Tinjauan Pustaka KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

menggunakan sistem lambang, misalnya lambang bulat , segitiga dan lambang kotak yang sederhana bentuknya. Selanjutnya, untuk mengelompokkan unsur-unsur yang sama, data yang sama agar tampak berbeda dengan data yang lainnya, baik perbedaan bunyi maupun perbedaan leksikal, digunakan isoglos. Isoglos adalah sebuah garis imajiner yang diterakan di atas sebuah peta Lauder, 1990: 117. Selanjutnya isoglos tersebut diakumulasikan menjadi sekumpulan isoglos-isoglos dalam sebuah peta. Kumpulan tersebut disebut berkas isoglos, baik berkas isoglos fonologi maupun berkas isoglos leksikal. Berkas isoglos adalah kumpulan dari beberapa isoglos yang membentuk satu berkas. Kemudian, perbedaan-perbedaan yang terdapat baik secara leksikal maupun secara fonologi. Perbedaan secara leksikal dihitung statusnya apakah perbedaan-perbedaan itu merupakan perbedaan dialek atau perbedaan subdialek dengan menggunakan perhitungan statistik bahasa atau dialektrometri. Dialektrometri merupakan ukuran statistik yang digunakan untuk melihat seberapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat pada tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat tersebut Revier dalam Mahsun, 1995: 118. Setelah langkah-langkah itu, dirumuskanlah status isolek dari Kabupaten Pesisir Selatan.

2.3 Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pemetaan kebahasaan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Bangun, dkk 1982 dalam penelitiannya yang berjudul : “Geografi Dialek Bahasa Batak Toba” dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif komperatif dengan teknik observasi, perekaman atau pencatatan tak langsung, pencatatan langsung dan transkripsi dan terjemahan. Kerangka teori yang digunakan berupa daftar pertanyaan, pembahan, alih tulis fonetik. Maka hasil dari penelitian, peneliti menyatakan bahwa bahasa Batak Toba terdiri dari lima dialek yaitu dialek Silinding, dialek Humbang, dialek Toba, dialek Samosir, dialek Sibolga. Dan adanya perbedaan yang berada pada bidang fonologis, perbedaan lafal dan perbedaan semantis. Widayati 1997 dalam te sisnya yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Melayu di Wilayah Timur Asahan”, tesis ini mengkaji pada bidang fonologi dan leksikal. Penelitian ini menggunakan metode simak, metode cakap dan metode padan. Selain itu juga menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Maka hasil dari penelitian bahwa bahasa Melayu Asahan memiliki dua kelompok fonem dan 18 fonem konsonan, dalam mendeskripsikan morfonologi terdapat korespondensi afiks Asahan secara umum yang dibedakan dari segi fonem vokal. Pada deskripsi leksikal menunjukan adanya beberapa perbedaan dengan bahasa Melayu Umum dan dalam Melayu Asahan terdapat dua dialek, yaitu dialek Melayu Batubara dan dialek Melayu Tanjung Balai. Isra Hayati 2009 dalam skripsinya yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Minangkabau di Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung”, mengkaji variasi dibidang fonologis dan leksikal. Dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap dalam pemecahan masalah terdiri dari penyediaan data dengan metode simak, metode Universitas Sumatera Utara analisis data digunakan metode padan dan metode penyajian hasil analisis data yaitu metode penyajian formal dan informal. Sebagai hasil analisisnya, bahwa bahasa Minangkabau di daerah Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung memiliki variasi fonologis yang ditemukan adalah 3 variasi vokal, 14 variasi konsonan dan 3 variasi diftong. Dan memiliki 117 variasi leksikal dengan hasil hitung dialektrometri dengan persentase 0-20. Yonelda 2013 dalam skripsi nya yang berjudul “ Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Samosir”, dalam penelitian ini menggunakan metode cakap dalam pengumpulan data dan metode analisis data dengan menggunakan metode padan, metode berkas isoglos, dan metode dialektrometri. Teori yang digunakan yaitu teori dialektologi struktural. Hasil dari penelitian ini bahwa peneliti menyatakan terdapat 79 variasi leksikal dari 100 kosakata yang digunakan di tiga kecamatan di Kabupaten Samosir. Di Kabupaten Samosir terdapat tiga bentuk kategori perbedaan, yaitu perbedaan subdialek 31-50, perbedaan wicara 21-30, dan tidak ada perbedaan 0-20. Basaria Simanjuntak 2014 dalam skripsinya yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan” penelitian ini menggunakan metode cakap dalam pengumpulan data, metode padan, metode berkas isoglos dan metode dialektrometri dalam analisis data. Serta teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teori dialektologi struktural. Adanya hasil penelitian ini menunjukan bahwa di Kabupaten Humbang Hasundutan memperlihatkan variasi fonemis dan variasi leksikon. Berdasarkan hasil dialektrometri bahasa Batak Toba di Universitas Sumatera Utara Kabupaten ini terdiri atas dua dialek yaitu dialek Humbang Husundutan Utara dan dialek Humbang Husundutan Selatan. Dari uraian di atas, bahwa penelitian ini memiliki perbedaan dengan Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan. Adapun manfaat dari penelitian sebelumnya dapat menjadi referensi yang memberikan gambaran dan langkah- langkah yang digunakan dalam pemecahkan masalah pada penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tiga kecamatan yang terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatam Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal. Pengambilan sampel dalam penelitian ini merupakan penutur asli bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan: 1. Kecamatan Linggo Sari Baganti a. Nagari Lagan Hilir Punggasan TP 1 b. Nagari Punggasan TP 2 c. Nagari Air Haji TP 3 2. Kecamatan Air Pura a. Nagari Lalang Panjang Inderapura TP 4 b. Nagari Tanah Bakali TP 5 c. Inderapura Timur TP 6 3. Kecamatan Pancung Soal a. Nagari Kudo-kudo Inderapura TP 7 b. Nagari Muara Sakai TP 8 c. Nagari Inderapura Tengah TP 9 Universitas Sumatera Utara