2.1.9 Bahasa Minangkabau
Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Minangkabau sebagai bahasa Ibu di Provinsi Sumatera Barat. Bahasa
Minangkabau masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau, baik yang berdomisili di Sumatera maupun di perantauan. Secara
historis, daerah sebar tutur bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di pedalaman Minangkabau.
Bahasa Minangkabau memiliki banyak isolek, kampung yang dipisahkan oleh sungai pun isoleknya berbeda. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas
perbedaan isolek
di Kabupaten
Pesisir Selatan.
Elyondri dalam
https:mersi.wordpress.com20080812rahasia-dibalik-bahasa-minangkabau.
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini dianalisis berdasarkan teori dialektologi yang merupakan cabang ilmu linguistik yang khusus mengkaji tentang dialek. Dialektologi disebut juga kajian
variasi bahasa. Pada dialek bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan akan dianalisis berdasarkan teori dialektologi struktural. Teori ini menganalisis perbedaan
atau variasi isolek berdasarkan strukturnya, misalnya struktur bunyi dan perbedaan leksikon. Dialektologi struktural muncul pada tahun 1954 yang dikemukan oleh Uriel
Weinreich dalam artikelnya “Is a structural dialectology possible?” Apakah dialektologi struktural memungkinkan?. Menurut Chambers, 1990:54 dialektologi
strukstural adalah salah satu upaya untuk menerapkan dialektologi dalam membandingkan varietas bahasa.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan unsur kebahasaan yang diteliti adalah bidang fonologi dan leksikon. Perbedaan dalam bidang fonologi, adanya perubahan bunyi yang berupa
korespondensi dan variasi mengisyaratkan adanya perbedaan fonologi yang berkorespondensi dan variasi. Perbedaan fonetik dapat terjadi pada vokal dan
konsonan. Contohnya, dalam bahasa Sunda menyatakan kata ‘jendela’ yaitu, [jendela], [ gandela] dan [ janela]. Dikatakan perbedaan dalam bidang leksikon, jika
leksem-leksem yang digunakan untuk merealisasikan suatu makna yang sama tidak berasal dari suatu etimon prabahasa Mahsun, 1995;54. Contohnya, kata ‘nyaris’
memunculkan tiga varian yaitu, [ hampē], [ŋai], [cɔmas]. Perbedaan ini terdapat di
Kabupaten Batubara dan Kabupaten Asahan Widayati, 1997:111. Dalam penelitian ini juga menggunakan pemetaan bahasa sesuai dengan objek
kajiannya yang berupa perbedaan unsur-unsur kebahasaan karena faktor spasial geografis. Peta bahasa dalam dialektologi khususnya dialek geografis memiliki
peran yang cukup penting. Peran itu berkaitan dengan upaya memvisualisasikan data lapangan ke dalam bentuk peta agar data itu tergambar dalam perspektif yang bersifat
geografis serta memvisualisasikan pernyataan-pernyataan umum yang dihasilkan berdasarkan distribusi geografis perbedaan-perbedaan yang lebih dominan dari
wilayah ke wilayah yang dipetakan. Ada dua jenis peta yang digunakan dalam dialektologi yaitu peta peragaan dan peta penafsiran Mahsun, 1995: 58-59.
Pada peta bahasa akan diterangkan sejumlah unsur perbedaan baik secara fonologi maupun leksikon yang diperoleh di daerah pengamatan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan sistem lambang, misalnya lambang bulat , segitiga dan lambang kotak yang sederhana bentuknya.
Selanjutnya, untuk mengelompokkan unsur-unsur yang sama, data yang sama agar tampak berbeda dengan data yang lainnya, baik perbedaan bunyi maupun
perbedaan leksikal, digunakan isoglos. Isoglos adalah sebuah garis imajiner yang diterakan di atas sebuah peta Lauder, 1990: 117. Selanjutnya isoglos tersebut
diakumulasikan menjadi sekumpulan isoglos-isoglos dalam sebuah peta. Kumpulan tersebut disebut berkas isoglos, baik berkas isoglos fonologi maupun berkas isoglos
leksikal. Berkas isoglos adalah kumpulan dari beberapa isoglos yang membentuk satu berkas. Kemudian, perbedaan-perbedaan yang terdapat baik secara leksikal
maupun secara fonologi. Perbedaan secara leksikal dihitung statusnya apakah perbedaan-perbedaan itu merupakan perbedaan dialek atau perbedaan subdialek
dengan menggunakan perhitungan statistik bahasa atau dialektrometri. Dialektrometri merupakan ukuran statistik yang digunakan untuk melihat seberapa jauh perbedaan
dan persamaan yang terdapat pada tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat tersebut Revier dalam
Mahsun, 1995: 118. Setelah langkah-langkah itu, dirumuskanlah status isolek dari Kabupaten Pesisir Selatan.
2.3 Tinjauan Pustaka