Sejarah PT. Pegadaian Persero

primer. Teknik pengumpulan data skunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut : a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. b. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunnakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian atausumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data merupakan pemecahan data yang diperoleh dari lokasi penelitian dankemudian di bagi sesuai dengan golongan yang sudah ditentukan. Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisa data secara kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya ditabulasi menggunakan tabel frekuensi atau tabel tunggal kemudian di interpretasikan sehingga memberikan gambaran terhadap permasalahan yang diteliti oleh si peneliti.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah PT. Pegadaian Persero

Pegadaian atau pawn shop merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia yang kemudian di praktekkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya Inggris dan Belanda Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia di bawa dan dikembangkan oleh orang Belanda VOC, yaitu sekitar abad ke-19. Bentuk usaha pegadaian di Indonesia berawal dari Bank Van Lening pada masa VOC yang mempunyai tugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Sejak itu bentuk usaha pegadaian telah mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-peraturan yang mengaturnya. Pada mulanya usaha pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak swasta, kemudian pada awal abad ke-20 oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda melalui Staasblad tahun 1901 Nomor 131 tertanggal 12 Maret 1901 didirikan rumah gadai pemerintah Hindia Belanda di Sukabumi Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut, maka pelaksanaan gadai dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagaimana di atur dalam staadblad tahun 1901 Nomor 131 tersebut sebagai berikut: “Kedua, sejak saat itu di bagian Sukabumi kepada siapapun tidak akan diperkenankan untuk memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak membeli kembali, meminjam uang tidak melebihi seratus Gulden, dengan hukuman, tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yang diancam dalam pasal 337 KUHP bagi orang-orang Bumiputera. Selanjutnya, dengan Staadblad 1930 No. 226 Rumah Gadai tersebut mendapat status Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara dalam arti undang-undang perusahaan Hindia Belanda Lembaga Negara Hindia Belanda No. 419. Pada masa selanjutnya pegadaian milik pemerintah tetap diberi fasilitas monopoli atas kegiatan pegadaian di Indonesia. Dinas pegadaian mengalami beberapa kali perubahan bentuk Badan Hukum, sehingga akhirnya pada tahun 1990 menjadi perusahaan umum. Pada tahun 1960 dinas pegadaian berubah menjadi Perusahaan Negara PN Pegadaian, pada tahun 1969 Perusahaan Negara Pegadaian diubah menjadi Persahaan Jawatan Perjan Pegadaian, dan pada tahun 1990 Perusahaan Jawatan Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Umum Perum Pegadaian melalui Peraturan Pemerintah PP nomor 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990. Namun pada tahun 2012, di tanggal 1 April yang bertepatan dengan ulang tahun pegadaian yang ke 111, bentuk Perum Pegadaian resmi diubah menjadi Perseroan Terbatas atau PT.Pegadaian Persero berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2011 yang ditetapkan pada tanggal 13 Desember 2011. Pada waktu pegadaian masih berbentuk Perusahaan Jawatan, misi sosial dari pegadaian merupakan satu-satunya acuan yang digunakan oleh manajernya dalam mengelola pegadaian. Pengelolaan pegadaian bias dilaksanakan meskipun perusahaan tersebut mengalami kerugian. Sejak statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum, keadaan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipertahankan lagi. Disamping berusaha berusaha memberikan pelayanan umum berupa penyediaan dana atas dasar hukum gadai, manajemen Perum Pegadaian juga berusaha agar pengelolaan usaha ini sedapat mungkin tidak mengalami kerugian. Pegadaian diharapkan akan dapat mengalami keuntungan atau setidaknya penerimaan yang didapat mampu menutup semua biaya dan pengeluarannya sendiri. Dengan statusnya sebagai Perum, sifat pegadaian adalah menyediakan pelayanan kepada masyarakat umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik dan benar. Dan setelah Pegadaian berubah menjadi Persero, diharapkan pegadaian dapat tumbuh menjadi Perusahaan Negara yang lebih efektif dan efisien dalam menjalankan usahanya. Pada masa pendudukan Jepang, Gedung Kantor Pusat Jawatan Pegadaian yang terletak di Jalan Keramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan perang dan Kantor Pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang, baik dari sisi kebijakan maupun Struktur Organisasi Jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam bahasa Jepang disebut Sitji Eigeikyuku, Pimpinan Jawatan Pegadaian bernama Ohno- San dan wakilnya pribumi yang bernama M.Saubari. Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Kantor Jawatan Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar Kebumen karena situasi perang yang kian terus memanas. Agresi militer Belanda yang kedua memaksa Kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Selanjutnya, pasca perang kemerdekaan Kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta dan Pegadaian kembali dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia. Kantor Pegadaian yang saat ini berpusat di Jakarta dibantu oleh kantor daerah, kantor perwakilan daerah, dan kantor cabang. Saat ini jaringan PT. Pegadaian Persero telah meliputi lebih dari 500 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.

3.2 Visi dan Misi PT. Pegadaian Persero