Stres Dan Mekanisme Koping Remaja Pasca Gempa Di Desa Cang Duri Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014

(1)

SKRIPSI

Oleh : SETIA BUDI

131121082

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

NIM : 131121082

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2015

ABSTRAK

Gempa merupakan bencana yang mengakibatkan banyak masalah, salah satunya adalah terjadinya stres. Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami stres. Stres dapat dihindari atau ditangani bila remaja menggunakan mekanisme koping yang baik berupa mekanisme koping yang fokus pada masalah atau fokus pada emosi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah. Responden dalam penelitian ini berjumlah 53 orang yang di tentukan menggunakan tehnik

Purposive sampling. Instrument dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk menentukan stres dan mekanisme koping remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa sebagian besar remaja mengalami stres ringan yaitu 33 orang (62,3%), stres sedang 20 orang (37,3%), dan tidak ditemukan remaja dengan stres berat. Mekanisme koping yang digunakan remaja sebagian besar adalalah mekanisme koping yang fokus pada emosi yaitu 30 orang (56,5%), sedangkan mekanisme koping yang fokus pada masalah hanya 23 orang (43,4%). Oleh karena itu diharapkan pada remaja untuk selalu menggunakan mekanisme koping yang baik dalam menghadapi masalah yang terjadi akibat gempa. Bagi pihak yang terkait juga diharapkan agar selalu memperhatikan kesehatan remaja korban gempa tidak hanya fisik tapi juga psikologis remaja.


(4)

NIM : 131121082

Faculty : Nursing Studies Universitas Sumatera Utara Year : 2015

ABSTRACT

Earthquake is a disaster which caused many problems, one of which is stress to its victim. Teenagers are one of the many groups which are vulnerable to stress symptoms. Stress could be overcame and handled if the teenagers use appropriate coping mechanisms, such as problem-focused coping mechanism or emotion-focused coping mechanism. This research used a descriptive method to identify stress symptoms and coping mechanisms used by teenagers who were involved in the earthquake at Desa Cang Duri Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah. There are 53 respondents in this research, which are determined based on purposive sampling technique. The instrument used in this research is questionnaires as mean to determine the level of stress and the coping mechanisms used by the respondents. The result of this research showed that most of the respondents endured mild level of stress (33 respondents / 62,3%), average level of stress endured by 20 respondents (37,3%), and there were none who endured high level of stress. 30 respondents used emotion-focused coping mechanism (56,5%) and 23 respondents used problem-focused coping mechanism (43,5%). The teenagers are recommended to always use the appropriate coping mechanisms in dealing with their post-earthquake problems. It is also recommended to the authorities to always pay their attentions to the health of the teenagers, for the earthquake did not only affect their bodies, but also their psychological emotions.


(5)

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 dengan Judul “Stres Dan Mekanisme Koping Remaja Pasca Gempa Di Desa Cang Duri Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014”

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep. Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan pengarahan serta pemikiran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penelitian ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU. 3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan USU.

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU

5. Ibu Yesi Ariani, S.Kep. Ns, M.Kep selaku dosen penguji I.


(6)

8. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tersayang serta keluargaku tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan bantuan moril maupun materil dalam menyelesaikan penelitianl ini.

9. Teman-teman sejawat S1 Ekstensi Keperawatan 2013, atas bantuan dan semangatnya selama ini.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun tata bahasa, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2015 Penulis

Setia Budi NIM: 131121082


(7)

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Konsep Stres ... 7

2.1.1. Pengertian Stres ... 7

2.1.2. Sumber Stres ... 8

2.1.3. Indikator Stres ... 8

2.1.4. Tingkatan Stres ... 12

2.1.5. Dampak stres ... 13

2.2. Mekanisme Koping ... 14

2.2.1. Pengertian ... 14

2.2.2. Penggolongan Mekanisme Koping ... 14

2.2.3. Jenis-jenis Mekanisme Koping ... 15

2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Koping ... 17

2.3. Tumbuh Kembang remaja ... 18

2.3.1. Pengertian Tumbuh Kembang Remaja ... 18

2.3.2. Ciri-ciri Remaja ... 19

2.3.3. Bahaya Fisik Pada Remaja ... 21

2.3.4. Bahaya Psikoligis Pada Remaja ... 21

2.3.5. Tugas Perkembangan Remaja ... 23

2.4. Defenisi Gempa ... 23

2.4.1. Pengertian Gempa Bumi ... 23

2.4.2. Dampak Gempa Secara Fisik ... 24


(8)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Desain Penelitian ... 28

4.2. Populasi Dan Sampel ... 28

4.2.1. Populasi ... 28

4.2.2. Sampel dan tehnik sampling ... 28

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.4. Pertimbangan Etik ... 29

4.5. Instrumen Penelitian ... 30

4.6. Validitas Dan Reliabilitas ... 32

4.7. Proses Pengumpulan Data ... 33

4.8. Metode Pengolahan Data ... 34

4.9. Analisa Data ... 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1. Hasil Penelitian ... 36

5.1.1. Karakteristik Responden ... 36

5.1.2. Distriburi Frekuensi Stres Remaja ... 38

5.1.3. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Remaja ... 38

5.2. Pembahasan ... 40

5.2.1. Stres Pada Remaja ... 40

5.2.2. Mekanisme Koping Remaja ... 42

BAB VI PENUTUP ... 46

6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 37 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Stres Remaja ... 38 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping Remaja ... 39


(10)

(11)

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 53

Lampiran 3 Tabel Statistik Hasil Penelitian ... 56

Lampiran 4 Tabel Statistik Hasil Uji Reliabilitas ... 59

Lampiran 5 Tabel Hasil Distribusi Persentase Jawaban Responden ... 61

Lampiran 6 Master Tabel Hasil Penelitian ... 64

Lampiran 7 Surat Izin Uji Reliabilitas Dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ... 66

Lampiran 8 Surat Selesai Uji Reliabilitas dari Kepala Desa Simpang Juli Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah ... 67

Lampiran 9 Surat Komisi Etik Penelitian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ... 68

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ... 69

Lampiran 11 Surat Selesai Penelitian Dari Kepala Desa Cang Duri Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah ... 70

Lampiran 12 Jadwal Sidang ... 71

Lampiran 13 Taksiran Dana ... 72


(12)

NIM : 131121082

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2015

ABSTRAK

Gempa merupakan bencana yang mengakibatkan banyak masalah, salah satunya adalah terjadinya stres. Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami stres. Stres dapat dihindari atau ditangani bila remaja menggunakan mekanisme koping yang baik berupa mekanisme koping yang fokus pada masalah atau fokus pada emosi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah. Responden dalam penelitian ini berjumlah 53 orang yang di tentukan menggunakan tehnik

Purposive sampling. Instrument dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk menentukan stres dan mekanisme koping remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa sebagian besar remaja mengalami stres ringan yaitu 33 orang (62,3%), stres sedang 20 orang (37,3%), dan tidak ditemukan remaja dengan stres berat. Mekanisme koping yang digunakan remaja sebagian besar adalalah mekanisme koping yang fokus pada emosi yaitu 30 orang (56,5%), sedangkan mekanisme koping yang fokus pada masalah hanya 23 orang (43,4%). Oleh karena itu diharapkan pada remaja untuk selalu menggunakan mekanisme koping yang baik dalam menghadapi masalah yang terjadi akibat gempa. Bagi pihak yang terkait juga diharapkan agar selalu memperhatikan kesehatan remaja korban gempa tidak hanya fisik tapi juga psikologis remaja.


(13)

NIM : 131121082

Faculty : Nursing Studies Universitas Sumatera Utara Year : 2015

ABSTRACT

Earthquake is a disaster which caused many problems, one of which is stress to its victim. Teenagers are one of the many groups which are vulnerable to stress symptoms. Stress could be overcame and handled if the teenagers use appropriate coping mechanisms, such as problem-focused coping mechanism or emotion-focused coping mechanism. This research used a descriptive method to identify stress symptoms and coping mechanisms used by teenagers who were involved in the earthquake at Desa Cang Duri Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah. There are 53 respondents in this research, which are determined based on purposive sampling technique. The instrument used in this research is questionnaires as mean to determine the level of stress and the coping mechanisms used by the respondents. The result of this research showed that most of the respondents endured mild level of stress (33 respondents / 62,3%), average level of stress endured by 20 respondents (37,3%), and there were none who endured high level of stress. 30 respondents used emotion-focused coping mechanism (56,5%) and 23 respondents used problem-focused coping mechanism (43,5%). The teenagers are recommended to always use the appropriate coping mechanisms in dealing with their post-earthquake problems. It is also recommended to the authorities to always pay their attentions to the health of the teenagers, for the earthquake did not only affect their bodies, but also their psychological emotions.


(14)

1.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana dan memiliki jumlah penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam maupun akibat dari ulah manusia. Bencana seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin topan, letusan gunung merapi, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan transportasi, dan kecelakaan industri sering kali menjadi ancaman yang serius bagi peduduk Indonesia. Ancaman bencana dapat menyebabkan korban jiwa dan kerusakan harta benda (BNPB, 2011).

Pada bulan Januari sampai Juli 2013 tercatat 757 kejadian bencana di Indonesia dengan jumlah korban 486 jiwa meninggal dan hilang, serta 767.894 jiwa menderita dan mengungsi (BNPB, 2013). Gempa bumi merupakan salah satu bentuk bencana yang sering terjadi di Indonesia, dengan frekuensi 363 kejadian yang tersebar di seluruh Indonesia, tercatat 74 kali kejadian gempa bumi dengan kekuatan 5,0 SR dan 55 kali gempa bumi dengan kekuatan 5,1 SR. Gempa dengan kekuatan yang begitu hebat dapat mengakibatkan dampak yang buruk dan mengancam hidup masyarakat baik fisik maupun non fisik (Saut, P, 2012).

Salah satu daerah yang sering mengalami gempa di Indonesia adalah Aceh, tercatat gempa yang paling hebat terjadi pada 26 Desember 2004 dengan kekuatan 8,9 SR yang menimbulkan tsunami dan menelan banyak korban, 236.116 jiwa meninggal dunia dan 74.000 dinyatakan hilang. Selain itu, terdapat 514.150 jiwa yang secara spontan menjadi pengungsi karena


(15)

kehilangan tempat tinggal serta memberikan trauma yang berat bagi korban yang selamat (Hartini, 2010).

Pada tanggal 2 juli 2013 gempa berkekuatan 6,2 skala ricther kembali mengguncang Aceh tepatnya di wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah yang berpusat di kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah. Gempa yang terjadi menimbulkan korban jiwa 35 orang meninggal dunia dan 275 luka ringan dan berat. Gempa tersebut juga menghancurkan 4.291 rumah dan 83 fasilitas umum seperti sarana ibadah, sarana kesehatan dan sekolah-sekolah di 232 desa (BNPB, 2013).

Berdasarkan data dari kepala desa Cang Duri (2013), desa Cang Duri merupakan salah satu desa yang terkena dampak gempa paling parah di kecamatan ketol dengan jumlah korban 1 orang meninggal dunia, 4 orang luka berat akibat tertindih reruntuhan rumah dan lebih dari 12 orang mengalami luka ringan. Selain itu, dampak yang paling parah dari gempa tersebut adalah menghancurkan 90% rumah-rumah warga dan infrasrtuktur lainya seperti puskesmas, sekolah, dan tempat-tempat ibadah seperti menasah dan masjid serta longsornya lahan-lahan pertanian yang merupakan sumber penghasilan utama masyarakat.

Bencana yang menelan banyak korban dan menghancurkan sarana dan prasarana yang ada di masyarakat tentu saja menimbulkan stres dan trauma bagi masayarakat baik anak-anak, remaja, dewasa dan lansia akan mengalami tekanan yang berat akibat dampak gempa yang terjadi. Dampak gempa tidak hanya menyebabkan kerugian secara fisik tetapi juga menimbulkan kerugian secara non fisik. Dampak secara fisik yang di alami masyarakat desa Cang


(16)

Duri berupa kerusakan sarana dan prasarana yang di timbulkan, sedangkan dampak psikis berkaitan dengan kondisi kejiwaan masyarakat korban bencana seperti traumatik, jiwa terancam, hilangnya rasa aman dan nyama serta timbulnya masalah sosial lainya seperti menyebabkan orang yang terkena bencana mengalami kemiskinan atau semakin bertambah miskin. Akibat lebih jauh, masyarakat kehilangan kesempatan hidup secara layak dan bahkan sebagian menderita putus harapan. Kondisi itulah yang berpotensial menimbulkan dampak psikologis bagi masyarakat sehingga dapat mengalami stres dan traumatik (Asnayanti, dkk, 2013).

Diantara kelompok masyarakat korban bencana, remaja merupakan salah satu kelompok yang sangat rentan terhadap terjadinya gangguan psikologis atau traumatik. Karena, masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang merupakan masa terjadinya perubahan yang sangat pesat, masa mencari identitas diri, masa yang menimbulkan kekuatan, masa remaja adalah masa yang banyak masalah, serta masa yang penuh tekanan (Sumiati, dkk, 2009). Di satu sisi mereka harus berkembang mengikuti tahap-tahap perkembangannya, tapi di sisi lain mereka di tutuntut untuk belajar mengatasi dan berdaptasi terhadap kejadian bencana yang mereka alami untuk dapat menjadi individu yang kompeten, dengan demikian tekanan yang dialami remaja korban bencana menjadi lebih berat. Dan apabila masa-masa perkembangan remaja itu terganggu akan sangat berdampak buruk terhadap perkembangannya baik fisik maupun pikologisnya(Munawarah & Retnowati, 2009).


(17)

Berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap beberapa remaja di desa Cang Duri, yang membuat remaja tertekan secara psikologis dan membuat beberapa remaja mengalami perubahan sikap menjadi pendiam dan menarik diri dari pergaulan setelah kejadian gempa adalah hilangnya rumah dan harta benda mereka, berubahnya keadaan lingkungan yang remaja rasakan, hancurnya sarana dan prasarana seperti sekolah, tempat bermain bagi anak-anak dan remaja. Dan untuk saat ini mereka harus tinggal di rumah sementara yang terbuat dari sisa-sisa rumah mereka yang hancur, serta masih seringnya terjadi gempa susulan yang membuat berkurangnya rasa aman dan nyaman yang remaja rasakan sekarang.

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa gempa yang terjadi di Aceh Tengah kecamatan Ketol dapat menimbulkan dampak psikologis yang berat, khususnya pada remaja korban bencana. Masalah psikologis yang di alami ini pada gilirannya akan membawa dampak yang merugikan bagi perkembangan dan masa depan remaja yang bersangkutan. Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan karena remaja merupakan generasi penerus bangsa yang sangat berperan untuk kemajuan bangsa dan negara dimasa yang akan datang. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah”.


(18)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan perpustakaan guna memberikan pemahaman dan memperluas pengetahuan mahasiswa tentang stres dan mekanisme koping pada remaja korban gempa. 1.4.2 Bagi pelayanan kesehatan

Agar dapat memberikan pelayanan yang komperhensif, pada remaja korban gempa agar dapat mengaplikasikan mekanisme koping yang adaptif dalam mengangani stres akibat gempa.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan menggali kemampuan peneliti dalam menghadapi stres akibat bencana dengan menggunakan mekanisme koping


(19)

yang adaptif, serta dapat menjadi pengalaman dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang.


(20)

1.1. Konsep Stres

1.1.1. Pengertian Stres

Stres adalah suatu kondisi ketika individu berespon terhadap perubahan dalam status keseimbangan moral (Kozier, 2010). Stres adalah reaksi dari tubuh (respon) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batas kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan tersebut sehingga mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan ( Patel, 1996 dalam Nasir & Muhith, 2011).

Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stres dapat menyebabkan respon negatif atau berlawanan dengan apa yang di inginkan atau mengancam kesejahteraan emosional (Potter & Perry, 2005).

Dengan demikian, bisa diartikan bahwa stres merupakan suatu sistem pertahanan tubuh di mana ada sesuatu yang mengusik integritas diri, sehingga mengganggu ketentraman yang dimaknai sebagai tuntutan yang harus di selesaikan. Sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi.


(21)

1.1.2. Sumber Stres

Menurut Kozier (2010), secara luas sumber stres dapat di klasifikasikan kedalam tiga stresor yaitu :

a. Stresor internal yaitu stresor yang berasal dari dalam diri seseorang. Sebagai contoh perasaan depresi.

b. Stresor eksternal yaitu stresor yang berasal dari luar individu yang dapat disebapkan oleh banyak faktor. Contohnya bencana yang mengakibatkan perubahan lingkungan, kematian orang terdekat, tekanan dari teman sebaya, perpindahan tempat tinggal.

c. Stresor perkembangan yaitu terjadi pada waktu yang dapat di perkirakan sepanjang hidup individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus tercapai untuk mencegah atau mengurangi stres. contohnya tugas perkembangan pada remaja diantaranya menemukan identitas diri, mencapai kemandirian, memilih karir, menerima perubahan fisik, dan mengembangkan hubungan yang melibatkan ketertarikan seksual.

1.1.3. Indikator dan Tanda-tanda Stres

Menurut Kozier (2010), indikator stres dapat dibagi kedalam indikator fisiologis dan psikologis.

1. Indikator fisiologis

Indikator fisiologis dari stres adalah objektif, lebih mudah di idetifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stres, dan dampak tersebut bervariasi menurut individunya.


(22)

Tanda vital biasanya meningkat, dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat atau berkonsentrasi. Indikator dapat timbul sepanjang tahap stres. Durasi atau intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stresor yang diserap. Dampak fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stres mencangkup pengumpulan data dari semua sistem (Potter & Perry, 2005).

Respon terhadap stres bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap peristiwa. Tanda fisiologis stres muncul akibat aktivitas sistem simpatetik dan sistem neuroendokrin tubuh. Ada pun indikator stres secara fisiologis menurut (Kozier, 2010), diantaranya :

a. Pupil dilatasi untuk meningkatkan persepsi visual ketika muncul ancaman serius terhadap tubuh.

b. Produksi keringat (diaferesis) meningkat untuk mengendalikan peningkatan panas tubuh akibat peningkatan metabolisme.

c. Frekuensi jantung dan curah jantung meningkat untuk transport nutrein dan produk metabolisme secara lebih efesien.

d. Kulit pucat karena kontriksi pembuluh darah perifer yang merupakan pengaruh norefinefrin.

e. Retensi natrium dan air meningkat akibat pelepasan mineralokortikoid yang meningkatkan volume darah.

f. Kecepatan dan kedalaman respirasi meningkat karena dilatasi bronkiolus yang meningkatkan hiperventilasi.


(23)

h. Mulut kering.

i. Peristalsis usus menurun, meningkatkan kemungkinan konstipasi dan flatus.

j. Ketegangan otot meningkat untuk mempersiapkan pertahanan atau aktivitas motorik yang cepat.

k. Gula darah meningkat karena pelepasan glukokortikoid dan glukogenesis.

Menurut Nasir & Muhith (2011), menyatakan bahwa ada beberapa indikator stres fisiologis yaitu :

a. Kenaikan tekanan darah.

b. Peningkatan ketegangan dileher, bahu, dan punggu. c. Peningkatan denyut nadi dan pernafasan.

d. Telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin. e. Postur tubuh yang tidak tegap.

f. Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung. g. Suara yang bernada tinggi.

h. Mual, muntah, dan diare.

i. Perubahan nafsu makan, perubahan berat badan. j. Perubahan frekuensi berkemih.

k. Dilatasi pupil.

l. Gelisah, kesulitan untuk tidur, atau sering terbangun saat tidur. 2. Indikator psikologis

Indikator psikologis adalah suatu keadaan emosional seseorang yang kadang dapat dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati


(24)

perilaku seseorang. Indikator psikologis mencangkup hubungan yang kompleks diantara banyak faktor, maka reaksi yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor seseorang yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stresor, mekanisme yang berhasil dimasa lalu, fungsi peran, konsep diri, dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang diduga menjadi media terhadap stres. ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Webe & Williams, 1992 dalam Nasir & Muhith, 2011).

Ada beberapa indikator psikologis menurut (Looker & Gregson, 2005), di antaranya yaitu :

a. Cemas, kecewa, menangis, rendah diri, merasa putus asa dan tanpa daya, histeris, menarik diri, merasa tidak mampu mengatasi, gelisah, depresi. b. Tidak sabar, mudah tersinggung dan berlebihan, marah, melawan, agesif. c. Frustasi, bosan, merasa salah, terabaikan, merasa tidak aman, rentan

terhadap kecelakaan.

d. Kehilangan ketertarikan pada penampilan sendiri, kesehatan, makanan, seks, harga diri rendah dan kehilangan ketertarikan pada orang lain. e. Polifasis (mengerjakan banyak hal sekaligus), tergesa-gesa.

f. Gagal menyelesaikan tugas-tugas sebelum beralih ke tugas berikutnya. g. Sulit dalam berfikir jernih, berkonsentrasi, dan membuat keputusan,

kurang kreatif, irasional, menunda-nunda pekerjaan, sulit memulai pekerjaan.


(25)

h. Mudah lupa dan pikran buntu. i. Kehilangan motivasi.

j. Rentan untuk melakukan kesalahan dan melakukan kecelakaan.

k. Punya banyak hal untuk dikerjakan dan tidak tahu dimana memulainya sehingga mengakhiri segala sesuatunya tanpa hasil dan beralih dari satu tugas ke tugas lain dan tidak menyelesaikan apa pun.

l. Hiperkritis, tidak fleksibel, tidak beralasan, over kreatif, tidak produktif, efesiensi buruk.

1.1.4. Tingkatan Stres

Menurut Potter & Perry (2005), stres dapat dibagi menjadi tiga tingkatan antara lain :

a. Stres ringan

Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, sepeti banyak tidur, kemacetan lalulintas, kritikan dari atasan. Situasi ini bisaanya berlangsung beberapa menit atau jam. Bagi mereka sendiri stresor ini bukan resiko signifikan untuk timbulnya gejala. Namun demikian, stresor ringan yang banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan resiko.

b. Stres sedang

Berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Minsalnya, perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidak hadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan situasi stres sedang.


(26)

c. Stres berat

Stres berat adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti selisih perkawinan terus menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan makin lama situasi stres, maka tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan.

1.1.5. Dampak Stres

Menurut Nasir & Muhith (2011), stres yang di alami individu dapat berdampak terhadap beberapa aspek di antaranya yaitu :

a. Dampak fisiologis, minsalnya: curah jantung meninggkat, sakit kepala, muka pucat, mulut kering, dan berkeringat.

b. Dampak psikologis, minsalnya: Pada remaja korban bencana, kejadian traumatis akan menyebabkan berkurangnya ketertarikan dalam aktifitas sosial dan sekolah, anak menjadi pemberontak, gangguan makan, gangguan tidur, kurang konsentrasi, dan mengalami PTSD dan dalam resiko yang besar terkena penyalahgunaan alkohol ataupun prostitusi.

c. Dampak terhadap kehidupan berorganiasasi baik di keluarga maupun di masyarakt, minsalnya: menurunnya produktivitas, ketidakpuasan kerja, dan sebagainya.


(27)

1.2. Mekanisme Koping 1.2.1. Pengertian

Mekanisme koping atau mekanisme pertahanan diri dapat diartikan sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada apa yang individu lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau membangkitkan emosi. Dengan kata lain, mekanisme koping adalah bagaimana reaksi orang menghadapi stres/tekanan (Siswanto, 2007).

Menurut (Stuart, 2007 dalam Mutoharoh, 2009), mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditunjukan untuk penatalaksanaan stres, termasuk penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk pertahanan diri. Jadi dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping merupakan suatu tindakan atau upaya yang dilakukan individu terhadap tekanan baik fisik maupun psikologis yang berasal dari luar maupun dari dalam untuk mempertahankan diri.

1.2.2. Penggolongan Mekanisme Koping

Berdasarkan penggolongannya mekanisme koping dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.


(28)

2. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar (Mustikasari, 2006).

1.1.3. Jenis-jenis Mekanisme Koping

Menurut (Lazarus dan Flokman, 1984 dalam Nasir & Muhith, 2011), dalam melakukan koping ada dua mekanisme koping yang bisa dilakukan yaitu: 1. Koping yang fokus pada masalah (Problem focused coping mechanisme).

Yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan. Problem focused coping mechanisme ditujukan untuk mengurangi demands dari situasi yang penuh dengan stres atau memperluas sumber untuk mengatasinya. Seseorang cenderung menggunakan metode

Problem focused coping mechanisme apabila mereka percaya bahwa sumber atau demands dari situasi dapat diubah.

Menurut (Stuart, 2005 dalam Yanti, A, 2012), mekanisme koping yang dipakai dalam Problem focused coping mechanisme antara lain sebagai berikut :

a. Confrontative coping: usah untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan resiko.

b. Seeking social support: usaha untuk mendapatkan kenyamanan dan bantuan informasi dari orang lain.


(29)

c. Planful problem solving: usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara hati-hati, bertahap, dan analitis.

2. Koping yang fokus pada emosi (Emotion focused coping mechanisme).

Yaitu usaha untuk mengatasi stres denga cara mengatur respon emosional dalam rangka penyesuaian diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi dan situasi yang dianggap penuh tekanan.

Emotion focused coping mechanisme ditujukan untuk mengontrol respon emosional tehadap situasi stres. seseorang dapat mengatur respon emosionalnya melalui pendekatan dan penilaian kognitif.

Adapun bagian dari mekanisme koping Emotion focused coping mechanisme menurut (Stuart, 2005 dalam Yanti, A, 2012), diantaranya : a. Denial, melakukan bloking atau menolak terhadap kenyataan yang ada

dirasa mengancam integritas individu yang bersangkutan.

b. Rasionalisasi, menggunakan alasan yang diterima oleh akal dan diterima oleh orang lain untuk menutupi ketidakmampuannya. Dengan rasionalisasi kita tidak hanya dapat membenarkan apa yang kita lakukan, tetapi juga sudah selayaknya berbuta demikian secara adil.

c. Kompensasi, menunjukan tingkah laku untuk menutupi ketidakmampuan dengan menonjolkan sifat yang baik, karena frustasi di suatu bidang maka mencari kepuasan di bidang yang lain. Kompensasi muncul karena adanya perasaan kurang mampu.

d. Represi, yaitu dengan melupakan masa-masa yang tidak menyenangkan dari ingatan dan hanya mengingat waktu-waktu yang menyenangkan.


(30)

e. Sublimasi, yaitu mengekspresikan atau menyalurkan perasaan, bakat atau kemampuan dengan sikap yang positif.

f. Identifikasi, yaitu meniru cara berfikir, ide dan tingkah laku orang lain. g. Regresi, yaitu sikap seseorang yang kembali kemasa lalu atau bersikap

seperti anak kecil.

h. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain atas kesulitan sendiri atau melampiaskan kesalahannya kepada orang lain.

i. Konversi, yaitu mentransper raksi psikologi ke gejala fisik.

j. Displacement, yaitu reaksi emosi terhadap seseorang kemudian diarahkan kepada orang lain.

1.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan. Ada enam faktor yang mempengaruhi meliputi (Muhtadin, 2002) :

a. Kesehatan fisik, kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan yang positif, keyakinan menjadi sumber daya psikologi yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib mengarahkan individu pada penilaian ketidak berdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping tipe problem-solving focused coping.

c. Keterampilan memecahkan masalah, keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah


(31)

dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

d. Sosial, keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.

e. Dukungan masyarakat sosial, dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, keluarga, teman dan lingkungan.

f. Materi, dukungan ini meliputi daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang bisa dibeli oleh individu untuk mengatasi masalah dan memecahkan masalah guna memaksimalkan kondisi pasien baik dari segi fisik dan psikologis.

1.2. Tumbuh Kembang Remaja

1.2.3. Pengertian Tumbuh Kembang Remaja

Merupakan masa dimana terjadi transisi masa anak-anak ke dewasa, menurut (Monks, 1999 dalam Sumiati, 2009), usia remaja adalah masa usia antara 12-21 tahun dengan perincian 12- 15 tahun masa remaja awal, 16-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 19-21 tahun masa remaja akhir. Seorang disebut remaja apabila dia telah berkembang kearah kematangan seksual memantapkan identitasnya sebagai individu yang terpisah dari keluarganya,


(32)

persiapan diri menghadapi tugas, menentukan masa depannya, dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum.

1.2.4. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut (Pieter dan Lubis, 2010), ada beberapa ciri-ciri masa remaja : a. Sebagai priode peralihan

Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa yang tertinggal pada tahap sebelumnya akan memberikan dampak pada tahap berikutnya.

b. Periode mencari identitas diri

Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan dirinya dan perannya. Mencari identitas dan mengangkat harga diri akam membuat remaja memakai symbol atau status harga diri. Oleh karena ini remaja sering bereksperimen dalam menjalankan peran sesuai waktu dan situasi untuk mendapatkan rasa bahagia.

c. Usia bermasalah

Dikatakan usia bermasalah karena tindakan-tindakan remaja selalu mengarah kepada keinginan untuk menyendiri, berkurangnya keinginan untuk bekerja, kurangnya koordinasi fungsi-fungsi tubuh, kejemuan, kegelisahan, penentang sosial, kepekaan terhadap perasaan, kurang percaya diri, timbul minat seks, kepekaan terhadap asusila, kekuasaan berhayal. d. Usia menakutkan

Dikatakan usia menakutkan karena adanya stereotip yang berdampak buruk dalam perkembangan remaja, seperti, kurang bertanggung jawab,


(33)

kurang simpatik dan tidak mampu berkerjasama dengan orang tua atau orang dewasa, tidak rapi, tidak dapat dipercayai, dan berperilaku merusak. e. Masa tidak realistik

Remaja melihat kehidupan ini menurut pandangan dan penilaian pribadinya, bukan melihat menurut fakta. Sehingga apabila tidak realistik sesuai pandangannya maka mudah marah, sakit hati, dan frustasi.

f. Merupakan ambang batas dengan masa dewasa

Semakin mendekati usia kematangan, remaja menjadi gelisah meninggalkan sterotip yang di bawa dari tahun-tahun sebelumnya. Sementara untuk melakukan tindakan seperti orang dewasa belum cukup. Oleh karena itu remaja memutuskan perilakunya yang selaran dengan status orang dewasa, seperti dia mulai merokok, minuman keras, narkoba, dan perilaku seks bebas.

g. Perubahan sikap dan perilaku

Faktor perubahan sikap dan perilaku yaitu perubahan nilai-nilai. Apa yang perna terjadi di masa kanak-kanak akan terjadi pula dimasa remaja. Yang membedakan yaitu pola hubungan sosial dan tidak hanya mencari popularitas, namun pada kualitas.

h. Perubahan ambivalen

Dikatakan priode ambivalen karena remaja menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain dia masih takut bertanggung jawab dan ragu-ragu. Semasa ambivalen remaja menjadi frustasi dan mengalami konflik.


(34)

1.2.5. Bahaya Fisik Pada Remaja

Bahaya-bahaya fisik pada remaja biasanya timbul akibat reaksi bahaya-bahaya psikologis. Minsal, kegemukan bukan lagi di anggap sebagai bahaya-bahaya fisik semata, namum sudah mengarah pada hambatan perilaku dan penyesuaian sosial, seperti timbulnya sikap permusuhan terhadap temannya penampilan fisiknya yang gemuk. Dia dianggap bodoh, rakus, dan sebagainya. Adapun bahaya fisik yang sering terjadi pada remaja diantaranya yaitu kematian, bunuh diri, cacat fisik, kecanggungan dan kekakuan (Pieter dan Lubis, 2010).

1.2.6. Bahaya psikologis pada remaja

Menurut (Pieter dan Lubis, 2010), ada beberapa bahaya psikologis pada remaja diantaranya :

a. Kesulitan belajar

Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar remaja adalah kondisi fisiologis, kepribadian, daya intelektual, aktivitas remaja dan sisio-ekonomi. Adapun dampak buruk dari kesulitan belajar adalah Under achieve, ialah berprestasi dibawah potensi, prestasi belajar menurun, kurang teliti, dan sulit berkonsentrasi.

b. Kesulitan bergaul

Sebenarnya, pergaulan ialah media kesuksesan. Akibat buruk kesulitan bergaul yaitu sulit berorientasi pikiran sempit dan tidak objektif, sulit menerima pendapat orang lain, bertingkah laku serba salah dan kaku,


(35)

berprasangka buruk, menarik diri dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

c. Kesulitan hubungan keluarga

Hubungan keluarga yang buruk dapat dilihat dari frekuensi pertengkaran sesama keluarga, mengkritik, dan komentar yang merendahkan. Hubungan keluarga yang buruk dapat berkembang keluar rumah, seperti maladaptasi. d. Kesulitan dalam perilaku sosial

Ciri-ciri ketidakmampuan remaja membina hubungan sosial yaitu suka membuat diskriminasi, membuat nilai standar tertentu dalam kelompok, senang mencari perhatian, suka menggunakan pakaian mencolok, menggunakan kata-kata yang tidak lazim, sombong, agresif, dan anti sosial.

e. Perilaku seksual

Faktor-faktor penyebab ketidakmampuan remaja dalam membina hubungan dan perilaku seksual yaitu merasa kurang, menarik di hadapan lawan jenis, merasa tidak senang dengan lawan jenis, terputusnya hubungan sosial, menolak peran seksual yang telah diakui masyarakat, dan senang membahas masalah-masalah seksual.

f. Perilaku moral

Remaja meletakkan standar perilaku yang kurang realistik bagi diri sendiri akan merasa bersalah apabila mereka tidak mampu mencapai standar yang telah ditetapkan. Hal ini dapat menyebabkan terputusnya hubungan emosional dengan anggota keluarga dan teman sebaya.


(36)

1.2.7. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja

Pieter dan Lubis (2010), mengemukankan ada beberapa tugas perkembangan remaja yang harus dicapai remaja diantaranya :

a. Menerima keadaan jasmani dan memanfaatkannya

b. Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya antara dua jenis kelamin.

c. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua. d. Mendapatkan perangkat nilai hidup dan falsafah hidup. e. Memiliki citra-diri yang realistis.

f. Meminta, menerima dan mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.

1.3. Defenisi Gempa

1.3.3. Pengertian Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau pergeseran tiba-tiba yang terjadi dibawah permukaan bumi. Gempa bumi biasanya disebapkan pergeseran kerak bumi atau lempeng bumi. Bumi walaupun pada selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

Gempa bumi atau dalam bahasa inggrisnya earthquakes merupakan bencana alam terbesar bagi umat manusia, di samaping bencana alam lainnya seperti letusan gunung merapi dan banjir. Berbeda sekali dengan bencana lainnya sperti letusam gunung merapi selalu di dahului dengan tanda-tanda dan gejala-gejala yang muncul sebelum kejadian. Gempa bumi selalu datang


(37)

mendadak secara mengejutkan, sehingga menimbulkan kepanikan umum yang luar biasa, sifat mendadak tersebut yang mengakibatkan tidak seorangpun sempat mempersiapkan diri (Don & Florence, 2006 dalam Baroroh, A, 2008).

1.3.4. Dampak Gempa Secara Fisik

Akibat langsung yang dapat terjadi setelah gempa bumi adalah kerusakan pada bangunan. Kerusakan itu bisa berupa kerusakan bangunan berupa rumah, gedung-gedung perkantoran, jalan raya, rel kereta api dan lain sebagainya. Seringkali kerusakan ini disertai dengan timbulnya korban akibat terperangkap di dalamya (Don & Florence, 2006 dalam Baroroh, A, 2008).

1.3.5. Dampak Gempa Terhadap Trauma Psikologis

Dampak trauma mental yang dialami lebih besar dibandingkan dengan dampak secara fisik, tidak saja kehilangan harta benda, tetapi juga kehilangan pendidikan, teman, saudara, kehilangan keceriaan, kehilangan lingkungan dan komunitasnya, dan yang paling mencemaskan adalah kehilangan masa depan. Ada beberapa dampak yang diakibatkan oleh bencana gempa terhadap psikologis diantaranya yaitu dapat mengakibatkan trauma, rasa takut dan kecemasan, terjadinya gangguan fisik dan psikis, serta gangguan kepribadian pada korban (Aso, 2008 dalam Baroroh, A, 2008).


(38)

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini menggunakan kerangka penelitian berdasarkan proses sistem yaitu: masukan (input), proses, keluaran (output) yang menggambarkan stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

Bencana gempa merupakan suatu stresor yang dialami remaja, dimana stres tersebut dapat meliputi stres ringan, sedang, dan berat. Sementara untuk menyelesaikan masalah yang disebabkan stresor tersebut menggunakan mekanisme koping yang fokus pada masalah dan fokus pada emosi.

Skema 3.1. Kerangka Penelitian

a. Ringan b. Sedang c. Berat

Mekanisme koping yang fokus pada masalah Mekanisme Koping Remaja

 

Stres Remaja

Mekanisme koping yang fokus pada emosi


(39)

3.2. Definisi Konseptual

Stres adalah reaksi dari tubuh (respon) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batas kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan tersebut sehingga mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Patel, 1996 dalam Nasir & Muhith, 2011).

Mekanisme koping atau mekanisme pertahanan diri dapat diartikan sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada apa yang individu lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang menghadapi stres/tekanan (Siswanto, 2007).


(40)

3.3. Definisi Operasional

Untuk lebih mudah memahami pengertian dari variabel-variabel yang akan diteliti, maka dapat diperhatikan pada tabel definisi operasional berikut ini:

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Stres remaja pasca gempa

Suatu keadaan yang memberikan tekanan pada seseorang baik secara fisik maupun psikologis sehingga seseorang diharuskan untuk berespon atau melakukan tindakan.

Kuesioner dalam bentuk skala likert.

Stres : - Ringan

(15-30) - Sedang (31-45) - Berat (46-60) Interval Mekanisme Koping remaja pasca gempa

Suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mengatasi masalah atau tekanan baik dari luar maupun dari

dalam diri seseorang. Kuesioner dalam bentuk skala likert. Mekanisme koping : - Fokus pada

masalah (12- 30). - Fokus pada

emosi (31-48).

Interval


(41)

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

4.2. Populasi Dan Sempel Penelitian

4.2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja desa Cang Duri korban gempa yang berusia 12-21 tahun (Monks, 1999 dalam Sumiati, dkk, 2009), yang berjumlah 114 orang pada tahun 2014.

4.2.2. Sampel

Dalam menentukan sampel penulis menggunakan teknik pengambilan sampel Purposive sampling dimana sampel yang diambil atau dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri berdasarkan ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya Nursalam (2013).

Untuk menentukan besar sampel penulis menggunakan rumus Slovin dalam Nursalam (2013), sebagai berikut :

n = N 1+N(d)2 Keterangan :

n = besar sampel


(42)

d = tingkat kepercayaan yang di inginkan (10%=0,1) n = N

1+ N ( n = 114 1+ 114 n = 114

2,14 = 53,27

= 53,27 dibulatkan menjadi 53 orang

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Remaja desa Cang Duri korban gempa yang berusia 12-21 tahun dan belum menikah.

2. Remaja yang bersedia menjadi responden. 3. Remaja yang dapat membaca.

4. Remaja yang dapat berkomunikasi dengan baik.

4.3. Lokasi Dan Waktu penelitian

Penelitian ini di lakukan pada tanggal 12 Desember sampai 14 Desember 2014 di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah yang merupakan salah satu desa yang terkena dampak gempa paling parah di Aceh Tengah tanggal 2 juli 2013.

4.4. Pertimbangan Etik

Terlebih dahulu peneliti mendapantkan izin dari Fakultas Keperawatan dan dari komite etik keperawatan untuk melakukan penelitian. Setelah


(43)

mendapatkan izin peneliti mengajukan surat ke kepala desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti menemui responden dengan cara memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Jika reponden bersedia, maka terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Responden berhak menolak atau pun mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa andanya tekanan. Peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti menggunakan inisial nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) dan menggunakan nomor urut pada kuesioner yang diisi oleh peneliti. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini di buat dalam bentuk kuesioner. Pada bagian pertama instrument penelitian berisi data demografi yang meliputi nomor responden, inisial, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan suku.

Bagian kedua instrumen berisi pernyataan untuk mengidentifikasi stres pada remaja pasca gempa. Kuesioner ini dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri dari 15 pernyataan berdasarkan indikator fisiologis dan psikologis, dimana pernyataan terdiri atas pernyataan positif dan


(44)

pernyataan negatif. Pernyataan positif terdiri dari nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11, 12, 14, 15. Sedangkan penyataan negatif terdiri dari nomor 4, 13. Pernyataan ini disajikan dalam bentuk skala likert dengan empat pilihan alternatif. Jawaban terdiri dari tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan sangat sering. Bobot nilai yang diberikan untuk pernyataan positif, tidak pernah (TP) = 1, kadang-kadang (KK)= 2, sering (S)= 3, sangat sering (SS)= 4. Sedangkan bobot nilai untuk pernyataan negatif, tidak pernah (TP) = 4, kadang-kadang (KK)= 3, sering (S)= 2, sangat sering (SS)= 1. Dengan total skor tertinggi 60 dan skor terendah 15. Untuk menentukan tingkat stres digunakan rumus panjang kelas menurut Sudjana (2002), yaitu:

Panjang kelas = Rentang kelas Banyak kelas

Maka dapat dikatagorikan tingkat stres sebagai berikut : Stres tingkat ringan : Bernilai antara 15-30 Stres tingkat sedang : Bernilai antara 31-45 Stres tingkat berat : Bernilai antara 46-60

Bagian ketiga dari bagian berisi tentang pernyataan yang bertujuan mengidentifikasi mekanisme koping remaja pasca gempa. Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang terdiri dari 12 pernyataan yang berorientasi pada mekanisme koping fokus pada masalah dan mekanisme koping fokus pada emosi, dimana pernyataan terdiri atas pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif terdiri dari nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, dan penyataan negatif terdiri dari nomor 6, 9. Pernyataan ini disajikan dalam bentuk skala likert dengan empat pilihan


(45)

alternatif. Jawaban terdiri dari tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan sangat sering. Bobot nilai yang diberikan untuk pernyataan positif, tidak pernah (TP) = 1, kadang-kadang (KK)= 2, sering (S)= 3, sangat sering (SS)= 4. Sedangkan bobot nilai untuk pernyataan negatif, tidak pernah (TP) = 4, kadang-kadang (KK)= 3, sering (S)= 2, sangat sering (SS)= 1. Dengan total skor tertinggi 48 dan skor terendah 12. Untuk menentukannya digunakan rumus panjang kelas menurut Sudjana (2002).

Maka mekanisme koping dapat dikatagorikan sebagai berikut : Mekanisme koping fokus pada masalah : 12-30 Mekanisme koping fokus pada emosi : 31-48

4.6. Validitas Dan Reliabialitas

4.6.1. Validitas

Validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi dan sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikounto, 2010). Uji validitas instrumen penelitian di uji oleh ibu Wardiah Daulay, S.Kep. NS, M.Kep dosen jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara berupa validitas isi untuk memperbaiki kata-kata instrument agar lebih singkat dan mengubah pernyataan instrument menjadi lebih mudah dimengerti.

4.6.2. Reliabialitas

Uji reliabialitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Alat


(46)

ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada sekelompok sampel, dan dikatakan reliable jika reliabilitasnya 0,70 (Arikounto, 2010). Uji reliabialitas instrumen ini dilakukan pada tanggal 14 November sampai 16 November yang dilakukan di desa Simpang Juli kecamatan ketol kabupaten Aceh Tengah yang juga merupakan wilayah yang terkena dampak gempa 2 juli 2013. Sempel pada uji relib berjumlah 15 orang yang kriterianya sesuai dengan sempel penelitian. Hasil uji reliabilitas kuesioner stress yaitu 0,882 dan kuesioner mekanisme koping yaitu 0,761. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner stres dan mekanisme koping sudah reliabel yang dihitung menggunakan program SPSS dengan analisis Crombach Alpha.

4.7. Proses Pengumpulan Data

Tahap awal dalam pengumpulan data penelitian dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mendapatkan izin dari komite etik keperawatan dan dari institusi Fakultas Keperawatan Univesitas Sumatera Utara. Kemudian permohonan izin penelitian yang diperoleh diajukan ke kepala desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah untuk mendapatkan izin penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti menemui calon responden yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden. Setelah calon responden menyetujui menjadi responden maka peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) yang telah disediakan, kemudian peneliti menjelaskan tatacara pengisian kuesioner.


(47)

Setelah kuesioner selesai di isi, peneliti memeriksa semua kelengkapan kuesioner terlebih dahulu sebelum dikumpulkan. Setelah semua selesai, kemudian peneliti mengadakan terminasi dengan mengucapkan terima kasih secara lisan kepada responden atas kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.

Setelah data semua terkumpul dan penelitian sudah selesai dilakukan, peneliti melaporkan kembali ke kepala desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah untuk mendapatkan surat keterangan selasai melakukan penelitian.

4.8. Metode Pengolahan Data

Setelah data di dapatkan maka peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut (Notoadmojdo, 2010) :

1. Editing adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kembali kesalahan atau kekurangan dalam pengisian atau pengambilan identitas responden, mengecek kelengkapan data. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan dilakukan pengecekan identitas responden, mengecek kelengkapan data dengan memeriksa isi instrumen pengumpul data dari setiap variabel dan subvariabel sehingga terisi semuanya.

2. Coding adalah memberi kode tertentu secara berurutan dalam kategori yang sama pada masing masing lembaran yang diberikan pada responden sehingga memiliki arti tertentu ketika di analisis.


(48)

3. Transferring adalah data yang diberi kode disusun secara berurutan mulai dari responden pertama hingga responden yang terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel.

4. Tabulating adalah bagian terakhir dari pengolahan data dengan mengelompokkan jawaban yang serupa dengan teliti dan teratur kemudian dihitung berapa banyak item yang termasuk dalam kategori yang sama.

4.9. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan identitas, data responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi. Kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti melakukan analisa data. Kemudian data dimasukan kedalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputer untuk uji statistik deskriptif, data demografi, stres, dan mekanisme koping yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(49)

5.1. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 Desember sampai dengan 14 Desember 2014 di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah dengan jumlah responden 53 orang dengan kriteria sampel yang telah di tetapkan dengan menggunakan alat ukur berbentuk kuesioner dalam bentuk skala likert, dan aspek yang diteliti adalah stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa. Penyajian hasil penelitian meliputi karateristik responden, stres, dan mekanisme kipong remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah. Maka diperoleh hasil sebagai berikut:

5.1.1. Karakteristik responden

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang karakteristik responden yang terdiri dari usia, agama, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan suku. Didapatkan hasil sebagai berikut:


(50)

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi karakteristik responden (n=53)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) Usia

Remaja awal 12-15

Remaja pertengahan 16-18 Remaja akhir 19-21

13 11 29 24,5 20,8 54,7 Agama

Islam 53 100,0

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki 16 37 30,2 68,9 Pendidikan terakhir SD SMP SMA 9 16 28 17,0 30,2 82,8 Suku Gayo Jawa Aceh 53 0 0 100,0 0 0

Berdasarkan hasil penelitian dari 53 responden menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia remaja akhir 19-21 tahun yaitu 29 orang (54,7%), dan semua responden beragama islam yaitu 53 orang (100%), sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 37 orang (68,9%), dan sebagian besar tingkat pendidikan terakhir responden adalah SMA yaitu 28 orang (82,8%), serta semua responden bersuku Gayo yaitu 53 orang (100%).


(51)

5.1.2. Distribusi frekuensi stres remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang stres remaja pasca gempa di dessa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi stres remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah (n=53)

Dapat dilihat dari tabel 5.2, hasil penelitian diperoleh bahwa stres remaja pasca gempa di desa Cang Duri sebagian besar responden berada pada katagori stres ringan yaitu 33 orang (62,3%), dan stres sedang 20 orang (37,7%), dan tidak di temukan remaja yang mengalami stres dengan katagori berat atau (0%).

5.1.3. Distribusi frekuensi mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah didapatkan hasil sebagai berikut:

Stres Frekuensi (f) Persentase (%)

Ringan 33 62.3

Sedang 20 37.7

Berat 0 0


(52)

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah (n=53)

Dapat dilihat dari tabel 5.3, hasil penelitian diperoleh bahwa mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah sebagian besar menggunakan mekanisme koping yang fokus pada emosi dengan frekuensi 30 orang (56,6%), dan mekanisme koping yang fokus pada masalah yaitu 23 orang (43,4%).

Mekanisme Koping Frekuensi (f) Persentase (%)

Fokus Pada Emosi 30 56.6 Fokus Pada Masalah 23 43.4


(53)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Stres pada remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar remaja pasca gempa di desa Cang Duri mengalami stres dengan katagori ringan yaitu 33 orang (62,3%) dan selebihnya stres yang dialami remaja desa Cang Duri berada pada katagori sedang yaitu 20 orang (37,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat (Nasir & Muhith, 2011), mengatakan bahwa lingkungan yang berhubungan dengan individu dapat menjadi stresor atau pemicu terjadinya stres seperti gempa bumi, topan, badai, kondisi cuaca, dan lain-lain, meskipun tidak dikemukakan katagori atau tingkatan stres yang dapat di alami.

Sebagian besar remaja desa Cang Duri mengalami stres dengan katagori ringan 33 orang (62,3%), hai ini di mungkinkan karena penelitian yang dilakukan terhadap remaja desa Cang Duri setelah setahun kejadian gempa, sehingga remaja desa Cang Duri sudah mulai beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang terjadi akibat gempa, sehingga stres yang dialami remaja berada pada katagori ringan. Hal ini didukung oleh pendapat (Tedeschi dalam Sulistyaningsih, W, 2009), menyatakan bahwa semakin lama seseorang beradaptasi terhadap stres dapat mendorong peningkatan pertumbuhan pribadi atau perbaikan diri, sehingga stres justru mendorong seseorang untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru, memperoleh kekuatan-kekuatan baru. Dengan kata lain, proses adaptasi yang diawali dengan stres ternyata membuka kemungkinan untuk terjadinya perubahan pribadi menuju pada suatu yang lebih baik.


(54)

Stres remaja yang sebagian besar berada pada katagori ringan juga dapat dikaitkan dengan usia dan tingkat pendidikan responden, dimana dalam penelitian ini sebagian besar remaja desa Cang Duri berada pada uisa remaja akhir (19-21) yaitu 29 orang (54,7%), dimana remaja akhir sudah mendekati kematangan menuju dewasa awal dimana semakin dewasa seseorang maka semakin matang pula cara berpikir dalam menghadapi masalah. Begitu pula dengan tingkat pendidikan dimana dalam penelitian ini sebagian besar tingkat pendidikan terakhir remaja desa Cang Duri berada pada tingkat SMA yaitu 28 orang (82,8%), dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin semakin banyak informasi yang didapat sehingga mudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan pendapat (Siswanto, 2007), yang menyatakan bahwa usia dan tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi stres atau tidaknya seseorang. Dimana usia berhubungan dengan tolenransi terhadap stres dan jenis stresor yang paling mengganggu. Semakin dewasa seseorang biasanya lebih mampu mengontrol stres dibanding dengan usia anak-anak dan usia lanjut. Dengan kata lain, semakin dewasa seseorang biasanya mempunyai toleransi terhadap stresor yang lebih baik. Begitu pula dengan tingkat pendidikan, tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi seseorang mudah terkena stres atau tidak. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, toleransi dan pengontrolan terhadap stresor biasanya akan lebih baik.

Penelitian yang dilakukan pada remaja desa Cang Duri juga di jumpai stres pada remaja dengan katagori stres sedang yaitu 20 orang (37,7%), hal ini di mungkinkan karena jenis kelamin responden dalam penelitian ini sebagian besar


(55)

adalah laki-laki yaitu 37 orang (68,9%), dimana laki-laki biasanya lebih tahan terhadapat stres dalam menghadapi masalah yang terjadi. Hal ini didukung hasil penelitian (Mila, Herwina, 2006 dalam Fitri, Dkk, 2012), yang menyatakan bahwa remaja perempuan lebih rentan tahan terhadap stres dibandingkan dengan remaja laki-laki, karena laki-laki lebih kuat terhadap stres dalam menghadapi masalah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak dijumpai remaja yang mengalami stres dengan katagori stres berat. Hal ini di mungkinkan kaerena pengalaman remaja desa Cang Duri tentang gempa yang sering terjadi sebelumnya. dimana letak desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu wilayah Aceh yang sering mengalami gempa (BNPB, 2013). Sehingga gempa yang terjadi pada tanggal 2 juli 2013 bukan lagi menjadi hal yang baru bagi remaja desa Cang Duri alami, sehingga masalah yang timbul akibat gempa yang terjadi remaja desa Cang Duri sudah memiliki sedikit pengalaman dalam menghadapi masalah gempa yang terjadi saat ini sehingga stres yang di alami remaja hanya berada pada katagori ringan dan sedang. Hal ini sesuia dengan penelitian (Asnayanti, 2013), yang menyatakan bahwa suatu keadaan yang berulangkali dialami akan memberikan pelajaran untuk menghadapi masalah yang sama di masa yang akan datang. Hal ini juga di dukung oleh pendapat (Notoatmojdo, 2010), yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan suatu sumber ilmu sehingga pengalaman dapat memeberikan pelajaran untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah. Sehingga remaja desa Cang Duri belajar dari pengalaman gempa yang terjadi sebelumnya dalam menghadapi masalah


(56)

yang dialami saat ini sehingga remaja desa Cang Duri tidak ada yang mengalami stres dengan katagori berat.

5.2.2. Mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar remaja desa Cang Duri menggunakan mekanisme koping yang fokus pada emosi yaitu 30 orang (56,6%), dalam hal ini remaja lebih menggunakan mekanisme koping yang fokus pada emosi dikarenakan remaja lebih mengutamakan emosinya dalam menghadapi masalah untuk meringankan beban yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Sari, P, 2013), yang menyatakan bahwa remaja lebih banyak menggunakan mekanisme koping yang fokus pada emosi dari pada mekanisme koping yang fokus pada masalah yaitu dari 168 remaja didapatkan 90 remaja atau (53,89%) remaja menggunakan mekanisme koping fokus pada emosi.

Remaja yang menggunakan mekanisme koping yang fokus pada emosi dapat dikaitkan dengan karakteristik remaja yang seluruhnya beragama Islam atau 53 orang (100%), hal ini sesuai dengan pendapat (Broom dan Selznick, 1981 dalam Sari, P, 2013) yang menyatakan bahwa agama berperan penting dalam memberikan dorongan psikologis dan membantu individu yang mengalami kesulitan serta memberikan jawaban mengenai berbagai masalah. Pada umumnya, para pemeluk agama Islam telah diajarkan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan seperti sholat, puasa, membaca Al-Quran, berdoa ketika menghadapi masalah. Terlihat pada jawaban kuesioner dimana remaja menganggap bencana gempa


(57)

yang terjadi merupakan ujian dari Tuhan yaitu (47,2%) menjawab sangat sering dan remaja merasa tenang dengan berzikir dan berdoa’ dalam menghadapi masalah yaitu (47,2%) menjawab sering. Hal ini juga di jelaskan didalam Al-Qur’an (Surat Al-Baqarah: ayat 153) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan pada Allah dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. Adapun maksud ayat tersebut, bahwa semua orang-orang yang beriman yang sedang menghadapi kesulitan maka mintalah pertolongan kepada Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Sebagian besar remaja yang menggunakan mekanisme koping yang fokus pada emosi dapat juga dikaitkan dengan usia responden, dimana responden penelitian ini adalah usia remaja. Usia remaja merupakn usia yang mengalami banyak perubahan, masa transisi ke usia dewasa, dimana pada masa usia remaja sebagian besar cenderung mengedepankan keadaan emosinya. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana remaja lebih memilih bermain dengan teman-temannya untuk melupakan masalah yang dialami yaitu (41,5%) menjawab sering. Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa remaja lebih memilih mencari ketenangan emosi dalam menghadapi masalah yang terjadi agar masalah yang di alami tidak menjadi beban yang berat untuk diselesaikan. Karena mekanisme koping yang fokus pada emosi merupakan suatu usaha untuk mengatur emosi seseorang dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.

Penelitian ini dijumpai juga remaja yang menggunakan mekanisme koping yang fokus pada masalah yaitu 23 orang (43,4%). Mekanisme koping yang fokus


(58)

pada masalah merupakan mekanisme koping yang mengacu pada pemecahan masalah yang dihadapi, dalam penelitian ini sebagian remaja yang mengunakan mekanisme koping yang fokus pada masalah dengan cara remaja mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang di hadapi yaitu (39,6%) menjawab sering dan remaja memilih curhat dengan keluarga atau teman untuk mendapatkan solusi tentang masalah yang dihadapi yaitu (34%) menjawab sering. Hal ini didukung oleh pendapat (Widyarini, 2006 dalam Yundahari, 2007), menyatakan bahwa berbagi cerita dengan orang lain mengenai diri atau persoalan yang dihadapi dapat memberikan kondisi psikologis yang meringankan juga menemukan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi, membuat stres berkurang, kecemasan berkurang, serta berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik dan emosi.


(59)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 Desember sampai dengan 14 Desember 2014 tentang stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri kecamtan Ketol kabupaten Aceh tengah, dapat disimpulkan bahwa stres yang di alami remaja pasca gempa di desa Cang Duri sebagian besar berada pada katagori stres ringan dengan frekuensi yaitu 33 orang (62,3%), stres sedang 20 orang (37,7%), dan tidak ada remaja desa Cang Duri yang mengalami stres berat, dimana hal ini dapat di pengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin responden. Sedangkan mekanisme koping yang digunakan remaja pasca gempa di desa Cang Duri sebagian besar adalah mekanisme koping yang fokus pada emosi dengan frekuensi yaitu 30 orang (56,6%), dan mekanisme koping yang fokus pada masalah yaitu 23 orang (43,4%), dimana hal ini dapat pengaruhi oleh agama, jenis kelamin, dan usia responden yang masih remaja sehingga remaja lebih mengutamakan keadaan emosinya.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi pelayanan kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan khususnya di daerah yang mengalami bencana agar memberikan pelayanan kesehatan yang optimal tidak hanya memberikan pengobatan tetapi juga harus memperhatikan keadaan psikologis korban bencana,


(60)

karena masyarakat yang terkena bencana tidak hanya memerlukan pengobatan yang bersifat fisik tapi juga memerlukan penanganan psikologis yang serius agar tidak memberikan dampak yang negatif bagi masyarakat yang mengalami bencana seperti stress, depresi, trauma dan masalah psikoligis lainnya.

6.2.2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat tentang stres dan mekanisme koping remaja pasca gempa diharapkan agar dapat mengembangkan penelitian yang lebih mendalam atau penelitian yang bersifat analitik.


(61)

Asnayanti, dkk. (2013). EJournal keperawatan (e-Kp).Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kejadian Stres Pasca Bencana Alam Pada Masyarakat Kelurahan Tubo Kota Ternate. volume 1 Nomor 1. Program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Di akses pada tnggal 5 April 2014.

Al-Qur’an (Surat Al-Baqarah: ayat 153).

Baroroh, A. (2008). Sekripsi: Dampak Gempa Tektonik Bagi Kehidupan Masyarakat Kepuh Wetan Wirokerten Banguntapan Bantul. Universitas Islam Negeri Sunan KaliJaga Yogyakarta.

BNPB. ( 2011). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Standardisasi Data Kebencanaan. http//www.bnpb.go.id/uploads/pubs/28.pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk&cl ient=firefox-a. pdf. Diakses pada tanggal 5 April 2014.

BNPB. (2013). Peta Kejadian Bencana Di Indonesia 2013. http://www. http://geospasial.bnpb.go.id/2013/08/02/peta-kejadian-bencana-2013. Di akses pada tanggal 23 Mei 2013.

BNPB. (2013). Gempa Aceh. http://www.indonesia.go.id/in/lpnk/2467-berita/12988-bnpb-gempa-aceh-renggut-35-korban-jiwa. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014.

Firti, D. (2012). Jurnal: Perbedaan Kejadian Stress Antara Remaja Putra Dan Putri Dengan Obesitas Di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten. Jurnal Kedokteran Muhamadiyah, Volume 1, Noomor 1. http://www. jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/articel/view. Diakses pada tanggal 15 Januari 2015.

Hartini, N. (2010). Jurnal: Masyarakat Dan Kebudayaan Politik: Bencana Tsunami Dan Stres Pasca Trauma Pada Anak. Fakultak Psikologi Universitas Airlangga. Di akses pada tanggal 5 April 2014.

Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamentals Of Nursing: Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi 7. Jakarta: ECG.

Looker & Gregson. (2005). Managing Stress. Cetakan I. London: Teach Yourself Book.


(62)

Mustikasari. (2006). Mekanisme Koping. Penprofil (Pendidikan, Profesi dan Ilmiah) Bem Km Fkep UNAND. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Muhtadin, Z. (2002). Strategi Koping. http//www. Binus career. Com/Article.aspx e-psikologi.Com/remaja.050702.htm. Diakses pad tanggal 5 April 2014. Munawarah & Retnowati. (2009). Hardiness, Harga Diri, Dukungan Sosialdan

Depresi Pada Remaja Penyitas Bencana Di Yokyakarta. htt:p//www. .journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/firefox-a. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014.

Mutoharoh, I. (2009). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Mekanisme Koping Klien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Trapi Hemodialisis DI Rumah Sakit Umum Pusat (rsup) Fatmawati.

http//www.Faktorfaktor+Yang+Berhubungan+Dengan+Mekanisme+Ko ping+Klien+Gagal+Ginjal+DI+Rumah+Sakit+Umum+Pusat+%28rsup %29+Fatmawati.&ie=utf-8&oe=utf. Diakses pada tanggal 18 Mei 2014. Nasir, A & Muhhith, A. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta:

Selemba Medika.

Notoatmojdo,S. (2010). Metodelogi penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Pieter, H,Z & Lubis, N,L. (2010). Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Potter, P,A & Perry, A,G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Cetakan I. Jakarta: ECG.

Saut, P. (2012) 363 Gempa Bumi Guncangkan Indonesia Selama 2012. http//www. news.detik.com/read/2012/12/20. Di akses pada tanggal 23 Mei 2014.

Sari, P. (2013). Coping Stress Pada Remaja Korban Bullying Di Sekolah ”x”. http//www/ ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/view/89. Di akses pada tanggal 13 februari 2015.

Siswanto. (2007). Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan Dan Perkembangan. Edisi I. Yokyakarta: CV ANDI.


(63)

Sulistyaningsih, W. (2009). Mengatasi Trauma Psikologis, Upaya Memulihkan Trauma Akibat Konflik Dan Kekerasan. Cetakan I. Yokyakarta: Paradigma Indonesia.

Sumiati, dkk. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja Dan Konseling. Cetakan I. Jakarta: Trans Info Media.

Yundahari, D. (2007). Skripsi: Mekanisme Koping Wanita Menoupos Didesa Pasar Miring Kecamatan Paga Marbau. Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.


(64)

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang betanda tangan dibawah ini: Nama : Setia Budi NIM : 131121082

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan akan mengadakan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan. Adapun penelitian ini berjudul “Stres Dan Mekanisme Koping Remaja Pasca Gempa Di Desa Cang Duri Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014”.

Untuk itu saya memohon kesediaan saudara/i untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden dengan menjawab setiap pernyataan yang telah dipersiapkan peneliti. Bila saudara bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, mohon menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi saudara dan kerahasiaan informasi yang anda berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian.

Kesediaan dan kerjasama saudara sangat saya harapkan. Atas perhatian saudara saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 2014. Peneliti

Setia Budi Nim : 131121082


(65)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia menjadi responden untuk ikut serta berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Nama : Setia Budi Nim : 131121082

Judul : Stres Dan Mekanisme Koping Remaja Pasca Gempa Di Desa Cang Duri Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014.

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian serta dapat mendukung perkembangan dan kemajuan ilmu keperawatan di Indonesia.

Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2014.


(66)

A. Data Demografi

Baca dan berilah tanda check (  ) pada kolom yang sesuai dengan anda : No. Responden : ( di isi oleh peneliti )

Inisial Responden : ……….. Umur : …………..Tahun

Agama : ……… Jenis Kelamin : Perempuan

Laki-laki Pendidikan terakhir : SD

SMP SMA

Suku : GAYO ACEH

JAWA Lain-lain : ……….

B. Kuesioner

Bacalah dengan seksama dan berilah tanda check (  ) pada setiap jawaban yang menurut anda benar serta pernyataan tersebut dijawab dengan sejujur-jujurnya. Data ini akan dirahasiakan dan hanya dibaca oleh peneliti.

Kode : - TP : Tidak Pernah - KK : Kadang-Kadang - S : Sering


(67)

STRES DAN MEKANISME KOPING REMAJA PASCA GEMPA DI DESA CANG DURI KECAMATAN KETOL KABUPATEN ACEH TENGAH 1. Stres Remaja Korban Gempa

No Pernyataan TP KK S SS

1. Punggung dan leher sering terasa tegang bila memikirkan masalah yang terjadi akibat gempa. 2. Sulit tidur nyenyak dan sering terbangun di

malam hari.

3. Belakangan ini saya sering merasa pusing.

4. Saya tidak memikirkan masalah yang terjadi akibat gempa.

5. Merasa jantung berdebar-debar menghadapi masalah yang terjadi akibat gempa.

6. Saya merasa lelah menghadapi masalah yang saya hadapi akibat gempa.

7. Saya merasa tidak aman berada di lingkungan saya saat ini.

8. Saya merasa tidak mampu mengatasi masalah yang saya hadapi akibat gempa.

9. Belakangan ini saya mudah marah dan tersinggung oleh hal-hal sepele.

10. Saya merasa putus asa setelah kejadian gempa yang saya alami.

11. Saya merasa sangat kecewa akibat gempa yang tejadi.

12. Saya lebih suka sendiri dan tidak memperdulikan orang lain.


(68)

2. Mekanisme Koping Remaja

adalah masalah yang mudah diselesaikan.

14. Saya merasa tidak berharga dibandingkan dengan keadaan orang lain.

15. Saya merasa tidak mempunyai motivasi lagi dalam hidup.

No Pernyataan TP KK S SS

1. Saya mencari orang yang dapat menbantu memecahkan masalah saya.

2. Dalam menghadapi masalah saya sering meninggalkannya begitu saja.

3. Untuk memecahkan masalah saya sering curhat dengan keluarga.

4. Saya lebih berhati-hati dan berpikir matang menghadapi masalah yang saya hadapi setelah gempa.

5. Saya akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang saya hadapi. 6. Saya menganggap tidak terjadi apa-apa setelah

kejadian gempa.

7. Saya marah dengan keadaan yang saya alami setelah bencana gempa.

8. Saya berpkir bencana gempa yang terjadi merupakan ujian dari Tuhan.

9. Saya sering meninggalkan sholat karna harus menyelesaikan masalah yang saya alami.


(69)

10. Saya lebih suka bermain dengan teman-teman untuk melupakan masalah.

11. Saya merasa tenang dengan berzikir dan ber doa’ dalam menghadapi masalah.

12. Saya sering meluapkan kekesalan pada orang lain dan apa yang ada di sekitar saya.


(70)

(71)

(72)

(73)

RELIABILITY

/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE

/SUMMARY=TOTAL.

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 15 100.0

Excludeda 0 .0

Total 15 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.882 15

                 


(74)

b. Variabel mekanisme koping RELIABILITY

/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 15 100.0

Excludeda 0 .0

Total 15 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(75)

desa Cang Duri.

No Pernyataan Persentase (%)

TP KK S SS

1. Punggung dan leher sering terasa tegang bila memikirkan masalah yang terjadi akibat gempa.

(35.8%) (47.2%) (17.0%) (0%)

2. Sulit tidur nyenyak dan sering terbangun di malam hari.

(30.2%) (43.4%) (26.4%) (0%)

3. Belakangan ini saya sering merasa pusing.

(50.9%) (28.3%) (11.3%) (9.4%)

4. Saya tidak memikirkan masalah yang terjadi akibat gempa.

(22.6%) (35.8%) (30.2%) (11.3%)

5. Merasa jantung berdebar-debar menghadapi masalah yang terjadi akibat gempa.

(20.8%) (32.1%) (34.0%) (13.2%)

6. Saya merasa lelah menghadapi masalah yang saya hadapi akibat gempa.

(45.3%) (28.3%) (24.5%) (1.9%)

7. Saya merasa tidak aman berada di lingkungan saya saat ini.

(32.1%) 47.2%) (11. 3%) (9.4%)

8. Saya merasa tidak mampu mengatasi masalah yang saya hadapi akibat gempa.

(50.9%) (43.4%) (5.7%) (0%)

9. Belakangan ini saya mudah marah dan tersinggung oleh hal-hal sepele.

(28.3%) (43.4%) (24.5%) (3.8%)

10. Saya merasa putus asa setelah kejadian gempa yang saya alami.


(76)

2. Ditribusi persentase jawaban pernyataan mekanisme koping remaja pasca gempa di desa Cang Duri.

11. Saya merasa sangat kecewa akibat gempa yang tejadi.

(64.2%) (22.6%) (13.2%) (0%)

12. Saya lebih suka sendiri dan tidak memperdulikan orang lain.

(49.1%) 43.4%) (5.7%) (1.9%)

13. Merasa masalah yang timbul akibat gempa adalah masalah yang mudah diselesaikan.

(67.9%) (11.3%) (18.9%) (1.9%)

14. Saya merasa tidak berharga

dibandingkan dengan keadaan orang lain.

(67.9%) (26.4%) (5.7%) (0%)

15. Saya merasa tidak mempunyai motivasi lagi dalam hidup.

(66.0%) (28.3%) (5.7%) (0%)

No Pernyataan Persentase (%)

TP KK S SS 1. Saya mencari orang yang

dapat menbantu memecahkan masalah saya.

(13.2%) (52,8%) (22,6%) (11,3%)

2. Dalam menghadapi masalah saya sering meninggalkannya begitu saja.

(34%) (54,7%) (11,3%) (0%)

3. Untuk memecahkan masalah saya sering curhat dengan keluarga.

(11.3%) (32,1%) (34%) (24.5%)

4. Saya lebih berhati-hati dan berpikir matang menghadapi masalah yang saya hadapi setelah gempa.


(77)

 

5. Saya akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang saya hadapi.

(15,1%) (24,5%) (39,6%) (20.8%)

6. Saya menganggap tidak terjadi apa-apa setelah kejadian gempa.

(49.1%) (28.3%) (17.0%) 5.7%)

7. Saya marah dengan keadaan yang saya alami setelah bencana gempa.

(73.6%) (20.8%) 5.7%) (0%)

8. Saya berpkir bencana gempa yang terjadi merupakan ujian dari Tuhan.

(3,8%) (15,1%) (34%) (47,2%)

9. Saya sering meninggalkan sholat karna harus menyelesaikan masalah yang saya alami.

(35.8%) (32.1%) (24,5%) (7,5%)

10. Saya lebih suka bermain dengan teman-teman untuk melupakan masalah.

(3,8%) (17%) (41,5%) (37,7%)

11. Saya merasa tenang dengan berzikir dan ber doa’ dalam menghadapi masalah.

(3.8%) (22,6%) (47,2%) (26.4%)

12. Saya sering meluapkan kekesalan pada orang lain dan apa yang ada di sekitar saya.


(1)

(2)

70


(3)

(4)

72 1 Survey Awal

Penelitian

2 Proposal Bab I 4 Bab II 5 Proposal:

- Bab III, - Bab IV - Instrumen

6 Sidang proposal 7 Perbaikan proposal

Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV

  8 Perbaikan

instrumen

9 Uji validitas dan teliabilitas

9 Penelitian 10 Analisa data dan

Bab V, BabVI

11 Siding skripsi


(5)

TAKSASIS DANA

1. Perpisahan Proposal

a. Survey awal Rp.50.000,00

b. Transportasi Rp.300.000,00

c. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp.100.000,00

d. Biaya internet Rp.50.000,00

e. Perbanyak proposal Rp.100.000,00

f. Sidang proposal Rp.150.000,00

2. Pengumpulan Data

a. Izin penelitian Rp.50.000,00

b. Biaya transportasi Rp.300.000,00 c. Penggandaan kuesioner Rp.100.000,00 3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

a. Biaya kertas dan tinta print Rp.150.000,00

b. Penjilidan Rp.100.000,00

c. Siding skripsi Rp.150.000,00 4. Biaya takterduga Rp.200.000,00


(6)

74

Nama : Setia Budi

Tempat / Tanggal Lahir : Cang Duri 01 September 1991 Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Kawin

Alamat : Takengon, Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

Nama Orang Tua :

1. Ayah : M. Saleh, Spd 2. Ibu : Lidawati, Spd

Pekerjaan Orang Tua :

1. Ayah : PNS Takengon Aceh Tengah. 2. Ibu : PNS Takengon Aceh Tengah.

3. Alamat : Takengon, Cang Duri kecamatan Ketol kabupaten Aceh Tengah.

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1997 – 2003 : SDN Pintu Rime . 2. Tahun 2003 – 2006 : SPMN 3 Takengon. 3. Tahun 2006 – 2009 : SMAN 1 Takengon.

4. Tahun 2009 – 2012 : Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan Banda Aceh.