Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Secara singkat, berdasarkan Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2012, ada tujuh 7 faktor pembentuk KHL yaitu : 1. Nilai faktor Makanan dan Minuman merupakan jumlah dari nilai jenis kebutuhan sebanyak 11 komponen. 2. Nilai faktor Sandang merupakan penjumlahan dari nilai jenis kebutuhan sebanyak 12 komponen. 3. Nilai faktor Perumahan merupakan penjumlahan dari nilai jenis kebutuhan sebanyak 25 komponen. 4. Nilai faktor Pendidikan adalah nilai jenis kebutuhan sebanyak 2 komponen. 5. Nilai faktor Kesehatan merupakan penjumlahan nilai jenis kebutuhan sebanyak 4 komponen. 6. Nilai faktor Transportasi adalah nilai jenis kebutuhan sebanyak 1 komponen. 7. Nilai faktor Rekreasi dan Tabungan merupakan penjumlahan nilai jenis kebutuhan sebanyak 2 komponen.

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Tjandranigshi dan Herawati 2009, seperti pada tabel di bawah ini menunjukan bahwa komponen dari Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005 belum mencukupi untuk kebutuhan riil para pekerja di lapangan. Komponen Kebutuhan Hidup Layak KHL yang menjadi dasar survei ini menggunakan acuan dasar komponen KHL sebagaimana ditentukan oleh pemerintah melalui Permenakertrans Per-17MENVIII2005 yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan pengeluaran riil buruh. Penyesuaian dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara mempertimbangkan kebutuhan keluarga, ketersediaan jenis barang, dan peningkatan kualitas barang. Penyesuaian ini menghasilkan penambahan 1 komponen, yakni aneka kebutuhan yang tidak ada dalam komponen KHL versi pemeritah, serta penambahan subkomponen. Tabel 2.1. Hasil Survey Kebutuhan Hidup Layak Versi FGD No. KHL versi Permenaker Nomor Per-17MenVIII2005 KHL versi FGD 1. 2. Makanan dan minuman Sandang 11 komponen, 16 jenis 9 komponen, 12 jenis Makanan dan minuman Sandang 11 komponen, 27 jenis 20 komponen, 29 jenis 3. Perumahan 22 komponen, 23 jenis Perumahan 48 komponen, 54 jenis 4. Pendidikan 1 komponen, 1 jenis Pendidikan 7 komponen, 10 jenis 5. Kesehatan 8 komponen, 9 jenis Kesehatan 21 komponen, 22 jenis 6. Transportasi 1 komponen, 1 jenis Transportasi 5 komponen, 8 jenis 7. - Aneka Kebutuhan 7 komponen, 10 jenis 8. Rekreasi dan Tabungan 2 komponen, 2 jenis Rekreasi dan Tabungan 3 komponen, 3 jenis Sumber : Tjandraningsih dan Herawati 2009 Kekurangan komponen pada survei Kebutuhan Hidup Layak KHL juga terjadi pada penelitian Budiyono 2007. Prosedur penetapan Upah Minimum yang dilakukan melalui tahapan survey Kebutuhan Hidup Layak KHL oleh Dewan Pengupahan PropinsiKabupaten Kota yang anggotanya terdiri dari unsur PekerjaBuruh, Pengusaha Pemerintah, Pakar dan Akademisi telah mengakomodir kepentingan pihak-pihak yang berhubungan langsung dalam hubungan kerja yaitu PekerjaBuruh dan Pengusaha. Besarnya hasil Survey Kebutuhan Hidup Layak KHL telah disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari Universitas Sumatera Utara bagi pekerja lajang, dimana seharusnya kebutuhan sehari-hari pekerja yang telah menikah dan bekeluarga tidak diperhitungkan dalam komponen survei ini. Penelitian yang dilakukan oleh Sugeng 2012 mengenai pertumbuhan konsumsi pada triwulan I 2012 diperkirakan sebesar 5,6 yoy, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,8 yoy. Peningkatan aktivitas konsumsi berasal dari konsumsi rumah tangga yang meningkat dari semula tumbuh 4,9 yoy menjadi 5,5 yoy. Peningkatan Upah Minimum Propinsi di semua daerah di kawasan Sumatera diperkirakan turut memberikan andil dalam peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu, daya beli masyarakat relatif masih terjaga mengingat inflasi Sumatera pada Triwulan I 2012 yang relatif rendah. Inflasi Kawasan Sumatera triwulan I 2012 mulai menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Angka realisasi inflasi paling tinggi tercatat terjadi di Sumatera Bagian Utara Sumbagut yakni mencapai 3,84 yoy, diikuti wilayah Sumatera Bagian Selatan Sumbagsel sebesar 3,74 dan wilayah Sumatera Bagian Tengah Sumbagteng sebesar 3,68. Dilihat berdasarkan provinsinya, inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung 5,15, sedangkan yang terendah tercatat di Provinsi Kepulauan Riau 3,17. Mulai meningkatnya pergerakan inflasi terutama dipengaruhi oleh perkembangan beberapa komoditas yang masuk dalam kelompok inti, terutama emas dan komoditas pangan yang mulai cenderung kembali meningkat. Kenaikan harga emas di Sumatera dipicu oleh perkembangan di pasar global. Pertengahan triwulan I 2012, harga emas mencapai USD1.741,23oz mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2011 sebesar USD1.638,95oz, walaupun harga emas terkoreksi di akhir triwulan. Hal ini menjadi salah satu pendorong peningkatan Universitas Sumatera Utara inflasi inti Sumatera dari 4,84 yoy menjadi 5,82 yoy. Sementara itu, kenaikan harga beberapa komoditas aneka bumbu, sayuran dan ikan-ikanan yang cenderung meningkat turut mendorong pergerakan inflasi secara keseluruhan. Prospek perkembangan inflasi Sumatera pada triwulan II 2012 diperkirakan cenderung meningkat dibandingkan triwulan I 2012. Memperhatikan perkembangan harga dan asesmen perekonomian terkini, inflasi Sumatera pada triwulan II 2012 diperkirakan sebesar 5,5±1. Isu rencana kenaikan BBM yang akan diikuti dengan kenaikan tarif angkutan, masih berpotensi mempengaruhi level inflasi Sumatera. Pengumuman rencana kenaikan BBM jauh sebelumnya juga menyebabkan kenaikan ekspektasi masyarakat akan terjadinya inflasi. Hal ini terlihat pada hasil survei konsumen yang menunjukkan kenaikan indeks ekspektasi harga 3 bulan dan 6 bulan ke depan Sugeng, 2012.

2.3. Kerangka Konseptual