Larangan zina justru dimulai dari larangan tindakan-tindakan yang mengarah kepada zina. Hal ini mengindikasikan betapa Islam sangat memperhatikan
kemurnian nasab seorang anak manusia, dan akibat penyakit dari hubungan yang tidak terhormat itu.
141
Orang yang berdoa di malam hari dan menitikan air mata sambil mengadu kepada Allah di saat orang lain sedang asyik tidur, juga disebut berkhalwat, yaitu
merasakan kebersamaan dengan Allah SWT tanpa kesertaan orang lain. Seolah di dunia ini hanya dirinya saja dengan Allah SWT. Sedangkan khalwat laki-laki dan
wanita yang bukan mahram adalah hal yang diharamkan dalam syariat Islam. Rasulullah saw telah bersabda untuk memastikan keharaman dalam hadist yang
artinya : “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita
karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua
” HR. Ahmad Ibnu Hibban.
142
D. Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Khalwat
Qanun khalwat merupakan tindakan pidana ta’zir,
143
besar kecilnya ketentuan hukuman tidak terdapat jumlah pasti dalam nash. Dengan kata lain,
tak’zir bisa disebut sebagai hukuman terhadap perbuatan maksiat atau kesalahan-
141
Ibid
142
Azuraafrina.blogspot.com201305normal-o-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1. Diakses Tanggal 4 februari 2015.
143
Secara bahasa ta’zir bermakna al-ma’nu pencegahan. Menurut istilah ta’zir
bermakna al-tadib pendidikan dan al- tanki pengekangan. Ta’zir didefinisikan secara syar’i
yang digali dari nash-nash yang menerangkan tentang sanksi-sanksi yang bermanfaat edukatif adalah sanksi yang ditetapkan atas tindakan maksiat. Abdulrahman Al Maliki dan Ahmad Ad
Da’ur, Sistem Sanksi Dan Hukum Pembuktian Dalam Islam, Bogor, Pustaka Thariqul Izza,2011 Halaman 219
Universitas Sumatera Utara
kesalahan tidak termasuk had
144
dan kiffarat
145
yang tidak ditentukan kadar hukumnya, akan tetapi diserahkan kepada hakim atau pemerintah. Berdasar
ketentuan ini jelas bahwa ta’zir tidak mempunyai ketentuan khusus, baik jenis
maupun berat ringannya hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku maksiat, karena ta’zir juga hukuman yang bersifat mencegah dan mendidik.
146
Adanya kebebasan hakim untuk menetapkan hukuman dalam kasus ta’zir
ini maka kesempatan hakim berijtihad untuk menentukan apa hukuman yang akan ditetapkan bagi pelakunya, dan bagaimana cara pelaksanaannya sangat besar.
Dengan demikian, kejelian hakimpemerintah untuk menentukan hukum yang akurat dalam hal ini sangat diperlukan. Aceh sebagai bagian dari Negara Republik
Indonesia yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental, maka yang pertama kali yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh adalah merumuskan aturan perundang-
undangan. Lahirlah sejumlah qanun tentang hukum jinayat hukum jinayah hukum terhadap perbuatan dosa adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap laki-
laki atau perempuan yang melakukan kejahatan atau disebut hukum pidana dalam hukum islam.
147
Larangan perbuatan yang menimbulkan hukum ta’zir dalam Qanun
khalwat yaitu Pasal 5 yang menyebutkan:
144
Hukuman atau sanksi yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Had tidak ada pemaafan, baik dari hakim maupun si pendakwa karena had adalah hakAllah. Abdulrahman Al Maliki dan
Ahmad Ad Da’ur, Sistem Sanksi Dan Hukum Pembuktian Dalam Islam, Bogor, Pustaka Thariqul Izza,2011 Halaman 12
145
Berasal dari kata al-kufru yang berarti as-sitru penutup adalah segala bentuk pekerjaan yang dapat mengampuni dan menutup dosa sehingga tidak meninggalkan pengaruh
bekas yang menyebabkan adanya sanksi didunia hingga akhirat, secara definisi kiffarat adalah denda yang dibayarkan karena telah melakukan suatu kesalahan. H.A. Djazuli, Hukum Pidana
Islam Fih Jinayah, Bandung, Cv Pustaka Setia, 2010, Halaman 67
146
Ahmad Al Faruqi, Op.Cit, Hal 56
147
Ibid, Hal 58
Universitas Sumatera Utara
“bahwa setiap orang dilarang melakukan khalwat atau mesum”, selanjutnya Pasal 6 menyebutkan:
“setiap orang atau kelompok masyarakat, atau Aparatur Pemerintahan dan badan usaha dilarang memberikan fasilitas kemudahan danatau
melindungi orang melakukan khalwat atau mesum.”
Sedangkan Pasal 7 hanya menyebutkan: “pencegahan yang harus dilakukan terhadap perbuatan mesum, yaitu
bahwa setiap orang baik sendiri maupun kelompok berkewajiban mencegah terjadinya perbuatan khalwat atau mesum.
”
Adapun hukuman yang harus diterima bagi pelaku khalwat dimuat dalam Qanun Nomor 14 tahun 2003 Pasal 22, adalah sebagai berikut :
1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa dicambuk paling tinggi 9 sembilan kali, paling rendah 3 tiga kali danatau denda paling banyak
Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah. paling sedikit Rp. 2.500.00,- dua juta lima ratus ribu rupiah.
2. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 diancam dengan ‘uqubat ta’zir berupa kurungan paling lama 6
enam bulan, paling singkat 2 dua bulan danatau denda paling banyak Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah, paling sedikit Rp. 5.000.000
lima juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan
6 adalah jarimah ta’zir.
148
Adapun ketentuan-ketentuan lain yang harus diketahui antara lain : a
Denda yang diatur dalam pasal 22 ayat 1 dan 2 merupakan penerimaan daerah dan langsung disetor ke Kas Baitul Mal.
b Bagi pelaku yang melakukan pengulangan pelanggaran maka ‘uqubatnya
ditambah 13 sepertiga dari ‘uqubat maksimal.
c Apabila pelanggaran dilakukan oleh badan hukumbadan usaha, maka
‘uqubatnya dijatuhkan kepada penanggung jawab. Dan bila ada hubungannya dengan kegiatan usahanya, maka dikenakan sanksi
‘uqubat administratif dengan mencabut atau membatalkan izin usaha yang telah
diberikan.
148
Hukuman tersebut belum ditentukan oleh syara’ dan ada batas minimal dan maksimal
belum ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PELAKSANAAN PERKAWINAN SEBAGAI SANKSI BAGI PELAKU