5.2. Pembahasan
5.2.1. Stres pada remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol
kabupaten Aceh Tengah.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar remaja pasca gempa di desa Cang Duri mengalami stres dengan katagori ringan yaitu 33 orang 62,3
dan selebihnya stres yang dialami remaja desa Cang Duri berada pada katagori sedang yaitu 20 orang 37,7. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasir Muhith,
2011, mengatakan bahwa lingkungan yang berhubungan dengan individu dapat menjadi stresor atau pemicu terjadinya stres seperti gempa bumi, topan, badai,
kondisi cuaca, dan lain-lain, meskipun tidak dikemukakan katagori atau tingkatan stres yang dapat di alami.
Sebagian besar remaja desa Cang Duri mengalami stres dengan katagori ringan 33 orang 62,3, hai ini di mungkinkan karena penelitian yang dilakukan
terhadap remaja desa Cang Duri setelah setahun kejadian gempa, sehingga remaja desa Cang Duri sudah mulai beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang terjadi
akibat gempa, sehingga stres yang dialami remaja berada pada katagori ringan. Hal ini didukung oleh pendapat Tedeschi dalam Sulistyaningsih, W, 2009,
menyatakan bahwa semakin lama seseorang beradaptasi terhadap stres dapat mendorong peningkatan pertumbuhan pribadi atau perbaikan diri, sehingga stres
justru mendorong seseorang untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru, memperoleh kekuatan-kekuatan baru. Dengan kata lain, proses adaptasi
yang diawali dengan stres ternyata membuka kemungkinan untuk terjadinya perubahan pribadi menuju pada suatu yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Stres remaja yang sebagian besar berada pada katagori ringan juga dapat dikaitkan dengan usia dan tingkat pendidikan responden, dimana dalam penelitian
ini sebagian besar remaja desa Cang Duri berada pada uisa remaja akhir 19-21 yaitu 29 orang 54,7, dimana remaja akhir sudah mendekati kematangan
menuju dewasa awal dimana semakin dewasa seseorang maka semakin matang pula cara berpikir dalam menghadapi masalah. Begitu pula dengan tingkat
pendidikan dimana dalam penelitian ini sebagian besar tingkat pendidikan terakhir remaja desa Cang Duri berada pada tingkat SMA yaitu 28 orang 82,8, dimana
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin semakin banyak informasi yang didapat sehingga mudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Siswanto, 2007, yang menyatakan bahwa usia dan tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi stres atau tidaknya seseorang.
Dimana usia berhubungan dengan tolenransi terhadap stres dan jenis stresor yang paling mengganggu. Semakin dewasa seseorang biasanya lebih mampu
mengontrol stres dibanding dengan usia anak-anak dan usia lanjut. Dengan kata lain, semakin dewasa seseorang biasanya mempunyai toleransi terhadap stresor
yang lebih baik. Begitu pula dengan tingkat pendidikan, tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang mudah terkena stres atau tidak. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, toleransi dan pengontrolan terhadap stresor biasanya akan lebih baik.
Penelitian yang dilakukan pada remaja desa Cang Duri juga di jumpai stres pada remaja dengan katagori stres sedang yaitu 20 orang 37,7, hal ini di
mungkinkan karena jenis kelamin responden dalam penelitian ini sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
adalah laki-laki yaitu 37 orang 68,9, dimana laki-laki biasanya lebih tahan terhadapat stres dalam menghadapi masalah yang terjadi. Hal ini didukung hasil
penelitian Mila, Herwina, 2006 dalam Fitri, Dkk, 2012, yang menyatakan bahwa remaja perempuan lebih rentan tahan terhadap stres dibandingkan dengan remaja
laki-laki, karena laki-laki lebih kuat terhadap stres dalam menghadapi masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak dijumpai remaja yang
mengalami stres dengan katagori stres berat. Hal ini di mungkinkan kaerena pengalaman remaja desa Cang Duri tentang gempa yang sering terjadi
sebelumnya. dimana letak desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu wilayah Aceh yang sering mengalami gempa
BNPB, 2013. Sehingga gempa yang terjadi pada tanggal 2 juli 2013 bukan lagi menjadi hal yang baru bagi remaja desa Cang Duri alami, sehingga masalah yang
timbul akibat gempa yang terjadi remaja desa Cang Duri sudah memiliki sedikit pengalaman dalam menghadapi masalah gempa yang terjadi saat ini sehingga
stres yang di alami remaja hanya berada pada katagori ringan dan sedang. Hal ini sesuia dengan penelitian Asnayanti, 2013, yang menyatakan bahwa suatu
keadaan yang berulangkali dialami akan memberikan pelajaran untuk menghadapi masalah yang sama di masa yang akan datang. Hal ini juga di dukung oleh
pendapat Notoatmojdo, 2010, yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan suatu sumber ilmu sehingga pengalaman dapat memeberikan pelajaran untuk
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah. Sehingga remaja desa Cang Duri belajar
dari pengalaman gempa yang terjadi sebelumnya dalam menghadapi masalah
Universitas Sumatera Utara
yang dialami saat ini sehingga remaja desa Cang Duri tidak ada yang mengalami stres dengan katagori berat.
5.2.2. Mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri