tentang nilai anak negatif dengan responden yang memiliki pandangan tentang nilai anak positif. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,000, yang artinya bahwa ada
pengaruh budaya terhadap jumlah anak dengan tingkat kemaknaan α = 5. Untuk lebih jelas, hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Pengaruh Variabel Independen Faktor Sosio Ekonomi dan Budaya Terhadap Variabel Dependen Jumlah Anak
Variabel Independen Jumlah Anak
Total P
χ
2
Banyak Sedikit
f f
f `
Faktor Sosio Ekonomi Pendidikan Istri
Tinggi 57
67.9 27 32,1
84 100.0 0,030 4.700
Rendah 102
81.0 24 19.0
126 100.0
Pendidikan Suami
Tinggi 70
71.4 28 28.6
98 100.0 0.175
1.835 Rendah
89 79.5
23 20.5 112
100.0
Pekerjaan Istri
Bekerja 55
64.0 31 36.0
86 100.0 0.001 10.956
Tidak Bekerja 104
83.9 20 16.1
124 100.0
Pekerjaan Suami
Bekerja 148
75.5 48 24.5
196 100.0 0.796
0.067 Tidak Bekerja
11 78.6
3 21.4 14
100.0
Pendapatan
Tinggi 51
60.7 33 39.3
84 100.0 0.000 17.131
Rendah 108
85.7 18 14.3
126 100.0
Faktor Budaya
Positif 13
39.4 20 60.6
33 100.0 0.000 28.089
Negatif 146
82.5 31 17.5
177 100.0
4.4 Analisis Multivariat
Universitas Sumatera Utara
Analisis multivariat dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel independen yaitu sosio ekonomi pendidikan istri, pendidikan suami, pekerjaan istri,
pekerjaan suami, dan pendapatan dan faktor budaya terhadap variabel dependen jumlah anak di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.
Analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik berganda. Sebelum dilakukan analisis multivariat maka terlebih dahulu memilih variabel yang menjadi
kandidat model multivariat. Variabel yang menjadi kandidat multivariat adalah variabel independen dengan nilai p0,25 dalam analisis bivariat. Pada tabel 4.6
diketahui bahwa dari enam variabel, hanya terdapat lima variabel yang masuk menjadi kandidat model yaitu variabel pendidikan istri, pendidikan suami, pekerjaan
istri, pendapatan dan budaya, sehingga variabel – variabel tersebut dapat dilanjutkan ke uji multivariat.
Tabel 4.8, menjelaskan bahwa berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah anak adalah variabel budaya,
dengan nilai exp B = 5,276, hal ini berarti bahwa keluarga dengan budaya negatif kemungkinan mempunyai anak banyak 5,276 kali lebih besar dibandingkan keluarga
yang mempunyai budaya positif. Untuk variabel pendapatan nilai exp B = 2,396, hal
ini berarti bahwa keluarga dengan pendapatan rendah kemungkinan mempunyai anak
banyak 2,396 kali lebih besar dibandingkan keluarga yang mempunyai pendapatan
tinggi.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Logistik Variabel
B P
Exp B 95 CI
Lower Upper
Pendapatan
0,874 0,021
2,396
1,141 5,035
Budaya
1,663 0,000
5,276
2,277 12,224
Constant
-0,975 0,017
0,377 Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka persamaan regresinya dapat ditulis
sebagai berikut : � =
1 1+�
−�+�1�1+�2�2+⋯����
� = 1
1 + 2,718
−−0,975+0,8741+1,6631
Dengan model persamaan regresi yang diperoleh, maka kita dapat suatu gambaran besar probabilitas jumlah anak yaitu jika wanita memiliki pendapatan
rendah nilai = 1, dan budaya negative nilai = 1, maka nilai probabilitas memiliki jumlah anak banyak adalah sebesar 82,7 dan sebaliknya jika wanita memiliki
pendapatan tinggi nilai = 0, dan budaya positif nilai = 0, maka nilai probabilitas memiliki jumlah anak banyak adalah 27,4.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Gerakan KB adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera NKKBS. Salah satu tujuan dari gerakan tersebut adalah menurunkan tingkat kelahiran dengan
mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada sehingga dapat mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak balita serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan.
BKKBN, 1994. Menurut Siregar 2003 bahwa hambatan dalam pelaksanaan program
pembudayaan NKKBS di masyarakat disebabkan karena adanya pandangan orang tua terhadap anak dalam keluarga, bahwa anak tidak saja merupakan kebanggaan orang
tua tetapi dibalik kebanggaan itu tersembunyi harapan yang dibebankan diatas pundak anaknya. Dengan pelaksanaan program KB secara intensif selama 20 tahun
untuk membudayakan NKKBS, maka diharapkan terjadi perubahan pola pikir masyarakat tentang idealisme jumlah anak dimana mendidik dan memelihara jauh
lebih penting dari pada menambah jumlah anak.
Universitas Sumatera Utara