersama orang lain dan menuntut dilayani sekalipun ia mampu melakukannya sendiri. 5 Menerima otoritas. Bayi akan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan orang yang mempunyai otoritas atas diri mereka, hal itu bergantung pada pengaruh orang yang mempunyai otoritas untuk memaksakan kehendaknya. Sikap yang permisif memberi kebebasan mendorong bayi untuk menolak otoritas. 6 Persaingan. Persaingan berkembang dalam hubungan dengan bayi lain atau anak- anak. Hal ini terlihat pada bayi yang berusaha merebut mainan atau benda dari bayi lain bukan karena menghendakinya, tetapi mungkin karena hal itu menimbulkan kesenangan untuk menyatakan keunggulannya. 7 Mencari perhatian. Pada tahun kedua, bayi berusaha memperoleh perhatian orang dewasa melalui suara terutama menangis, dengan menarik baju atau memukul mereka dan dengan melakukan hal-hal yang dilarang. Jika mereka berhasil, mereka memperlihatkan kepuasan dengan tersenyum atau tertawa. 8 Kerja sama sosial. Kerja sama dalam permainan antara bayi dengan orang dewasa biasanya berhasil karena orang dewasa bersikap memberikan lebih banyak. Kerja sama sosial dengan teman sebaya biasanya tidak berhasil karena teman sebaya tidak mau mengalah. 9 Perilaku melawan. Pada pertengahan tahun kedua usia bayi, perilaku melawan mulai timbul. Hal itu diekspresikan dengan menegangkan badan, menangis atau menolak untuk patuh. Bila bayi tidak diberi kesempatan untuk bebas, perilaku melawan biasanya menimbulkan sikap negatif. Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal: 1 Kerja sama. Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja secara bersama dengan anak lain sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara bekerja sama. 2 Persaingan. Jika persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jika hal itu diekspresikan dalam pertengkaran dan kesombongan, akan mengakibatkan timbulnya sosialisasi yang buruk. 3 Kemurahan hati. Kemurahan hati, sebagaimana terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain, meningkat dan sikap mementingkan diri sendiri semakin berkurang setelah anak belajar bahwa kemurahan hati menghasilkan penerimaan sosial. 4 Hasrat akan penerimaan sosial. Jika hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk diterima oleh teman sebaya. 5 Simpati. Anak kecil tidak mampu berperilaku simpati sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan duka cita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih. 6 Empati. Empati kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain. 7 Ketergantungan. Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. Anak berjiwa bebas kekurangan motivasi ini. 8 Sikap ramah. Anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau bersama anakorang lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka. 9 Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Anak yang mempunyai kesempatan dan mendapat dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki dan yang tidak terus- menerus menjadi pusat perhatian keluarga, belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dan bukannya hanya memusatkan perhatian pada kepentingan dan milik mereka sendiri. 10 Meniru. Dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka. 11 Perilaku kelekatan. Dari landasan yang diletakkan pada masa bayi, yaitu tatkala bayi mengembangkan suatu kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih kepada ibu atau pengganti ibu, anak kecil mengalihkan pola perilaku ini kepada anakorang lain dan belajar membina persahabatan dengan mereka. Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pengasuh bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang. Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memperhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.

4. Ciri-ciri Perkembangan Anak