Lebih lanjut di dalam penjelasan pasal tersebut menguraikan : “Oleh karena perkawinan mempunyai maksud agar suami dan isteri dapat
membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, dan sesuai pula dengan hak azasi manusia, maka perkawinan harus disetujui oleh kedua belah pihak
yang melangsungkan perkawinan tersebut tanpa ada paksaan dari pihak
manapun”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan syariat Islam di
Aceh salah satunya dengan diberlakukannya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang KhalwatMesum, sedangkan qanun yang mengatur zina belum
diberlakukan. Hukuman bagi pelaku khalwat menurut ketentuan adalah hukuman cambuk danatau denda. Tetapi masih ada hukuman lain di luar ketentuan qanun
yang diberikan kepada pelaku khalwat yaitu melangsungkan perkawinan. Hukuman perkawinan tersebut pada dasarnya melanggar salah satu syarat
perkawinan, yaitu persetujuan kedua belah calon mempelai serta tidak sesuai dengan yang hadist yang menerangkan diperlukan kebebasan kehendak dari
seorang wanita yang akan dinikahkan. Perkawinan yang dipaksakan adalah suatu hal yang tidak sesuai dengan
apa yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad Saw. Karena perkawinan dalam paksa akan memicu terjadinya perceraian, dan diragukan kedua belah pihak dalam
perkawinannya akan bahagia.
B. Status Perkawinan Yang Dilakukan Sebagai Sanksi Khalwat
Perkawinan yang dipaksakan biasanya disebut dengan kawin paksa. Dalam bahasa Indonesia berasal dari dua suku kata yaitu kawin dan paksa. Kawin dalam
bahasa Indonesia berarti perjodohan antara laki-laki dengan perempuan sehingga menjadi suami isteri, sedangkan paksa adalah perbuatan tekanandesakan dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya yang mengharuskan mau tidak mau atau harus mau. Sehingga jika digabungkan akan menjadi kawin paksa yang berarti suatu perkawinan yang
dilaksanakan tidak atas kemauan sendiri jadi karena desakan atau tekanan dari orang tua ataupun pihak lain yang mempunyai hak untuk memaksa menikah.
91
Tidak semua pelaku khlawat, bersedia dengan sukarela melangsungkan perkawinan sebagai sanksi dari perbuatannya, keberatan tersebut dengan berbagai
alasan. LS menyatakan keberatannya dengan alasan masih ingin menyelesaikan kuliah dan rasa malu dengan teman-temannya, serta rasa malu menjadi bertambah
besar karena melakukan perkawinan akibat dari perbuatan khalwat. Kamaruzzaman menjelaskan tidak ada manusia yang dengan lapang dada
menerima sanksi. Sanksi perkawinan yang diberikan menimbang bahwa pasangan khalwat sudah baligh dewasa, dan ini merupakan resiko dari pada perbuatan
yang telah mereka lakukan. Jika melakukan zina mereka mau, mengapa melangsugkan perkawinan yang merupakan ibadah mereka tidak mau.
92
Dalam pandangan hukum Islam, perkawinan sah apabila rukun perkawinan telah terpenuhi. Teungku Yusuf menjelaskan jika salah satu calon
mempelai merasa keberatan, maka harus mengutarakannya. Karena jika perkawinan itu dilangsungkan dengan semua rukun yang sah dan lengkap maka
perkawinan tersebut sah hukumnya.
93
Munculnya syarat persetujuan dalam Undang-undang Perkawinan bisa dihubungkan dengan sistem perkawinan pada zaman dulu, yaitu seorang anak
91
http:www.tipscaraterbaik.comperjodohan-paksakawin-paksa-menurut-hukum-islam- dan-undang-undang-hukum-negara.html. Diakses Tanggal 18 Mei 2015
92
Wawancara dengan Khamaruzzaman, Kasubbag TU, Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Kota Langsa tanggal, 30 Desember 2014.
93
Wawancara denganTeungku Yusuf tokoh ulama kota Langsa, Tanggal 10 Februari 2015.
Universitas Sumatera Utara
harus patuh kepada kedua orang tuanya untuk bersedia dijodohkan dengan orang yang dianggap tepat oleh orang tuanya. Sebagai anak harus mau dan tidak boleh
menolak kehendak orang tuanya, walaupun kehendak anak tidak demikian.
94
Perkawinan merupakan pergaulaninteraksi hidup berumah tangga antara suami-isteri, dalam rumah tangga tersebut diinginkan suasana damai, tentram, dan
kasih sayang antara anggota keluarga. Sehingga salah satu syarat perkawinan dalam Pasal 6 UUP dan Pasal 16 KHI adalah perkawinan didasarkan atas
persetujuan calon mempelai. Islam melarang menikahkan dengan paksa, baik gadis maupun janda. Aqad nikah tanpa kesediaan wanita tidaklah sah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan yang didasarkan tanpa kerelaan calon mempelai adalah tidak sah, karena tidak
memenuhi syarat sah suatu perkawinan. Dengan demikian sanksi perkawinan yang dijatuhkan kepada pelaku khalwat melanggar salah satu syarat perkawinan
yaitu kesukarelaan para pihak. Suatu perkawinan dinyatakan sah apabila terpenuhi syarat dan rukunnya. Perkawinan yang sah akan melahirkan hak dan kewajiban
kedua belah pihak. Perkawinan adalah ikatan yang sakral. Sangatlah tidak benar jika suatu
ikatan perkawinan dijadikan sanksi pada perbuatan tercela, menjadikannya suatu paksaan. Hal ini dapat menodai ikatan suci suatu perkawinan dan tidak efektifnya
pelaksanaan tujuan perkawinan. Walaupun sanksi perkawinan yang diberlakukan bagi pelaku khalwat tersebut mempunyai tujuan untuk memberikan efek jera bagi
pelaku dan menakut-nakuti masyarakat agar tidak melakukan perbuatan khalwat.
94
http:www.tipscaraterbaik.comperjodohan-paksakawin-paksa-menurut-hukum-islam- dan-undang-undang-hukum-negara.html. Diakses Tanggal 18 Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
Karena perbuatan tersebut apabila tertangkap maka pelaku akan dikawinkan dan memberi rasa malu bagi pelaku.
C. Dampak Perkawinan Yang Dilakukan Sebagai Sanksi Khalwat