Pengaruh Persepsi Nilai Anak terhadap Jumlah Anak di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013

(1)

PENGARUH PERSEPSI NILAI ANAK TERHADAP JUMLAH ANAK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BAKTIRAJA

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2013

TESIS

Oleh

NOVA SONTRY N SIREGAR 117032197/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PERSEPSI NILAI ANAK TERHADAP JUMLAH ANAK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BAKTIRAJA

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOVA SONTRY N SIREGAR 117032197/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI NILAI ANAK TERHADAP JUMLAH ANAK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BAKTIRAJA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Nova Sontry Node Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 117032197

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D)

Ketua Anggota (Dra. Syarifah, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal: 22 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI NILAI ANAK TERHADAP NILAI ANAK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BAKTIRAJA

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2013

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

Nova Sontry Node Siregar 117032197/IKM


(6)

ABSTRAK

Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dihubungani oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Kepala BKKBN, mengatakan laju pertumbuhan penduduk atau LPP tahun 2012 ditargetkan menjadi 1,3% pertahun. Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini mencapai 240 juta lebih dengan laju pertumbuhan 1,49% per tahun. LPP 1,49%. Ini harus diturunkan agar tidak terjadi ledakan penduduk. Kondisi d

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh keluarga yang usia istrinya berumur ≥ 45 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Baktiraja pada bulan April 2013

sebanyak 642 orang. Sampel adalah seluruh keluarga yang istrinya berumur ≥ 45

tahun yang jumlahnya 72 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah sampel secara gugus sederhana dengan purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan tahapan analisis meliputi analisis univariat, bivariat (Chi Square), dan multivariat (Regresi Logistik Ganda).

i Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata angka kelahiran pada tahun 2008 mencapai 3,05%, tahun 2009 mencapai 2,9%, tahun 2010 mencapai 2,95%, dan tahun 2011 mencapai 3,03%. Dari angka tersebut Kabupaten Humbang Hasundutan berkontribusi dalam menyumbangkan tingginya jumlah penduduk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman (p=0,007), kebutuhan (p=0,019) dan motivasi (p=0,029) mempunyai hubungan yang bermakna dengan jumlah anak, tetapi hanya motivasi yang terbukti berpengaruh. Nilai Percentage Correct menunjukkan variabel pengalaman bias menjelaskan pengaruhnya persepsi nilai anak terhadap jumlah anak sebesar 73,6%, sedangkan sisanya 26,4% dipengaruhi faktor-faktor lain.

Disarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang persepsi nilai anak terhadap jumlah anak dengan meningkatkan program Keluarga Berencana (KB).


(7)

ABSTRACT

Child has a universal value, but the value of the child is very dihubungani by socio-cultural factors and others. What is meant by the perception of the value of children by parents is to understand the child's response, in the form of an opinion to have choices among oriented on a matter that is essentially open in a situation that comes from outside. BKKBN head, said the rate of population growth or LPP in 2012 is targeted to be 1.3% per year. The population of Indonesia at present to 240 million over the growth rate of 1.49% per year. LPP 1.49%. It should be lowered to prevent the population explosion,. Conditions in the District Humbang Hasundutan average birth rate in 2008 reached 3.05%, reaching 2.9% in 2009, reaching 2.95% in 2010, and in 2011 reached 3.03%. Of that number Kabupeten Humbang Hasundutan contribute in donating the high number of residents

This type of research is observational with cross sectional approach. Population is the whole family that his wife aged ≥ 45 years who reside in the district in April 2013 Baktiraja many as 642 people. Sample of the whole family that his wife is aged ≥ 45 years with a number of 72 sampling technique is simple cluster samples by purposive sampling. The data were analyzed was performed with analysis stage include univariate, bivariate (chi-square) and multivariate (logistic regression Ganda).

The results showed that experience (p = 0.007), requirement (p = 0.019) and motivation (p = 0.029) had a significant correlation with the number of children., But the only experience that proved influential. Correct Percentage values indicate experience variable bias to explain the effect of the child's perception of the value of the number of children of 73.6%, while the remaining 26.4% influenced by other factors.

It is recommended that health practitioners in order to improve the Information, Education and Communication (IEC) on the child's perception of the value of the number of children by improving family planning programe (KB).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang

berjudul “Pengaruh Persepsi Nilai Anak terhadap Jumlah Anak di Kecamatan

Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013”.

Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM).,Sp.A.,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, selaku pembimbing utama yang telah banyak

memberikan kesempatan dan waktunya untuk membimbing penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.


(9)

4. Dra. Syarifah, M.S, selaku pembimbing kedua yang juga telah memberikan kesempatan dan waktunya untuk membimbing penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dan Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes, selaku penguji tesis yang telah memberikan masukan demi perbaikan tesis ini.

6. Seluruh dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang berharga bagi penulis dan membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Kepada Suami D. Sinaga yang selalu sabar saat ditinggalkan selama mengikuti

pendidikan dan terima kasih atas semangat, dorongan, kasih sayang dan doanya.

8. Orang tua saya M Siregar/M Tambunan yang telah banyak membantu dan

mendukung saya hingga terselesaikannya tesis ini.

9. Seluruh staff pegawai di Kecamatan Baktiraja, terimakasih atas bantuan, ijin

hingga seluruh proses dalam penyusunan tesis ini dapat berjalan lancar.

10. Seluruh pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya tesis ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Oktober 201

Nova Sontry N Siregar 117032197/IKM


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nova Sontry Node Siregar, lahir di Sipirok Tapanuli Selatan pada tanggal tiga belas November tahun seribu sembilan ratus delapan puluh delapan. Anak dari Bapak M.D. Siregar, ibu M br Tambunan.

Menikah dengan Dompak Sinaga pada tahun 2012 dan belum memiliki anak. Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Inpres 102054 Kecamatan Bedagai dan lulus pada tahun 2000, melanjutkan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 Doloksanggul dan lulus pada tahun 2003, melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Doloksanggul dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2009 menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan di Akademi Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Prima Indonesia pada tingkat Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat lulus tahun 2011. Mulai September 2011 mengikuti pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 2010 mulai bekerja sebagai staf di Akademi Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul, tahun 2011 hingga saat ini bekerja sebagai dosen tetap sekaligus Ketua Program Studi Kebidanan di Akademi Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Hipotesis ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Anak Lahir ... 13

2.1.1. Defenisi anak lahir hidup ... 13

2.1.2. Cara Penghitungan Anak Lahir ... 14

2.1.3. Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Kelahiran ... 14

2.2. Nilai Anak dalam Keluarga ... 17

2.2.1. Kategori Nilai Anak ... 20

2.3. Persepsi ... 23

2.3.1. Pengertian Persepsi ... 23

2.3.2. Ciri dan Karakteristik Persepsi ... 24

2.3.3. Proses Terbentuknya Persepsi ... 26

2.3.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi ... 28

2.4. Landasan Teori ... 33

2.5. Kerangka Konsep ... 34

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 35

3.2.2. Waktu Penelitian ... 35

3.3. Populasi dan Sampel ... 36


(12)

3.3.2. Sampel ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 39

3.5.1. Variabel ... 39

3.5.2. Defenisi Operasional ... 40

3.6. Metode Pengukuran ... 41

3.7. Metode Analisa Data ... 44

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

4.1.1. Keadaan Geografis ... 45

4.1.2. Dinamika Kependudukan ... 45

4.2. Analisa Univariat ... 47

4.2.1. Pengalaman ... 47

4.2.2. Harapan ... 49

4.2.3. Kebutuhan ... 50

4.2.4. Motivasi ... 51

4.2.5. Budaya ... 52

4.2.6. Jumlah Anak ... 53

4.3. Analisa Bivariat ... 54

4.3.1. Hubungan Pengalaman terhadap Jumlah Anak ... 54

4.3.2. Hubungan Harapan terhadap Jumlah Anak ... 55

4.3.3. Hubungan Kebutuhan terhadap Jumlah Anak ... 56

4.3.4. Hubungan Motivasi terhadap Jumlah Anak ... 57

4.3.5. Hubungan Budaya terhadap Jumlah Anak ... 57

4.4. Analisa Multivariat ... 58

BAB 5. PEMBAHASAN ... 60

5.1. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Pengalaman terhadap Jumlah Anak ... 60

5.2. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Harapan terhadap Jumlah Anak ... 61

5.3. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Kebutuhan terhadap Jumlah Anak ... 62

5.4. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Motivasi terhadap Jumlah Anak ... 63

5.5. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Budaya terhadap Jumlah Anak ... 65


(13)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

6.1. Kesimpulan ... 68

6.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi ... 33 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

4.1. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden menurut Jawaban

Pertanyaan Pengalaman di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 48 4.2. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman ... 48

4.3. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden menurut Jawaban

Pertanyaan Harapan di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 49 4.4. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Harapan ... 50

4.5. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden menurut Jawaban

Pertanyaan Kebutuhan di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 50 4.6. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Kebutuhan ... 51

4.7. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Menurut Jawaban

Pertanyaan Motivasi di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 51 4.8. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Motivasi ... 52

4.9. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Menurut Jawaban

Pertanyaan Budaya di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 53 4.10. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Budaya ... 53 4.11. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 54

4.12. Tabulasi Silang Variabel Pengalaman terhadap Jumlah Anak pada


(15)

4.13. Tabulasi Silang Variabel Harapan terhadap Jumlah Anak pada Masyarakat di Kecamatan Baktiraja ... 55

4.14. Tabulasi Silang Variabel Kebutuhan terhadap Jumlah Anak pada

Masyarakat di Kecamatan Baktiraja ... 56

4.15. Tabulasi Silang Variabel Motivasi terhadap Jumlah Anak pada

Masyarakat di Kecamatan Baktiraja ... 57

4.16. Tabulasi Silang Variabel Budaya terhadap Jumlah Anak pada

Masyarakat di Kecamatan Baktiraja ... 57

4.17. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Persepsi

Nilai Anak terhadap Jumlah Anak pada Masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 59


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner... 74

2. Hasil Uji Statistik ... 77

3 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 99


(18)

ABSTRAK

Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dihubungani oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Kepala BKKBN, mengatakan laju pertumbuhan penduduk atau LPP tahun 2012 ditargetkan menjadi 1,3% pertahun. Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini mencapai 240 juta lebih dengan laju pertumbuhan 1,49% per tahun. LPP 1,49%. Ini harus diturunkan agar tidak terjadi ledakan penduduk. Kondisi d

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh keluarga yang usia istrinya berumur ≥ 45 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Baktiraja pada bulan April 2013

sebanyak 642 orang. Sampel adalah seluruh keluarga yang istrinya berumur ≥ 45

tahun yang jumlahnya 72 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah sampel secara gugus sederhana dengan purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan tahapan analisis meliputi analisis univariat, bivariat (Chi Square), dan multivariat (Regresi Logistik Ganda).

i Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata angka kelahiran pada tahun 2008 mencapai 3,05%, tahun 2009 mencapai 2,9%, tahun 2010 mencapai 2,95%, dan tahun 2011 mencapai 3,03%. Dari angka tersebut Kabupaten Humbang Hasundutan berkontribusi dalam menyumbangkan tingginya jumlah penduduk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman (p=0,007), kebutuhan (p=0,019) dan motivasi (p=0,029) mempunyai hubungan yang bermakna dengan jumlah anak, tetapi hanya motivasi yang terbukti berpengaruh. Nilai Percentage Correct menunjukkan variabel pengalaman bias menjelaskan pengaruhnya persepsi nilai anak terhadap jumlah anak sebesar 73,6%, sedangkan sisanya 26,4% dipengaruhi faktor-faktor lain.

Disarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang persepsi nilai anak terhadap jumlah anak dengan meningkatkan program Keluarga Berencana (KB).


(19)

ABSTRACT

Child has a universal value, but the value of the child is very dihubungani by socio-cultural factors and others. What is meant by the perception of the value of children by parents is to understand the child's response, in the form of an opinion to have choices among oriented on a matter that is essentially open in a situation that comes from outside. BKKBN head, said the rate of population growth or LPP in 2012 is targeted to be 1.3% per year. The population of Indonesia at present to 240 million over the growth rate of 1.49% per year. LPP 1.49%. It should be lowered to prevent the population explosion,. Conditions in the District Humbang Hasundutan average birth rate in 2008 reached 3.05%, reaching 2.9% in 2009, reaching 2.95% in 2010, and in 2011 reached 3.03%. Of that number Kabupeten Humbang Hasundutan contribute in donating the high number of residents

This type of research is observational with cross sectional approach. Population is the whole family that his wife aged ≥ 45 years who reside in the district in April 2013 Baktiraja many as 642 people. Sample of the whole family that his wife is aged ≥ 45 years with a number of 72 sampling technique is simple cluster samples by purposive sampling. The data were analyzed was performed with analysis stage include univariate, bivariate (chi-square) and multivariate (logistic regression Ganda).

The results showed that experience (p = 0.007), requirement (p = 0.019) and motivation (p = 0.029) had a significant correlation with the number of children., But the only experience that proved influential. Correct Percentage values indicate experience variable bias to explain the effect of the child's perception of the value of the number of children of 73.6%, while the remaining 26.4% influenced by other factors.

It is recommended that health practitioners in order to improve the Information, Education and Communication (IEC) on the child's perception of the value of the number of children by improving family planning programe (KB).


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang melekat, dan perwujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan. Adapun yang dimaksud dengan kuantitas penduduk meliputi jumlah, struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk yang ideal melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian,dan persebaran penduduk yang merata. Jumlah penduduk, komposisi umur, dan laju pertambahan atau penurunan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan tempat) karena ketiga variabel tersebut merupakan komponen–komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk (Lucas, 1990).

Salah satu filosofi yang berkembang di sebagian besar masyarakat Indonesia mengatakan banyak anak, banyak rejeki. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah


(21)

pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai suatu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua (Haryono, 2011).

Jumlah kelahiran di dunia lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kematian. Dengan 19 kelahiran per 1000 populasi, diperkirakan ada 360.000 kelahiran per hari terjadi di dunia. Dan dengan 8 kematian per 1000 populasi, ada sekitar 151.600 orang yang meninggal setiap hari di seluruh dunia. Jumlah penduduk dunia yang mencapai 7 milliar di bulan Oktober 2011, jumlahnya lebih banyak 1 milliar dibandingkan 12 sampai 13 tahun lalu. Artinya, setiap 13 tahun penduduk dunia bertambah 1 milliar orang. Dari jumlah 7 milliar orang di dunia, Indonesia adalah Negara penyumbang pertambahan penduduk kelima terbesar di dunia. Sedangkan Negara yang jumlah penduduknya besar belum tentu menjadi penyumbang terbanyak. Meski Cina memiliki populasi terbanyak penduduk dunia (1,34 milliar), namun untuk pertambahan penduduknya Cina kalah jauh dari India. Indonesia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari Amerika justru pertambahan penduduknya melebihi Amerika (UNFPA, 2011).

Negara Republik Indonesia yang memiliki luas kurang lebih

1,904,569 km2 dan saat ini jumlah penduduk Indonesia 2012 diperkirakan sekitar

257.516.167 jiwa. Berdasarkan sensus penduduk 2010, diketahui bahwa pertumbuhan penduduk sudah melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) mencapai 1,49 persen pertahun.


(22)

Karenanya, di tahun 2012, pertumbuhan penduduk ditargetkan harus mencapai 1,3% atau menurun dibanding tahun 2011 yang mencapai 1,49% (BPS, 2012).

Hasil survey penduduk 2004-2008, rata-rata kelahiran di Provinsi Sumatera Utara adalah pada tahun 2004 mencapai 2,96%, 2005 mencapai 2,63%, 2006 mencapai 2,58%, 2007 mencapai 2,52% dan di tahun 2008 mencapai 2,49%. Laju pertumbuhan penduduk ini harus segera dikendalikan untuk menghindari ledakan penduduk 50 tahun mendatang (BPS, 2010).

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief, mengatakan laju pertumbuhan penduduk atau LPP tahun 2012 ditargetkan menjadi 1,3% pertahun. "Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini mencapai 240 juta lebih dengan laju pertumbuhan 1,49% per tahun. LPP 1,49%. Ini harus diturunkan agar tidak terjadi ledakan penduduk," kata Sugiri. Sugiri menjelaskan ledakan jumlah penduduk akan menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya ancaman ketersediaan pangan, lahan, energi, dan sebagainya.

Pengendalian jumlah penduduk merupakan salah satu cara untuk mengendalikan banyaknya penduduk. Dan pengendalian jumlah penduduk lainnya adalah mortalitas (kematian) dan migrasi (perpindahan tempat).

Laju pertumbuhan ini disebabkan tiga faktor, yakni kelahiran, kematian dan migrasi (BKKBN, 2012).

Fertilitas yang tinggi cenderung merugikan kesehatan ibu dan anak. Jarak anak, Jarak kelahiran yang dekat cenderung menurunkan berat badan bayi dan resiko kematian bayi (DepKes RI, 2011).


(23)

Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu dari delapan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang diadopsi pada KTT Milenium 2000. Target utama adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Menurut data terbaru yang diliris PBB perkiraan jumlah global kematian ibu dan angka kematian ibu turun sebesar sepertiga sejak 1990. Meskipun ada kemajuan yang signifikan di seluruh wilayah berkembang, penurunan persentase rata-rata tahunan AKI global adalah 2,3%, kurang dari target MDGs sebesar 5,5%. Tingkat penurunan tahunan sebesar 1,7% di Afrika Sub Sahara, dimana tingkat kematian ibu paling tinggi, lebih lambat daripada di wilayah lain (Childinfo, 2011).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003 bila dibandingkan dengan angka tahun 1994 yang mencapai 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Tetapi akibat komplikasi kehamilan atau persalinan yang belum sepenuhnya dapat ditangani, masih terdapat 20.000 ibu yang meninggal setiap tahunnya. Dengan kondisi ini, pencapaian target MDGs untuk AKI akan sulit dicapai. BPS memproyeksikan bahwa pencapaian AKI baru mencapai angka 163 kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan target MDGs akan dapat terwujud hanya jika dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya (Bappenas, 2007, 2010).

Laporan tahunan yang telah diliris oleh organisasi Save the Children, mengatakan bahwa Indonesia berhasil mengurangi angka kematian bayi sebesar 48% antara tahun 1990-2011. Laporan tersebut juga melaporkan indeks resiko kelahiran


(24)

bayi di 186 negara. Dimana terhitung melebihi dari sepertiga dari semua angka kematian bayi baru lahir. Tiga penyebab utama dari kematian bayi adalah kelahiran premature, infeksi berat, dan komplikasi selama kelahiran. Indonesia masih menjadi salah satu Negara dengan angka kematian tertinggi dengan indeks dua pertiga dari tiga juta angka kematian bayi yang terjadi secara global per tahun. Hal ini terjadi karena populasi yang besar di Indonesia (BPS, 2012).

Hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan rata-rata usia kawin pertama justru cenderung menurun (lebih muda) menjadi sekitar 19 tahun. Putus sekolah mendorong orang untuk menikah muda. Semakin muda menikah, semakin besar peluang memiliki banyak anak. Hal ini akan diperparah oleh kondisi tanpa pelayanan KB. Dampaknya, resiko kematian ibu, bayi, dan anak akan meningkat. Ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian IPM dan Millenium Development Goals (MDGs).

Kematian ibu karena hamil dan melahirkan juga merupakan akibat dari adanya “”empat terlalu” yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu tua (usia lebih dari 35 tahun), terlalu banyak/sering hamil dan melahirkan (jumlah anak lebih dari 4 orang), serta terlalu dekat/rapat jarak antar kelahiran (jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun). Kondisi kehamilan yang tidak ideal (kehamilan dengan 4 terlalu) saat ini di Indonesia berdasarkan hasil SDKI 2007, seperti yang disampaikan Kepala BKKBN pada Pertemuan Tahunan PKMI tahun 2010, yaitu: kehamilan yang terlalu muda 3% ; kehamilan yang terlalu tua 4,7% ; jarak kehamilan terlalu dekat 5,5% ; kehamilan yang terlalu banyak 8,1% (BKKBN, 2009; Syarief, 2010).


(25)

Penduduk, masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat antara satu sama lainnya. Dimana penduduk adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan sekumpulan penduduk yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan terikat oleh peraturan-peraturan yang berlaku di dalam wilayah tersebut. Masyarakat tersebutlah yang menciptakan dan melestarikan kebudayaan, baik yang mereka dapat dari nenek moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu.

Gibson (1989), dalam buku Organisasi dan manajemen Perilaku Notoatmodjo (2003), Struktur memberikan definisi tentang persepsi yaitu sebagi proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya terhadap objeknya. Gibson juga menjelaskan bahwa setiap individu memberi arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi sering sekali dipengaruhi oleh perhatian, kebutuhan, pengalaman dan budaya.

Oleh karena itu penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan sendiri berarti hasil karya manusia untuk melangsungkan ataupun melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas dari pada manusia (masyarakat) tersebut. Masyarakat dan kebudayaan terus berkembang dari masa ke masa (BPS, 2011).

Salah satu upaya pengendalian jumlah penduduk adalah pendekatan sosiokultural, yaitu pandangan pasangan usia subur (PUS) yang berbeda mengenai


(26)

anak. Anak memiliki nilai universal yang dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orangtua adalah merupakan tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki di antara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka untuk situasi yang datangnya dari luar (BKKBN, 2009).

Bulatao dan Lee (1983) dalam Shapiro (1997), menemukan hubungan positif antara nilai anak dan jumlah anak yang diinginkan. Ketika anak dipersepsikan memiliki kegunaan dan manfaat yang besar maka orang tua menginginkan jumlah anak yang lebih banyak. Sementara itu, ketika orang tua berpersepsi bahwa biaya atau beban karena memiliki anak lebih besar, maka orang tua menginginkan anak yang lebih sedikit (Shapiro, 1997). Walaupun demikian, ada faktor lain, seperti pendapatan, latar belakang sosial dan budaya, modernisasi, serta kebijakan pemerintah yang secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap jumlah anak yang diinginkan.

Fawcett (1986) dalam Lucas (1990), mengemukakan bahwa ada enam nilai anak bagi orang tua, yaitu (1) perekat cinta kasih, (2) sumber tenaga kerja, (3) asuransi di hari tua, (4) pelangsung keturunan, (5) sumber rezeki, (6) anak sebagai teman, penolong dan pelindung. Persepsi tentang nilai anak akan dapat mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan atau dimiliki. Sebagian orang berpendapat bahwa jumlah anak banyak dapat merupakan asset keluarga yang menguntungkan karena dapat diharapkan untuk membantu keluarga, khususnya di bidang ekonomi. Akan tetapi sebagian orang lain berpendapat sebaliknya, yaitu anak


(27)

banyak hanyalah merupakan beban ekonomi keluarga yang tidak ringan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya jumlah anak akan menyebabkan juga banyaknya waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan sebagai kewajiban dan rasa tanggung jawab orang tua.

Dalam kultur masyarakat Batak, pencapaian manusia terdiri dari 3 tingkatan 3 H yaitu hamoraon (kekayaan), hagabeon (kebahagiaan), dan hasangapon (kehormatan). Bagi manusia Batak, pencapaian 3 H merupakan ukuran keberhasilan pencapaian dan kesuksesan seseorang. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai 3H tersebut, bekerja keras menuntut ilmu agar bisa mamora (kaya). Maka manusia Batak menjadi petarung, berjuang keras untuk mencapai hamoraon, dan menjadi kaya secara finansial dan material. Manusia Batak tidak akan segan-segan mangaranto, pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencari kekayaan material. Berjuang dengan segala usaha dan modal di pangarantoan, perantauan, untuk bisa mendapatkan kekayaan. Kalau perlu merantau ke seluruh penjuru dunia (Silaban, 2013).

Ukuran umum hagabeon dalam bangso Batak adalah bila mempunyai keturunan baoa (laki) dan boru (perempuan) yang juga kemudian mempunyai keturunan lagi. Jadi bila seseorang dalam hidupnya sudah mempunyai cucu dari anak laki-laki, cucu dari anak perempuan, serta semua anaknya baik laki dan perempuan sudah berumah tangga dan mempunyai keturunan, maka ia disebut gabe. Hagabeonnya menjadi sempurna ketika masih hidup ia masih bisa melihat cicit (apalagi kalau dari cucu perempuan dan cucu laki-laki). Itulah puncak sempurna hagabeon manusia Batak.


(28)

Adapun hasangapon, agak sulit mencari padanan katanya dalam Bahasa Indonesia. Secara harafiah, sangap bisa diartikan sebagai terpuji, atau tauladan, terhormat, nyaris tanpa cela. Seseorang yang dianggap sangap, berarti ia menjadi pribadi sempurna, manusia yang mencapai status tinggi dalam kehidupan, dan tidak ada cemoohan dari orang lain. Biasanya seseorang menjadi sangap, bila dalam tingkat tertentu ia juga mempunyai hamoraon dan mempunyai hagabeon. Karena itu , sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan seseorang sudah mencapai hasangapon sekarang ini.

Filosofi 3 H tersebut sebenarnya sah-sah saja, dan sepanjang itu digunakan secara positif. Seseorang berusaha dalam hidupnya untuk mencapai 3H secara utuh dan tanpa cacat. Tapi bila hal itu dilakukan dengan cara-cara yang kurang terpuji, maka masyarakat tentu akan menilai apa sesungguhnya yang bisa dicapai dalam 3 H (hasangapon, hamoraon, hagabeon). Dan sesungguhnya ia tidak mencapai hasangapon.

Prinsip 3 H (hasangapon, hamoraon, hagabeon) ini kurang lebih mempunyai persamaan dengan Teori Kebutuhan dari Maslow. Menurut Maslow pencapaian tertinggi seseorang dalam memenuhi kebutuhannya ketika ia bisa mencapai jati diri yang “self esteem”, bijaksana dan welas asih, penuh kasih sayang (Silaban, 2008).

Di Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata angka kelahiran pada tahun 2008 mencapai 3,05%, tahun 2009 mencapai 2,9%, tahun 2010 mencapai 2,95%, dan tahun 2011 mencapai 3,03%. Dari angka tersebut Kabupeten Humbang Hasundutan berkontribusi dalam menyumbangkan tingginya jumlah penduduk (BPS, 2012).


(29)

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Bapak Simamora, mengatakan pada masyarakat Kecamatan Baktiraja, pengaruh budaya sangat erat kaitannya dengan penentuan jumlah anak, dengan banyak anak maka pencapaian filosofi 3 H menjadi sempurna. Khususnya di Kecamatan Baktiraja, karena merupakan daerah bonaposogit dari beberapa marga maka penilaian tentang nilai anak tinggi untuk meneruskan keturunan dari masing-masing marga.

Dalam Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah rata-rata anak di Kabupaten Humbang Hasundutan di tiap kecamatan pada tahun 2012 adalah Kecamatan Parlilitan sebanyak 188 jiwa, Baktiraja 112 jiwa, Paranginan sebanyak 157 jiwa, Paranginan 265 jiwa, Sigompul sebanyak 625 jiwa, Matiti sebanyak 541 jiwa, Onan ganjang sebanyak 179 jiwa, Pakkat sebanyak 471 jiwa, Tarabintang sebanyak 181 jiwa, Hutapaung sebanyak 401 jiwa dan Kecamatan Bonan dolok sebanyak 101 jiwa. Secara keseluruhan jumlah kelahiran di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012 sebanyak 3.482 jiwa.

Data pada Profil Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan, jumlah pasangan yang istrinya berumur ≥ 45 tahun adalah sebanyak 642 orang. Tersebar di 7 desa di Kecamatan Baktiraja yaitu 53 keluarga di Desa Siunong-unong Julu, 71 keluarga di Desa Simamora, 122 keluarga di Desa Sinambela, 162 keluarga di Desa Simanullang, 72 keluarga di Desa Simangulampe, 60 keluarga di Desa Marbun Tonga dan 102 keluarga di Desa Tipang.

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa Pakkat Toruan Kecamatan


(30)

mengatakan banyak anak, banyak rejeki 68% (32% di antaranya mengatakan banyak anak, beban ekonomi meningkat). Alasan mengatakan banyak anak banyak rejeki adalah karena anak adalah tempat berlindung di hari tua (57%), anak dapat membantu orangtua bekerja (31%), anak memberikan kesenangan kepada orang tua (12%).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh persepsi nilai anak pada istri ≥ 45 tahun terhadap jumlah anak di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.2 Permasalahan

Masih tingginya persepsi nilai anak terhadap jumlah anak pada masyarakat di Kecamatan Baktiraja dan belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nilai anak terhadap jumlah anak.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh persepsi nilai anak yang meliputi pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi dan budaya nilai anak terhadap jumlah anak pada masyarakat di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh persepsi nilai anak yang meliputi pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi, dan budaya nilai anak terhadap jumlah anak pada masyarakat di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.


(31)

1.5 Manfaat Penelitian

Setelah dilakukannya penelitian ini, dapat menambah wawasan dan kemampuan peneliti dalam penerapan teori yang telah didapat selama pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, sehingga diharapkan ada perubahan perilaku yang lebih baik di lapangan pekerjaan dan masyarakat.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Lahir

2.1.1 Definisi Anak Lahir

Anak lahir hidup adalah banyaknya kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup

atau juga sering disebut dengan Children Ever Born mengandung pengertian yang

bersifat ‘longitudinal’ dan bukan gambaran penampang lintang. Indikator Anak Lahir Hidup ini diperoleh dari informasi atas pertanyaan ‘berapa jumlah anak yang telah Ibu lahirkan selama ini?’. Rata-rata jumlah anak lahir hidup menurut umur mencerminkan perjalanan fertilitas ibu sampai pada umur yang bersangkutan. Oleh karena itu polanya akan menunjukkan bahwa secara rata-rata Ibu yang masih muda mempunyai anak yang lebih sedikit dibanding dengan Ibu yang lebih tua umurnya. Pada perempuan yang berusia 45-49 tahun, rata-rata Anak Lahir Hidup dapat disebut sebagai paritas lengkap (completed family size), yaitu jumlah anak yang sudah tidak bertambah lagi.

Angka lahir hidup ini bermanfaat untuk mengetahui rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh sekelompok wanita mulai memasuki masa reproduksi hingga saat wawancara. Jumlah anak yang diinginkan dikategorikan berdasarkan jumlah anak lahir hidup yang mendasari besar keluarga. Keluarga dikatakan sebagai keluarga kecil, jika maksimal memiliki dua anak. Dengan demikian, pengkategorian


(33)

jumlah anak yang diinginkan menjadi: 1) sedikit, jika keluarga menginginkan sebanyakbanyaknya memiliki dua anak; 2) sedang, jika keluarga menginginkan anak sebanyak tiga hingga lima anak; 3) banyak, jika keluarga menginginkan sedikitnya memiliki enam anak (BPS, 2011)

2.1.1

.

Jumlah anak yang lahir hidup dibagi dengan jumlah wanita kelompok umur tertentu.

Cara Perhitungan Anak Lahir Hidup

Rumus:

dimana:

i = Kelompok umur

ALHi

= Wanita kelompok umur tertentu

= Anak lahir hidup menurut kelompok umur wanita yang melahirkan

ALH = Anak Lahir Hidup

2.1.3 Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Kelahiran

1.

Kelahiran (natalitas) bersifat menambah jumlah penduduk. Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain:

2.

Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu.

3.

Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.


(34)

4. 5.

Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.

Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.

Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi besar.

1.

Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain:

2.

Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah anak.

3.

Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun.

4.

Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

5.

Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya sampai anak ke – 2.

Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.

1.

Faktor – faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain :

Kepercayaan dan agama

Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak.


(35)

2. Tingkat pendidikan

3.

Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.

Kondisi perekonomian

4.

Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak.

Kebijakan pemerintah

5.

Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi angka kelahiran

Adat istiadat di masyarakat

6.

Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya.

Kematian dan kesehatan

Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran.


(36)

7. Struktur Penduduk

Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang usia non produktif (Marduta, 2011).

2.2 Nilai Anak dalam Keluarga

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak mempunyai nilai tertentu bagi orang tua. Anak yang diibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orang tua memiliki nilai tertentu serta menuntut dipenuhinya beberapa konsekuensi atas kehadirannya. Latar belakang sosial yang berbeda, tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan, menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak.

Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dihubungani oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Pandangan orang tua mengenai nilai anak dan jumlah anak dalam keluarga dapat merupakan hambatan bagi keberhasilan program KB.

Di daerah pedesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya, selain itu akan merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga. Banyak masyarakat di desa di Indonesia yang berpandangan bahwa banyak anak banyak rejeki. Dari


(37)

penelitian Mohamad Koesnoe di daerah Tengger dalam Siregar (2003), petani yang mempunyai tanah luas akan mencari anak angkat sebagai tambahan tenaga kerja. Studi lain yang dilakukan oleh proyek Value Of Children (VOC) menemukan bahwa keluarga-keluarga yang tinggal di pedesaan Taiwan, Philipina, Thailand mempunyai anak yang banyak dengan alasan bahwa anak memberikan keuntungan ekonomi dan rasa aman bagi keluarganya.

Salah satu dari tahap pertama proyek Value Of Children adalah mengembangkan sistem nitro Hoffman and Hoffman ke dalam suatu kerangka kerja yang lebih luas yang memasukkan semua dimensi nitro anak, termasuk manfaat dan beban ekonomi, biaya alternatif, manfaat dan beban psikologi atau emosional dan beban sosial. Juga dimasukkan pilihan antara jenis kelamin, suatu dimensi penting yang sering dilupakan dalam penelitian-penelitian ekonomi. Berbagai laporan menggali perbedaan-perbedaan antar sampel nasional dan juga antar kelompok dalam setiap sampel itu. Secara umum disimpulkan bahwa orang tua di desa lebih menitikberatkan manfaat ekonomi dan kegunaan praktis (termasuk tunjangan hari tua) dari anak-anak, sedangkan orang tua di kota (terutama yang berpendidikan tinggi) menekankan aspek emosional dan psikologisnya.

Pada negara berkembang di daerah pedesaan beban ekonomi biasanya jauh lebih rendah bila anak tidak sekolah. Pada usia yang sangat dini anak mulai dapat menyokong penghasilan keluarga dengan bekerja di sawah, mengembala ternak dan mengerjakan pekerjaan lain. Dengan bertambahnya usia orang tua, anak-anak dapat memberikan bantuan ekonomi, mungkin dengan bekerja di sawah milik orang tua.


(38)

Cadwell (1979) dalam Siregar (2003) mengatakan hal ini dengan cara lain yaitu di negara maju, kekayaan mengalir dari orang tua ke anak, sedangkan di negara berkembang sebaliknya kekayaan mengalir dari anak ke orang tua. Jika anak merupakan sumber utama jaminan ekonomi maka masyarakat tersebut akan mengalami fertilitas yang tinggi.

Singarimbun (1974) dalam Siregar (2003) melakukan penelitian pada penduduk di sekitar Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah anak yang dianggap ideal 4 dan 5 orang anak. Motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan nilai-nilai tentang anak merupakan aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak yang diinginkan lebih besar daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik.

Bagaimanapun juga keputusan untuk menambah anak atau tidak terserah pada keputusan pasangan suami istri dan keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya. Tetapi yang jelas, perubahan sosial mutlak diperlukan untuk mendukung Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

Beberapa batasan mengenai nilai yang dikemukakan oleh Nicholas Roscher dalam Srisoeprapto (1998) sebagai berikut : (1) Suatu benda barang yang memiliki nilai atau bernilai, apabila orang menginginkannya kemudian berusaha atau menambah keinginan untuk memilikinya, (2) Nilai adalah sesuatu yang mampu menimbulkan penghargaan, (3) Nilai adalah dorongan untuk memperhatikan objek, kualitas atau keadaan yang dapat memuaskan keinginan, (4) Nilai merupakan suatu objek dari setiap keinginan, (5) Nilai adalah harapan atau setiap keinginan atau dipilih oleh seseorang, kadang-kadang dalam praktek apa yang diinginkan oleh seseorang,


(39)

dan (6) Nilai adalah konsep, eksplisit atau implisit, yang berbeda dari setiap orang atau kelompok, keinginan mengadakan pilihan tentang arti perbuatan dan tujuan perbuatan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat ide, gagasan yang mengandung kebenaran yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta dihargai dan dipelihara. Dengan demikian, nilai mengandung harapan atau keinginan yang dijadikan oleh manusia sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap dan berperilaku. Mengenai nilai anak bagi orang tua juga sekaligus menentukan pilihan, apakah ia harus memiliki anak atau tidak. Bila ingin memiliki anak berapa jumlah yang diinginkan?

2.2.1 Kategori Nilai Anak

Operasionalnya konsep nilai anak didasarkan pada rumusan yang diajukan

Arnold dan Fawcett dalam Lucas (1990), dengan memiliki anak orang tua akan

memperoleh hal-hal yang menguntungkan atau hal-hal yang merugikan. Apa yang diperoleh dapat dikelompokkan pada empat kelompok nilai, yakni nilai positif, nilai negatif, nilai keluarga besar, dan nilai keluarga kecil. Keempat kategori nilai anak tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Nilai positif ( Manfaat )

a. Manfaat emosional, yaitu anak membawa kegembiraan, kebahagia-an

kedalam hidup orang tuanya dan sahabat bagi orang tuanya.

b. Manfaat ekonomi dan ketenangan, yaitu anak dapat membantu ekonomi orang

tuanya, karena dapat membantu bekerja disawah atau diperusahaan keluarga atau dengan menyumbangkan upah yang diterima ditempat lain, mereka dapat


(40)

mengerjakan tugas dirumah ( sehingga ibu mereka dapat melakukan pekerjaan yang menghhasilkan uang ).

c. Pengembangan diri , yakni karena pemeliharaan anak adalah pengalaman

belajar bagi orang tua. Anak membuat orang tuanya lebih matang, lebih bertanggung jawab. Tanpa anak orang tua telah menikah tidak selalu dapat diterima sebagai orang dewasa dan anggota masyarakat sepenuhnya.

d. Mengasuh anak, yakni orang tua memperoleh kebanggaan dan kegembiraan

dari mengawasi anak-anak dan mengajari mereka hal-hal baru. Mereka bangga kalau bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

e. Kerukunan dan penerus keluarga, anak memperkuat ikatan perkawinan antara

suami isteri dan mengisi keutuhan perkawinan. Mereka bisa meneruskan garis keluarga, nama keluarga, dan tradisi keluarga.

2. Nilai Negatif

a. Biaya emosional

Orang tua sangat kwatir terhadap anak-anaknya, terutama tentang perilaku anak-anaknya, keamanan, dan kesehatan,

b. Biaya ekonomi

Ongkos yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan anak semakin besar, c. Keterbatasan biaya alternative


(41)

d. Kebutuhan fisik

Begitu banyak pekerjaan rumah tambahan yang diperlukan untuk mengasuh anak, orang tua akan lebih lelah,

e. Pengorbanan kehidupan pribadi suami isteri

Waktu untuk dinikmati oleh orang tua sendiri berkurang dan orang tua berdebat tentang pengasuhan anak.

3. Nilai Keluarga Besar (alasan mempunyai keluarga “Besar”)

a. Hubungan Sanak Saudara

Anak membutuhkan kakak dan adik (sebaliknya anak tunggal dimanjakan dan kesepian).

b. Pilihan Jenis Kelamin

Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak lelaki atau anak perempuan, atau suatu kombinasi tertentu. Orang tua ingin paling tidak mempunyai satu anak dari masing-masing jenis kelamin atau jumlah yang sama dari kedua jenis kelamin.

c. Kelangsungan Hidup Anak

Orang tua membutuhkan banyak anak untuk menjamin agar beberapa akan hidup terus sampai dewasa dan membantu mereka pada masa tua.

4. Nilai Keluarga Kecil (alasan mempunyai keluarga “Kecil”)

a. Kesehatan Ibu


(42)

b. Beban Masyarakat

Dunia ini menjadi terlalu padat. Terlalu banyak anak sudah merupakan beban bagi masyarakat.

2.3 Persepsi

2.3.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah tanggapan langsung atas sesuatu (Fajri dan Senja, 2004, dalam Dian, 2011). Tanggapan adalah mereaksi stimulus dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa lalu, pengamatan masa sekarang, dan harapan masa yang akan datang (Sumanto 1990 dalam Dian 2011).

Menurut Sondang O. P. Siagian (2004) dalam Dian 2011, persepsi adalah bahwa apa yang ingin dilihat oleh seseorang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya, keinginan itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interprestasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya itu.

Persepsi juga merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. hubungan ini dilakukan dengan inderanya (Slameto, 1991). Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Rahmat, 2005). Sedangkan menurut Walgito (2001), mengemukakan persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap


(43)

rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan manusia dan mengolah proses informasi tersebut “Human interpret their surroundings on a higher percive their word through information processing” (Wilson. D, 2000). Pendapat lain dikemukakan oleh Maramis (1998) dalam Dian 2011, persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancainderanya mendapat rangsang.

Melihat beberapa pendapat tentang persepsi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui pancaindera, dan tiap-tiap individu dapat memberikan arti atau tanggapan yang berbeda-beda.

2.3.2 Ciri dan Karakteristik Persepsi

Irwanto (Umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi adalah sebagai berikut ;

a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap

indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

b. Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan


(44)

c. Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain sebagainnya.

d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur

yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan kontek ini merupakan keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi diruang tertentu, posisi atau letak tertentu.

e. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan

atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).

Irvin T. Rock (Muchtar, T. W. 2007: 14-15) menjelaskan, karakteristik seseorang terhadap suatu objek meliputi :

a. Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang dianggap paling

baik dari beberapa macam pilihan.

b. Perseptor dalam mempersiapkan sesuatu tidak terlepas dari latar belakang

perseptor.

c. Persepsi dapat dijadikan dasar bagi seseorang untuk menseleksi dan mengambil tindakan.

d. Secara umum dalam mempersepsikan sesuatu, seseorang harus dibekali

pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dunia persepsi mempunyai dimensi ruang dan waktu dengan struktur yang menyatu dengan konteksnya. Pengalaman indera individu akan sangat tergantung kepada intensitas dan sifat-sifat rangsang yang


(45)

diterimanya. Luas sempitnya individu dalam mempersepsikan sesuatu akan dipengaruhi oleh latar belakang individu.

2.3.3 Proses Terbentuknya Persepsi

Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill, 2000).

Menurut Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip penting yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :

1. Persepsi berdasarkan pengalamanPola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari (pengalaman). Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip.

2. Persepsi bersifat selektif Alat indera kita bersifat lemah dan selektif (selective attention). Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat, kita mendengar


(46)

apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.

3. Persepsi bersifat dugaan Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses pengorganisasian informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh suatu makna lebih umum.

4. Persepsi bersifat evaluatif Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena

masing-masing melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.

5. Persepsi bersifat kontekstual Konteks merupakan salah satu pengaruh paling

kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan


(47)

oleh karenanya juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan.

Agar seseorang dapat menyadari dan dapat melakukan persepsi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu : a) Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor. b). Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus. c). Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi. Jika rangsangan merupakan faktor eksternal dalam proses pengamatan maka faktor individu merupakan faktor internal. Menghadapi rangsangan dari luar itu seseorang bersikap selektif untuk menentukan rangsangan mana yang akan diperhatikan sehingga menimbulkan kesadaran. Melalui proses selektif terhadap suatu rangsangan, seseorang dapat mempunyai tanggapan atau pendapat tentang objek tertentu. Dalam hal ini persepsi dapat diukur dari proses memberikan nilai terhadap objek tertentu dari orang tersebut.

2.3.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Notoatmodjo (2005), menyebutkan ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab ini dapat kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.


(48)

Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut. a. Faktor eksternal

1. Kontras: cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

2. Perubahan intensitas: suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian tinggi akan menarik perhatian kita.

3. Pengulangan (repetition): iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian kita, walaupun sering kali kita merasa jengkel dibuatnya.

4. Sesuatu yang baru (novelty): suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan orang yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita.

b. Faktor internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda.

1. Pengalaman/ Pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.


(49)

Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

2. Harapan (expectation)

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

3. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25 juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah.

4. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negative.

5. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya serba indah.

6. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja.


(50)

Krech dan Crutchfield (1977), menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.

Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang berkonsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsikan.

Jalaludin Rakhmat (1999 :55-56) dengan rinci mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

a. Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman,

motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati.

b. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran

rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.

c. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh

individu.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Sarlito Wirawan (1984 : 97) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :


(51)

a. Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangan gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat pula kerja indera. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses terjadinya persepsi.

b. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi.

c. Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan faktor individu yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan dari persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adanya kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang diterimanya.

Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah sebagai berikut :

a. Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam

kesalahan menafsirkan pesan.

b. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.

c. Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita

mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila seseorang memperlihatkan sifst-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian


(52)

d. Kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan menjadi penyebab kesalahan persepsi.

e. Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.

2.4 Landasan Teori

Sebuah teori dalam Notoatmodjo (2005), menyebutkan ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor ekternal dan faktor internal.

Tabel. 2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Faktor Eksternal Faktor Internal

Kontras

Perubahan Intensitas Pengulangan (repetition) Sesuatu yang baru (novelty)

Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak

Pengetahuan/pengalaman Harapan (expectation) Kebutuhan

Motivasi Emosi Budaya


(53)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dalam Notoatmodjo (2005), maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen dalam penelitian persepsi nilai anak adalah pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi dan budaya (nilai anak) sedangkan variabel dependen adalah jumlah anak.

Persepsi Nilai Anak

1. Pengalaman

2. Harapan

3. Kebutuhan

4. Motivasi

5. Budaya (nilai anak)

Jumlah anak (≤ 2 orang dan > 2 orang)


(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) artinya terhadap subjek yang di teliti hanya diamati tanpa memberikan perlakuan dan dilakukan dengan satu pengukuran dalam waktu bersamaan antara variabel bebas (pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi dan nilai anak) dan variabel terikat (jumlah anak) pada masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2013. Alasan pemilihan lokasi adalah karena di Kecamatan Baktiraja jumlah anak masih tinggi.

3.2.2 Waktu Penelitian


(55)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang istrinya berumur ≥ 45 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Baktiraja pada bulan Januari 2013 yaitu sebanyak 642 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh istri yang berumur ≥ 45 tahun yang tinggal di Kecamatan Baktiraja. Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis satu populasi (Lemeshow, 1997):

� = �Z1−α

2 Po (1−Pa ) + Z1−β Pa (1−Pa )� 2

(Pa − Po )2

Dimna:

� : Besar sampel minimal yang dibutuhkan

Z1−α

2 : Deviat baku alpha untuk α = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96

Z1−β : Deviat baku betha, untuk β= 0,20, maka nilai baku normalnya 0,842

Po : Proporsi keluarga yang menerapkan 2 anak lebih baik yaitu 7,7%

Pa-Po : Beda proporsi yang kemaknaannya ditetapkan sebesar = 0,10

Pa : Perkiraan proporsi keluarga yang menerapkan 2 anak lebih baik =


(56)

� ≥�1,96. 0,08 (1−0,18) + 0,84 0,08 (1−0,18)� 2 (0,18− 0,08 )2

n ≥ 72 orang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menentukan kriteria sampel penelitian yaitu :

1. Ibu yang berumur ≥ 45 tahun

2. Ibu yang tidak menginginkan anak lagi 3. Ibu yang tinggal di Kecamatan Baktiraja

4. Ibu yang dapat membaca dan bersedia diwawancarai

3.4 Metode Pengumpulan Data

Digunakan 2 cara pengumpulan data, yaitu:

1) Data Primer, adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) langsung

melalui wawancara dengan berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan, dimana akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

2) Data sekunder, diperoleh dari Puskesmas dan Kantor Camat Kecamatan

Baktiraja dan instansi terkait lainnya.

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Bila seorang ingin mengukur berat suatu benda maka dia harus menggunakan timbangan. Untuk mengetahui apakah kuisioner yang kita susun mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan total skor kuisioner tersebut


(57)

menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel (=0.361 pada taraf signifikansi 5%, df = 28) maka pertanyaan valid, dan jika nilai r hitung < r tabel maka pertanyaan tidak valid (Riduwan, 2002; Notoatmodjo, 2005; Ancok, 2006).

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya/ diandalkan. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Pengukuran reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Riduwan, 2002; Nursalam, 2008).

Uji coba kuesioner sebagai alat pengumpul data dilakukan pada 30 orang isteri yang berumur > 45 tahun di Desa Dolok Margu Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan untuk setiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Butir Pertanyaan Corrected Item

Total Correlation Status

Pengalaman P1

P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 0,414 0,421 0,543 0,566 0,256 0,396 0,496 0,625 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(58)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Butir Pertanyaan Corrected Item

Total Correlation Status

Harapan H1

H2 H3 H4 H5 0,395 0,529 0,362 0,535 0,627 Valid Valid Valid Valid Valid

Cronbach’s Alpha (α):0, 694

Kebutuhan K1

K2 K3 K4 K5 0,486 0,574 0,571 0,380 0,405 Valid Valid Valid Valid Valid

Cronbach’s Alpha (α): 0,646

Motivasi M1

M2 M3 M4 0,482 0,636 0,376 0,565 Valid Valid Valid Valid

Cronbach’s Alpha (α): 0,623

Budaya B1

B2 B3 B4 B5 0,649 0,472 0,549 0,481 0,459 Valid Valid Valid Valid Valid

Cronbach’s Alpha (α): 0,688

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel terdiri dari: variabel dependen (jumlah anak); dan variabel independen yang terdiri dari pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi dan budaya (nilai anak).


(59)

3.5.2 Definisi Operasional

1. Jumlah anak adalah banyaknya anak lahir (laki-laki dan perempuan) yang

dimiliki responden pada saat penelitian/wawancara.

2. Masyarakat adalah kelompok individu yang berada dalam komunitas, pada

penelitian ini masyarakat yang dimaksud adalah keluarga yang istrinya ≥ 45 tahun, wanita yang tidak bereproduksi lagi.

3. Persepsi nilai anak adalah tanggapan/wawasan responden terhadap arti penting/

nilai seorang anak.

4. Pengalaman adalah apa yang pernah dilihat, didengar dan dirasakan responden tentang anak yang mencakup persepsi nilai anak, jumlah, manfaat.

5. Harapan adalah keinginan responden yang memengaruhi persepsi tentang nilai

anak dalam menentukan jumlah anak.

6. Kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan dalam

keluarga terkait pada keinginan dan kebutuhan akan anak, jumlah dan nilai.

7. Motivasi adalah dorongan/semangat yang dimiliki oleh responden yang timbul

karena adanya keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.

8. Budaya (nilai anak) adalah harapan atau keinginan responden dari anak yang


(60)

3.6 Metode Pengukuran Variabel dependen

1. Jumlah anak, diukur berdasarkan jumlah anak yang dimiliki keluarga yang

istrinya ≥ 45 tahun pada saat wawancara dilakukan, dikategorikan berdasarkan program yang dianjurkan Pemerintah.

Kategori : baik : ≤ 2 orang anak

kurang : > 2 orang anak

Skala : Ordinal Variabel independen

1. Pengalaman, diberikan 8 pernyataan tentang nilai anak, diukur berdasarkan

jumlah jawaban yang benar dari kategori pengalaman kemudian dipersentasekan terhadap total skor. Setiap pernyataan diberi pilihan SS: sangat setuju (4); S: setuju (3); TS: tidak setuju (2); STS: sangat tidak setuju (1).

Setuju : bila responden mendapat skor > 60% dari jumlah pernyataan. Setuju adalah jika responden memiliki pesepsi setuju dengan pengalaman tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.

Kurang setuju : bila responden mendapat nilai < 60%.

Kurang setuju adalah jika responden kurang setuju dengan pengalaman tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.

Skala : Ordinal

2. Harapan, dikategorikan berdasarkan apa yang diinginkan oleh responden pada


(61)

Diukur berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari kategori harapan kemudian dipersentasekan terhadap total skor. Setiap pernyataan diberi pilihan SS: sangat setuju (4); S: setuju (3); TS: tidak setuju (2); STS: sangat tidak setuju (1).

Setuju : bila responden mendapat skor > 60% dari jumlah pernyataan.

Setuju menyatakan jika responden setuju dengan harapan tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.

Kurang setuju : bila responden mendapat nilai < 60%.

Kurang setuju adalah jika responden kurang setuju dengan harapan tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.

Skala : Ordinal

3. Kebutuhan, penilaian responden tentang yang dibutuhkan dari kehadiran anak.

Diberikan 5 pernyataan kebutuhan tentang nilai anak. Diukur berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari kategori kebutuhan kemudian dipersentasekan terhadap total skor. Setiap pernyataan diberi pilihan SS: sangat setuju (4); S: setuju (3); TS: tidak setuju (2); STS: sangat tidak setuju (1).

Setuju : bila responden mendapat skor > 60% dari jumlah pernyataan.

Setuju adalah jika responden setuju dengan kebutuhan tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.

Kurang setuju : bila responden mendapat nilai < 60%.

Kurang setuju menyatakan jika responden kurang setuju dengan kebutuhan tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.


(62)

4. Motivasi, penilaian responden berdasarkan dorongan/semangat dalam menilai anak terhadap jumlah anak yang diinginkan. Diberikan 4 pernyataan motivasi tentang nilai anak. Diukur berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari kategori motivasi kemudian dipersentasekan terhadap total skor. Setiap pernyataan diberi pilihan SS: sangat setuju (4); S: setuju (3); TS: tidak setuju (2); STS: sangat tidak setuju (1).

Setuju : bila responden mendapat skor > 60% dari jumlah pernyataan.

Setuju menyatakan jika responden setuju dengan motivasi tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.

Kurang setuju : bila responden mendapat nilai < 60%.

Kurang setuju menyatakan jika responden kurang setuju dengan motivasi tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.

Skala : Ordinal

5. Budaya (nilai anak), diberikan 5 pernyataan tentang nilai anak. Diukur

berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari kategori budaya kemudian dipersentasekan terhadap total skor. Setiap pernyataan diberi pilihan SS: sangat setuju (4); S: setuju (3); TS: tidak setuju (2); STS: sangat tidak setuju (1).

Setuju : bila responden mendapat skor > 60% dari jumlah pernyataan.

Setuju menyatakan jika responden setuju dengan budaya tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.


(63)

Kurang setuju menyatakan jika responden kurang setuju dengan budaya tentang nilai anak terhadap jumlah anak > 2 orang.

Skala : Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Univariat, yaitu analisis variabel independen dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi (gambaran deskriptif dari semua variabel independen).

2. Analisis Bivariat, untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua variabel yang meliputi variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistic yang digunakan adalah Chi Square (�2) dengan tingkat kemaknaan < 0,05.

3. Analisis Multivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui variabel

independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95%.


(64)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis

Kecamatan Baktiraja adalah satu dari 10 Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Baktiraja memiliki 7 Desa yang secara geografis terletak pada 209"-2025" Lintang Utara dan 98035"-98049" Bujur Timur dan ketinggian 1300-1622 m di atas permukaan laut, dengan luas wilayah 9.235,53 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muara

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Doloksanggul

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pollung

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lintong Nihuta.

Berdasarkan data BPS (2012) jumlah penduduk Kecamatan Baktiraja sebanyak 12.854 jiwa yang terdiri dari 6023 jiwa laki-laki dan 6831 jiwa perempuan tersebar di 7 desa.

4.1.2 Dinamika Kependudukan

Pada masyarakat di Kecamatan Baktiraja, dari hasil penelitian pada 72 responden rata-rata jumlah anak yang dimiliki adalah 4-5 orang dalam satu keluarga. Masyarakat Baktiraja yang mayoritas suku batak toba yang menganut paham


(65)

patrilineal mengharapkan kehadiran anak laki-laki untuk meneruskan garis keturunan/marga orang tua laki-laki (ayah) sehingga seseorang akan lebih dihargai lagi setelah mempunyai anak laki-laki. Anak dalam masyarakat Batak Toba dapat berperan dalam membantu pekerjaan orang tua di sawah dan ladang. Mereka menjadi aset ekonomi orang tua dalam usaha pertaniannya. Umumnya anak orang batak menuruti perintah orangtuanya, sehingga anak dapat diarahkan untuk membantu orang tua selama masih berada dihadapan orang tua atau sebelum anak pergi merantau.

Nilai anak tercermin dalam dua sisi yaitu nilai positif dan negatif. Pengambilan keputusan tentang jumlah anak mengacu pada fungsi dan peranan anak bagi orang tua atau kebutuhan- kebutuhan orang tua yang dapat dipenuhi dengan mempunyai anak. Program KB yang dianjurkan Pemerintah di Kecamatan Baktiraja belum berjalan dengan mulus karena dipengaruhi oleh kebutuhan, harapan , budaya masyarakat. Walaupun program ini mempunyai tujuan yang baik yaitu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu dibutuhkan upaya sosialisasi program dua anak lebih baik dari pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran di Kecamatan Baktiraja.

Data pada Profil Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011 Jumlah PUS di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sebanyak 21.689 orang, dan yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu AKDR/IUD, Implan, Metode Operasi Pria (Vasektomi) serta Metode Operasi Wanita (Tubektomi) ada sebanyak


(66)

5344 orang dan peserta pengguna metode kontrasepsi Non MKJP yaitu Suntik, Pil, Kondom, Obat Vagina ada sebanyak 11379 orang.

Data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Humbang Hasundutan, rata-rata banyaknya anggota keluarga di Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2012 pada setiap keluarga terdiri dari 5-6 anggota keluarga.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi variable independen yaitu pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi dan budaya responden terhadap jumlah anak.

4.2.1. Pengalaman

Distribusi jawaban responden tentang persepsi nilai anak berdasarkan pernyataan pengalaman dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Nilai Anak Responden Menurut Jawaban Pernyataan Pengalaman di Kecamatan Baktiraja Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2013

No Persepsi Nilai Anak Berdasarkan Pengalaman

Sangat

Setuju Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

n % n % n % n %

1 Anak dapat memperkuat ikatan perkawinan antara suami dan istri

27 37,5 42 58,3 3 4,2 - -

2 Anak laki-laki lebih berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan dan mendampingi keluarga

5 6,9 21 29,2 32 44,4 14 19,4

3 Banyak anak, membutuhkan banyak biaya

30 41,7 36 50 6 8,3 - - 4 Mengurusi anak melelehkan

badan


(67)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No Persepsi Nilai Anak Berdasarkan Pengalaman

Sangat

Setuju Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

n % n % n % n %

5 Banyak anak menimbulkan banyak masalah dalam keluarga

26 36,1 33 45,8 13 18,1 - -

6 Ibu yang terlalu sering hamil dapat mengakibatkan resiko kematian pada ibu dan bayi

19 26,4 44 61,1 9 12,5 - -

7 Pendidikan anak akan lebih terjamin jika mengikuti program KB

19 26,4 38 52,8 13 18,1 2 2,8

8 Seorang wanita akan lebih rentan terhadap penyakit jika melahirkan banyak anak

22 30,6 41 56,9 9 12,5 - -

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa mayoritas responden setuju dengan anak dapat memperkuat ikatan perkawinan sebanyak 42 orang (58,3%), banyak anak membutuhkan banyak biaya sebanyak 36 orang (50%), mengurus anak melelahkan badan sebanyak 42 orang (58,3%), ibu yang terlalu sering hamil dapat mengakibatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sebanyak 44 orang (61,1%), pendidikan anak akan lebih baik jika ibu mengikuti program KB sebanyak 38 orang (52,8%), dan seorang wanita akan lebih rentan terhadap penyakit jika melahirkan banyak anak sebanyak 41 orang (56,9%).

Tabel 4.2. Distribusi Persepsi Nilai Anak Responden Berdasarkan Pengalaman

No Pengalaman n Persentase (%)

1 Setuju 43 59,7

2 Kurang setuju 29 40,3


(1)

K1 K2 K3 K4 K5 KTOTAL K1 Pearson

Correlation 1 .128 .064 .028 .065 .486

Sig. (2-tailed) .502 .738 .883 .732 .006

N 30 30 30 30 30 30

K2 Pearson

Correlation .128 1 .142 .075 .047 .574

Sig. (2-tailed) .502 .454 .693 .804 .001

N 30 30 30 30 30 30

K3 Pearson

Correlation .064 .142 1 .000 -.058 .571

Sig. (2-tailed) .738 .454 1.000 .760 .001

N 30 30 30 30 30 30

K4 Pearson

Correlation .028 .075 .000 1 -.026 .380

Sig. (2-tailed) .883 .693 1.000 .893 .039

N 30 30 30 30 30 30

K5 Pearson

Correlation .065 .047 -.058 -.026 1 .405

Sig. (2-tailed) .732 .804 .760 .893 .026

N 30 30 30 30 30 30

KTOTAL Pearson

Correlation .486 .574 .571 .380 .405 1

Sig. (2-tailed) .006 .001 .001 .039 .026

N 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(3)

M1 M2 M3 M4 MTOTAL M1 Pearson

Correlation 1 .322 -.373

*

-.097 .482

Sig. (2-tailed) .082 .042 .611 .007

N 30 30 30 30 30

M2 Pearson

Correlation .322 1 .053 .000 .636

Sig. (2-tailed) .082 .780 1.000 .000

N 30 30 30 30 30

M3 Pearson

Correlation -.373

*

.053 1 .112 .376

Sig. (2-tailed) .042 .780 .556 .031

N 30 30 30 30 30

M4 Pearson

Correlation -.097 .000 .112 1 .565

Sig. (2-tailed) .611 1.000 .556 .001

N 30 30 30 30 30

MTOTAL Pearson

Correlation .482 .636 .376 .565 1

Sig. (2-tailed) .007 .000 .031 .001

N 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(4)

Scale: MOTIVASI

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(5)

B1 B2 B3 B4 B5 BTOTAL B1 Pearson

Correlation 1 .000 .206 .000 .000 .649

**

Sig. (2-tailed) 1.000 .275 1.000 1.000 .000

N 30 30 30 30 30 30

B2 Pearson

Correlation .000 1 -.020 -.079 -.412

*

.472

Sig. (2-tailed) 1.000 .918 .680 .024 .020

N 30 30 30 30 30 30

B3 Pearson

Correlation .206 -.020 1 .059 -.082 .549

**

Sig. (2-tailed) .275 .918 .756 .666 .002

N 30 30 30 30 30 30

B4 Pearson

Correlation .000 -.079 .059 1 .082 .481

**

Sig. (2-tailed) 1.000 .680 .756 .666 .007

N 30 30 30 30 30 30

B5 Pearson

Correlation .000 -.412

*

-.082 .082 1 .459

Sig. (2-tailed) 1.000 .024 .666 .666 .030

N 30 30 30 30 30 30

BTOTAL Pearson

Correlation .649 .472 .549 .481 .459 1

Sig. (2-tailed) .000 .020 .002 .007 .030

N 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(6)

Reliability Scale: BUDAYA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items